Perjodohan adalah sebuah hal yang sangat
di benci oleh Abraham, seorang pengusaha
muda penerus kerajaan bisnis keluarga nya.
Dia adalah sosok yang sangat di puja dan di
damba oleh setiap wanita, dia merupakan
calon menantu yang sangat ideal dan di
impikan oleh setiap pengusaha dan para
bangsawan yang memiliki anak gadis, jadi
baginya hanya dengan menjentikkan jari
saja, wanita manapun akan dengan senang
hati memasrahkan dirinya untuk merangkak
di bawah kakinya.
Tapi..justru kakeknya, sang pemilik dan
penguasa serta pemegang kendali penuh
dari semua kekayaan keluarganya malah
memilihkan jodoh untuknya.
Dan sialnya lagi..wanita pilihan kakeknya
bukanlah wanita dengan kriteria dan tife
yang selama ini selalu menjadi standard nya.
Abraham sangat membenci keputusan sang
kakek. Namun demi warisan dan kendali penuh
atas segala kekuasaan yang telah di janjikan
padanya. Dengan terpaksa Aham menerima
semua keputusan kakeknya tersebut..
Dan bagi wanita yang juga terpaksa menerima
perjodohan ini..bagaimana kah dia akan bisa
menjalani hidupnya bersama seorang pria yang
sama sekali tidak menginginkan kehadirannya.?
Takdir seakan menjungkir balikan kehidupan
seorang gadis biasa terpaksa yang harus
masuk ke dalam kehidupan sebuah keluarga
yang di penuhi dengan keangkuhan dan
kesombongan akan dunia yang hanya
tergenggam sementara saja..
**Tetaplah untuk selalu di jalanNya..**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Terluka
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
♥️♥️♥️♥️♥️
Sore ini Naya bersama grup gambus nya tampil
di sebuah acara amal yang cukup besar, bahkan
di liput langsung oleh beberapa televisi swasta
juga media online.
Para pengunjung tampak begitu antusias melihat
dan menyaksikan penampilan memukau dari grup
gambus yang lagi booming ini. Mereka juga ikut
larut dan bersholawat bersama dengan Al Arafah.
Naya membawakan 4 lagu religi yang lagi hits
dalam kesempatan ini. Penampilannya begitu memukau, hingga semua mata terfokus ke atas panggung. Suara yang merdu berpadu dengan kecantikan dan keanggunannya adalah satu
kesatuan yang sangat sempurna di atas
panggung.
Entah sampai kapan Naya akan terus berada
di atas panggung seperti ini. Suatu hari dia
memang terpaksa harus meninggalkan semua
hoby nya ini, sebab tanggungjawab yang lebih
besar sedang menunggunya saat ini.
"Jadi kamu sekarang sudah bekerja Nay.? Aku
suka banget sama produk perhiasan dari Az Zahwa
Jewelry itu.. Tapi, ngomong-ngomong kok bisa
kebetulan ya, nama kamu sama persis dengan
nama perusahaan tempat kamu kerja sekarang.?"
Naya sedikit tersentak. Tapi sebisa mungkin dia
segera bersikap biasa saja.
"Hanya kebetulan saja Yara..jodoh kali ya hehe.."
Naya tersenyum canggung. Maafkan aku Yara..
aku belum bisa jujur sama kamu. Lirih Naya
dalam hatinya.
"Hahaa iya kali ya..yaudah sekarang kita pulang
yukk..keburu malam. Apa wanita itu supir pribadi
perusahaan kamu ?"
Naya melirik kearah Monica yang sedang berdiri
di dekat pintu tenda.
"Iya..dia orang yang bertugas mengantar jemput
ku. Perusahaan yang sudah menyiapkan nya."
"Hebat banget ya. Pakai mobil mewah pula.Kamu beruntung bisa masuk di perusahaan itu Nay.."
Keduanya melangkah keluar dari dalam tenda.
Kemudian berjalan menuju parkiran. Amar dan
kawan-kawan nya sudah menunggu di sana.
"Mbak Naya..boleh minta fhoto bareng..?"
