Tumbuh di lingkungan panti asuhan membuat gadis bernama Kafisha Angraeni memimpikan kehidupan bahagia setelah dewasa nanti, mendapatkan pendamping yang mencintai dan menerima keadaannya yang hanya dibesarkan di sebuah panti asuhan. namun semua mimpi Fisha begitu biasa di sapa, harus Kalam setelah seorang wanita berusia empat puluh tahun, Irin Trisnawati datang melamar dirinya untuk sang suami. sudah berbagai cara dan usaha dilakukan Kira untuk menolak lamaran tersebut, namun Irin tetap mencari cara hingga pada akhirnya Fisha tak dapat lagi menolaknya.
"Apa kamu sudah tidak waras, sayang???? bagaimana mungkin kamu meminta mas menikah lagi... sampai kapanpun mas tidak akan menikah lagi. mas tidak ingin menyakiti hati wanita yang sangat mas cintai." jawaban tegas tersebut terucap dari mulut pria bernama Ardian Baskoro ketika sang istri menyampaikan niatnya. penolakan keras di lakukan Ardi, hingga suatu hari dengan berat hati pria itu terpaksa mewujudkan keinginan sang istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27.
Baru saja perasaannya sedikit lega setelah mengungkapkan semuanya dihadapan Ardian, kini Gandi kembali di pusingkan dengan kedatangan Irin. wanita itu tiba di perusahaan Intern Group, beberapa saat setelah kepergian Ardian.
"Biarkan dia masuk!." titah Gandi pada asisten pribadinya, mendengar Irin terus berdebat dengan sekretarisnya yang menghalangi langkahnya.
Tak lama kemudian, asisten pribadi Gandi kembali ke ruangannya, bersama dengan Irin.
Irin menatap sengit pada Gandi yang tengah duduk di kursi kebesarannya.
"Silahkan duduk, Nyonya Irin!."
"Tidak perlu!." ketus Irin seraya melangkah mendekat ke arah meja kerja Gandi.
"Apa anda sudah puas merusak kebahagian rumah tangga saya, hah?." dengan emosi tertahan Irin berkata.
"Sejak awal saya tidak pernah berniat merusak kebahagiaan rumah tangga anda Nyonya Irin, justru anda sendiri yang telah merusaknya." sanggah Gandi dengan santainya dan itu semakin memicu kemarahan dihati Irin.
"Sejak memutuskan menemui mas Handi di hotel waktu itu seharusnya anda sadar bahwa itu awal dari tindakan anda yang nantinya akan merusak rumah tangga anda sendiri, bukannya justru melimpahkan kesalahan yang telah anda perbuat kepada orang lain!." ujar Gandi tanpa peduli dengan tatapan sengit yang dilayangkan Irin padanya.
"Come on....Jangan bersikap seolah-olah anda itu korban, sementara kenyataannya anda sendirilah yang menjadi penulis naskah dalam sandiwara yang anda sutradarai!."
Irin mengepalkan kedua tangannya menahan geram atas semua perkataan Gandi, sebelum akhirnya berbalik badan hendak meninggalkan ruangan tersebut tanpa berpamitan.
"Oh ya, Nyonya Irin Trisnawati...jangan lupa persiapkan diri anda sebelum nantinya saya datang menemui keponakan laki-laki saya!."
Deg.
Irin yang baru saja berbalik badan hendak berlalu, kini kembali menolehkan kepala ke arah Gandi.
"Jika tidak ingin sampai terjadi sesuatu pada keponakan perempuan anda, maka jangan pernah muncul dihadapan putraku!."
Gandi menarik sudut bibirnya mendengar ancaman Irin, tak sedikitpun terbesit rasa takut dihati pria itu atas ancaman Irin barusan.