Tiba-tiba beberapa anak gadis menyerbu nya
saat melihat Naya berjalan menuju parkiran.
Naya tersenyum ramah sambil mengangguk.
"Jangan rebutan ya..gantian, semuanya pasti
kebagian..!"
Yara mengingatkan seraya mengatur para abege
itu karena mereka terlihat saling berebut ingin
di fhoto duluan dengan Naya.
Dengan sabar dan telaten Naya melayani mereka
satu per satu tanpa mengeluh.
Amar dan kawan-kawannya hanya berdiri santai
di dekat mobil, memperhatikan kesibukan yang
terjadi. Dan ada beberapa fans lain nya yang
meminta mereka untuk fhoto bareng.
Hari semakin beranjak sore. Sebentar lagi akan
memasuki waktu magrib. Naya sedikit khawatir
karena kali ini dia akan datang sedikit terlambat
ke rumah. Entah kenapa bayangan wajah Aham
terus saja memenuhi pikirannya saat ini.
"Kalau ada waktu luang kabari aku ya Nay..Aku
ingin jalan sama kamu, sudah lama kita tidak
jalan bareng, apalagi sekarang kamu semakin
sibuk saja..!"
Naya dan Yara berangkulan sebentar.
"Baiklah..nanti aku kabari ya.."
Mareka semua saling pandang sesaat.
"Kita berpisah di sini ya, hati-hati semuanya.."
Naya melambai seraya masuk ke dalam mobil
di iringi tatapan teman-temannya. Tidak lama
mereka pun akhirnya masuk kedalam kendaraan masing masing, kemudian meninggalkan
tempat itu.
Naya meminta Monica untuk berhenti di sebuah mesjid guna menjalankan ibadah sholat maghrib
terlebih dahulu. Setelah itu dia kembali melanjutkan perjalanan menuju ke Mansion.
Naya duduk merebahkan tubuhnya ke sandaran
jok belakang. Dia membuka ponselnya berharap
ada pesan atau panggilan tidak terjawab dari
Aham. Tapi hatinya sedikit kecewa. Apa yang
kamu harapkan Nay ? Mana mungkin laki-laki
angkuh itu menghubungi mu, ada urusan apa memangnya ?
Naya menarik napas dalam-dalam. tapi sesaat
kemudian dia tersentak kaget saat Monica tiba-
tiba saja mempercepat laju mobilnya.
"Ada apa Mon..?"
Naya sedikit panik, dia memegang kepala jok
untuk menyeimbangkan badannya.
"Tidak ada apa-apa Nona, hanya ada sedikit
gangguan di belakang.!"
Monica berbicara setenang mungkin. Sebenarnya
dia curiga dengan bayangan 2 kendaraan yang
ada di belakangnya. Dari tadi dua kendaraan itu sepertinya sedang menguntitnya. Dia tetap bersikap tenang karena tidak ingin membuat Naya cemas.
Akhirnya mobil memasuki kawasan perumahan
elite dimana Mansion Mahendra berada. Tapi 2
mobil itu ternyata bisa masuk di gerbang depan
dan terus mengikutinya.
Monica kembali memacu mobilnya dengan
kecepatan tinggi hingga membuat Naya
memekik kaget.
"Ada apa sebenarnya Mon.?"
Teriak Naya panik. Dia melihat kearah belakang,
wajahnya langsung berubah pucat saat melihat
dua mobil sedang melaju kencang berusaha
menyalip mobil yang di bawa Monica.
"Minggir saja Mon..!"
"Tidak bisa Nona..! ini sangat berbahaya buat keselamatan Nona..!"
Monica semakin mempercepat laju mobilnya .
"Tapi aku takut Mon.."
Naya bergetar. Dia mengencangkan sabuk nya.
Matanya terus saja melihat pergerakan dua mobil
di belakang nya. Ketika kurang lebih 1 kilometer
lagi mencapai gebang Mansion, dua mobil tadi
berhasil menyalip membuat Monica mau tidak
mau menghentikan laju mobilnya .
Kepala Naya sedikit membentur kepala jok
depan karena rem mendadak . Dia memegang
kepalanya yang sedikit pusing.
"Nona tidak apa-apa ?"
Monica menoleh cepat dengan tatapan cemas
melihat Naya masih memegangi kepalanya.
"Tidak apa-apa Mon, hanya terbentur sedikit aaa..."
Naya tiba-tiba berteriak saat beberapa orang
bertubuh tinggi sudah mengelilingi mobilnya
dan menggedor paksa pintu mobil. Monica
bingung bertindak, kalau dia keluar, bagaimana
dengan keselamatan Naya ?
Salah seorang dari mereka memecahkan kaca
mobil hingga hancur berantakan. Kemudian
membuka pintu mobil dengan paksa. Mau tidak
mau Monica keluar dari mobil. Dia langsung
menerjang orang-orang tadi. Dan perkelahian
pun tidak bisa di hindari lagi. Monica melawan
4 orang laki-laki bertubuh besar sendirian.
Salah seorang yang merupakan pimpinan orang
orang tidak di kenal itu masuk ke dalam mobil.
Kemudian menyeret Naya di paksa keluar.
"Hei..siapa kalian ! Lepaskan..mau apa kalian !"
Naya berteriak, sekuat tenaga dia melawan orang
itu dengan memukuli badannya memakai tas dan
sepatu. Tapi orang itu bergeming, dia berhasil
menarik Naya hingga akhirnya keluar dari mobil.
"Lari Nona..! cari bantuan.."
Monica berteriak saat tubuhnya terhuyung
terkena tendangan kaki seorang lawan nya.
Naya menjerit histeris melihat tubuh Monica
kembali terkena pukulan dan tendangan dari
beberapa lawannya.
Naya mundur ketakutan, saat laki-laki yang tadi
menyeretnya mengeluarkan pisau dari balik
jas yang di pakainya. Tatapannya terlihat sadis.
"Mau apa kamu ? siapa kalian sebenarnya ?"
Suara Naya bergetar sambil terus mundur.
Orang itu menyeringai keji, dia berjalan pelan
sambil mengusap ujung pisau ke telapak
tangannya membuat Naya meringis ngilu.
Untunglah dalam keadaan genting seperti itu,
datang mobil Aham di belakang dengan suara
decitan rem yang memekakkan telinga.
Dengan cepat Aham keluar dari mobil, kemudian
berlari kearah Naya. Tanpa menunggu lagi dia langsung menerjang laki-laki tadi yang sedang mengancam Naya dengan pisaunya.
Orang itu langsung terjungkal dan terkapar di
atas aspal, hidung dan mulutnya mengeluarkan
darah segar.
"Siapa kalian..? berani sekali melukai milikku !
Sudah bosan hidup kalian..!"
Suara bentakan Aham terdengar membahana.
Mata nya tampak menyala bagai seekor harimau
lapar. Orang tadi terlihat terkejut, dia berusaha
berdiri dengan susah payah. Mata nya tidak lepas menatap tidak percaya ke arah Aham yang kini
berjalan kearahnya.
Leo dan beberapa bodyguard Aham langsung
saja maju membereskan orang-orang tadi yang
berjumlah sekitar 8 orang.
"Mundur..!"
Teriak si pemimpin sambil kemudian dia berlari
cepat kearah mobilnya. Aham terlihat bergerak
akan mengejar orang itu, namun dari arah
samping tiba-tiba saja ada sosok lain yang maju
menyerang nya. Melihat hal itu Naya terkesiap.
"Aham awas..."
Naya menjerit kemudian berlari cepat karah
Aham dan mendorong keras tubuhnya. Akibatnya sabetan belati tajam dari orang itu kini menggores pangkal lengan kirinya.
"Naya..!"
Mata Aham membulat melihat Naya terhuyung
memegangi tangannya yang kini mulai berdarah.
"Bereskan mereka..!"