"Apa anda yakin, tuan Ardian akan diam saja jika anda ingin menyakiti Kafisha?. dahulu, anda yang secara tidak langsung memisahkan mas Handi dengan ibunya Kafisha, dan sekarang sepertinya bola api akan berbalik arah, Nyonya Irin. Ingat Nyonya Irin yang terhormat, karma itu nyata. Sepertinya dulu anda terlalu percaya diri jika cinta Tuan Ardian tidak akan pernah berpaling dari anda, sehingga dengan mudahnya anda memaksakan kehendak anda tanpa memikirkan perasaan tuan Ardian dan juga Kafisha yang saat itu sama-sama berat mewujudkan permintaan gila anda. Maka sekarang, nikmatilah permainan yang dulu anda mulai dengan penuh percaya diri....!!." Gandi mengakhiri kalimatnya dengan tersenyum miring.
Brak....
Saking geramnya dengan semua perkataan Gandi, Irin menutup pintu ruangan pria itu penuh emosi sehingga menimbulkan suara yang mampu memekakkan telinga.
"Aku tidak habis pikir.... bagaimana mungkin kamu bisa jatuh cinta bahkan sampai tergila-gila pada wanita seperti itu, mas Handi? Bahkan karena wanita itu kamu harus kehilangan segalanya, termasuk nyawa kamu sendiri, mas." gumam Gandi setelah kepergian Irin.
Permasalahannya dengan Ardian benar-benar menyita waktu dan pikiran Irin, bahkan kini ia tak lagi memikirkan bagaimana kondisi kesehatan Daddy-nya yang jauh di sana, karena yang ada dipikirannya saat ini hanyalah Ardian... Ardian....dan Ardian....
Sesampainya di area parkiran gedung, Irin segera masuk ke mobilnya, melempar tasnya sembarangan, lalu menangis sejadi-jadinya. bahkan setir mobil yang tidak punya salah apa-apa menjadi sasaran amukan Irin, wanita itu memukuli stir mobil hingga napasnya terengah-engah karena nyaris kehabisan tenaga.
"Kenapa semua ini harus terjadi padaku, mas Handi?? seandainya malam itu aku tidak datang menemui kamu, mungkin hingga saat ini kamu masih ada di dunia ini, mas." Irin berkeluh kesah seorang diri di sela isak tangisnya.
Seketika tangis Irin reda ketika sesuatu terlintas dibenaknya. "Jika aku tidak bisa memiliki mas Ardian maka tak ada wanita lain yang boleh memilikinya, termasuk kamu Kafisha." gumam Irin dengan disertai senyum sinis di wajahnya. Ia menghapus jejak air mata di pipi kemudian menghidupkan mesin mobilnya dan berlalu meninggalkan pelataran gedung intern Group.
*
Sudah seminggu Ardian tak pulang ke rumah yang ditempati Irin dan anak-anak, dan tak juga pulang ke rumah orang tuanya, di mana saat ini Kafisha menginap.
"Ardian.... Ardian..... punya dua orang istri tapi malah memilih menginap di apartemenku?." kalimat berbau sindiran yang barusan terlontar dari mulut sahabatnya itu mampu membuat Ardian berdecak lidah dibuatnya. "Kan sayang Ardian, punya istri dua malah dianggurin." sambung dokter Wisnu sengaja ingin menggoda sahabatnya itu.
"Kalau untuk Irin, aku bisa mengerti alasan kenapa kamu tidak mau pulang ke rumah, tapi untuk Kafisha, aku sungguh tidak paham kenapa kamu juga tidak mau pulang ke sana? Apa jangan-jangan kamu masih belum bisa menerimanya, benar begitu Ardian? jika benar begitu, lebih baik kau lepaskan saja gadis itu! kasian dia, lagian masih banyak laki-laki tampan diluar sana yang akan tergila-gila padanya jika kau melepasnya, termasuk aku salah satunya." kata duda tanpa anak tersebut.
Ardian sontak menatap tajam pada dokter Wisnu dan itu berhasil membuat dokter Wisnu mengulum senyum melihatnya.
"Sepertinya kau memang sudah jatuh hati pada istri keduamu itu Ardian, hanya kau saja yang belum menyadarinya." batin Dokter Wisnu.
"Bagaimana, apa kau serius ingin menceraikan Irin?." tanya Dokter Wisnu dengan gurat wajah yang sudah berubah serius.