Titah Aham pada pengawalnya sambil kemudian
dia mengangkat tubuh Naya kedalam pangkuan
nya, di bawa masuk ke dalam mobil, setelah itu
melajukan mobilnya dengan cepat menuju ke
Mansion yang tidak begitu jauh lagi jaraknya.
------ ------
Tiba di dalam Mansion, keadaan sedikit gaduh
karena Aham berteriak memberi perintah agar
Pak Ali segera menghubungi Dokter Rama .
Semua pelayan tampak bengong melihat Aham
datang memangku tubuh lemah Naya dengan
wajah sedingin kutub, namun ada kecemasan
dalam sikapnya. Naya tidak bisa berbuat apa-apa
selain terdiam dalam dekapan erat laki-laki itu
yang sedang bertindak sedikit berlebihan.
Dengan setengah berlari Aham memangku tubuh
Naya menaiki tangga menuju ke lantai atas.
Nyonya Elen yang kebetulan sedang berada di
ruang keluarga hanya bisa menatap kesal kearah kedatangan Aham. Sementara Meline terlihat
menatap Aham penuh tanya melihat keributan yang telah di ciptakan oleh Kakak tertua nya itu.
"Dasar ratu drama.! Apalagi sekarang yang di
lakukan wanita panti itu ! Huuh..rumah ini sudah
kehilangan kedamaian sejak kedatangannya !"
"Sepertinya telah terjadi sesuatu padanya. Kalau
tidak Kak Aham tidak akan seheboh ini.!"
"Halahh.. paling juga drama lagi. Mami yakin
dia hanya sedang mencari perhatian Aham saja."
"Aku lihat ada yang aneh telah terjadi pada Kakak.
Apa mungkin wanita itu sudah mencuri perhatian
Kak Aham .?"
"Tidak mungkin ! dan tidak boleh terjadi !!"
Wajah Nyonya Elen berubah keras. Meline
tampak terdiam menautkan alisnya.
"Kenapa Mami sangat tidak menyukai nya ?"
"Meline darling ! Mami ini wanita dari strata
sosial kelas atas, teman-teman Mami semua
adalah istri-istri pengusaha dan pejabat. Lalu
mau di taruh dimana muka Mani kalau mereka
tahu menantu Mami hanya seorang gadis panti..!!"
Meline manggut-manggut. Nyonya Elen tampak
membuang napas nya kasar.
"Dia memang cantik sih, Mami akui itu.! tapi
tetap saja hanya wanita kelas bawah ! Mami
tidak mengerti kenapa laki-laki tua itu memilihnya untuk jadi pendamping Aham.."
"Mungkin Kakek tahu kalau wanita itu memiliki
banyak kelebihan.!"
"Kelebihan apa coba ? tidak ada kan ?"
Keduanya akhirnya terdiam. Mereka hanya
bisa melihat Pak Ali yang tampak sibuk sendiri.
Sementara itu di dalam kamar..
"Sungguh, aku tidak apa-apa..ini hanya luka
gores saja. Kau tidak perlu berlebihan.."
Ujar Naya sesaat setelah Aham membaringkan diri
nya di atas tempat tidur. Aham duduk di pinggir tempat tidur, tangannya menekan lengan Naya
yang terluka tadi untuk menghentikan
pendarahannya.
Aham menatap tajam wajah Naya. Ada kecemasan yang terlihat dari sorot matanya, tapi juga ada
segurat kekesalan yang terlihat di sana.
"Luka kecil katamu.? omong kosong !"
Desis Aham sambil terus menatap Naya yang
menundukkan wajahnya. Naya sedikit meringis
dan merintih saat tekanan tangan Aham sedikit
lebih keras .
"Lagipula siapa yang menyuruh mu melakukan
perbuatan konyol seperti tadi hehh..??"
Perbuatan konyol katanya? Hehh Tuan..tadi itu
aku berusaha menyelamatkan mu, kok malah
di bilang konyol sih, dasar menyebalkan ! Naya
merutuki Aham dalam hatinya.
"Maaf..aku hanya reflek saja."
"Dasar bodoh ! Aku masih bisa menjaga diriku.!"
Ketus Aham. Ya Tuhan.. sebenarnya terbuat dari
apa sih hati orang ini.? boro-boro berterima kasih.
Yang ada malah menyalahkan.!
Naya menghela napas berat. Keduanya saling
pandang sesaat. Naya kembali menundukan
wajahnya.
"Aku hanya tidak ingin melihatmu terluka Tuan.."
Tatapan Aham kembali menghujam membuat
Naya ciut. Salah bicara lagi dia, tapi tidak akan
ada hukuman bukan? secara dirinya sedang
terluka seperti ini.
"M- maksudku..aku tidak ingin melihatmu terluka
suamiku.."
Ada kehangatan yang mengaliri hati Aham.
Tapi wanita ini memang harus di beri hukuman.
"Cium aku sekarang.!"
What ?? Naya menggeleng lelah. Aham semakin
menatapnya tajam. Dia memajukan wajahnya.
"Apa kau tidak lihat aku sedang terluka seperti
ini ? masa masih di beri hukuman juga ?"
"Itu salahmu sendiri, aku tidak memintamu
melakukannya !"
Tuhan..tolong jauhkan aku dari orang ini..!!
Naya memejamkan matanya menahan jengkel.
"Apalagi yang kamu tunggu.?"
"Kalau aku tidak mau bagaimana ?"
"Kalau begitu berikan dirimu padaku malam ini."
Cup !
Satu ciuman hangat mendarat di bibir Aham.
Tidak ada pilihan lain bagi Naya. Dia tidak
mungkin membiarkan dirinya jatuh dalam
perangkap licik laki-laki ini. Memberikan dirinya seutuhnya malam ini ? Jantung Naya tiba-tiba
saja berkejaran.
Naya langsung memalingkan muka merahnya berusaha menyembunyikan rasa malu yang
kini menenggelamkan dirinya. Aham menyeringai
tipis. Dalam keadaan seperti ini, kenapa ada
saja tingkah wanita ini yang membuat dirinya
ingin selalu menjahilinya.
Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya
Dokter Rama datang. Dengan segera dia
mengobati luka gores di lengan Naya, kemudian menutupnya dengan perban.
"Bagaimana..? lukanya tidak serius kan ?"
Aham menatap Naya yang kini sudah terlihat
tidak sepucat tadi .
"Tidak apa-apa . Untung saja luka nya tidak
terlalu dalam. Aku akan memberikan obat
yang terbaik agar lukanya cepat kering."
Dokter Rama merapihkan kembali peralatan
medisnya. Kemudian dia berdiri melihat Naya.
"Saya permisi Nyonya Aham, semoga cepat
sembuh.."
"Terimakasih Dokter, maaf selalu merepotkan
anda."
Naya menundukan kepalanya dengan sedikit
senyum terukir di wajah nya.
"Sama-sama Nyonya.."
Akhirnya Dokter Rama keluar di antar oleh Pak
Ali. Naya melirik Aham yang masih berdiri dan
menatap nya datar. Kenapa lagi sih dia ?
"Apa aku melakukan kesalahan lagi .?"
"Kau pasti tahu itu.!"
Naya terdiam dan berpikir. Hemm..kalau begini
dia harus benar-benar mengingat semua hal
dengan baik dalam memory otaknya.
"Maafkan aku suamiku..senyum adalah ibadah.
Apalagi di berikan pada orang yang sudah
membantu kita.."
Naya menyadari kesalahannya, Aham mendengus.
Dia maju, mencondongkan tubuhnya ke dekat
Naya hingga memaksa gadis itu untuk menjauh.
"Tapi aku tidak suka melihatnya. Kau harus
pastikan kalau senyum mu itu hanya untuk
suamimu saja.!"
Bisik Aham tepat di depan wajah Naya. Napas
hangat beraroma mint langsung menerpa wajah
Naya membuat dia memejamkan matanya.
Saat membuka mata, Naya melihat Aham sudah
melangkah pergi menuju kamar mandi. Naya
hanya bisa terdiam dan menarik napas panjang.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Bersambung.....