"Sejujurnya, aku tidak tega jika harus melihat anak-anak bersedih atas perpisahan kami nanti, tapi aku pun sudah tidak sanggup hidup bersama dengan wanita yang telah menipu dan mengkhianati ku, Wisnu."
Dokter Wisnu tak menyanggah perkataan sahabatnya itu, mengingat apa yang dikatakan Ardian benar adanya, Irin telah mengkhianati pernikahan mereka. Bukan hanya itu saja, bahkan wanita itu tega merusak rumah tangga wanita lain hingga berakhir dengan kejadian tragis.
"Tuhan memang membenci perceraian Ardian, namun Tuhan juga tidak memaksa seorang suami untuk tetap melanjutkan pernikahan bersama seorang istri yang telah mengkhianati pernikahannya."
Bukannya ingin memanasi Ardian, Dokter Wisnu hanya ingin mengingatkan pada sahabatnya itu bahwa perselingkuhan bukanlah perkara main-main dalam rumah tangga. Jika ia bersedia memberikan maaf untuk Irin, itu artinya ia pun harus bersedia membuka lembaran baru dan tidak boleh lagi mengungkit tentang perkara tersebut, namun jika hal itu tidak sanggup dilakukannya maka perpisahan akan lebih baik. Apalagi Irin bukan hanya berselingkuh tapi juga telah menipu Ardian tentang status ayah kandung Irhan.
Ardian beralih menatap Dokter Wisnu yang terlihat begitu serius memberikan nasehat padanya. "Sebelum itu, aku ingin bertemu dengan kedua orang tua Irin terlebih dahulu. Sebesar apapun kesalahannya, dahulu aku memintanya secara baik-baik kepada kedua orang tuanya, dan ketika rumah tangga kami sudah tidak dapat lagi dipertahankan aku ingin mengembalikannya dengan cara baik-baik kepada orang tuanya."
Itulah yang paling dikagumi Wisnu dari sosok Ardian, cukup bijak dalam bertindak, hanya Irin saja yang tidak bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya sehingga dengan teganya mengkhianati cinta tulus Ardian, bahkan dengan seenaknya saja meminta suaminya itu menikah lagi tanpa memikirkan bagaimana perasaan Ardian yang saat itu sangat mencintai dirinya, dan tak ingin membagi cintanya dengan wanita lain. Tetapi, seperti kata orang, dengan seiring berjalannya waktu akhirnya Ardian mulai menerima kehadiran Kafisha mungkin kini telah jatuh cinta pada istri keduanya itu namun belum menyadari perasaannya sendiri.
Dari Irin kita belajar, janganlah bertindak sesuka hati pada pasangan yang tulus mencintai kita apalagi sampai berselingkuh, karena hati milik Tuhan sang maha membolak-balikkan hati hambanya. Tuhan bisa merubah rasa cinta menjadi benci dan begitu pula sebaliknya.
dia merasa diatas angin bisa melakukan apapun karena suaminya sangat mencintainya...merasa gak akan pernah dibantah
sᥱm᥆gᥲ ᥣᑲһ srg ᥙ⍴ ᥒᥡᥲ,, ᑲіᥲr mkіᥒ sᥱmᥲᥒgᥲ𝗍 ᑲᥲᥴᥲᥒᥡᥲ
jangan jangan yang cewe juga bukan anak Ardian ya...😆😆😆😆
hebat Irin,sering berbagi peluh dengan Ardian dan Handi...wew 🤣🤣🤣🤣
jelaskan juga gimana Irin dan keluarga nya
disini siapa yang licik ???
disini siapa gak tamak???
gak usah sok playing victim gtu donk...
nggak semua orang bisa kamu jadikan boneka,yang hidupnya bisa kamu mainkan
ingin mengendalikan Ardian,tapi dia menyakiti Kafisha...
krᥒ ⍴ᥱᥒ᥆k᥆һᥲᥒ ᥒᥲmᥲᥒᥡᥲ һᥲm⍴іr mіrі⍴
sᥱmᥲᥒgᥲ𝗍 ᥡᥲ kᥲk ✍️
Ternyata Irin tak sebaik yang di kira...