Marya terpaksa harus menjadi istri di atas ranjang bos dari perusahaan tempatnya bekerja. Demi bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar hutang Ayahnya di perjudian, yang telah menggadaikan rumah mereka.
Kanzo memperlakukannya dengan baik, sehingga Marya jatuh cinta. Namun Marya harus membuang jauh jauh perasaan itu, mengingat Kanzo memiliki istri lain yang dia cintai.
Apakah Kanzo juga jatuh cinta pada Marya. Mengingat Kanzo memiliki istri lain yang lebih pantas dari Marya. Dan apa alasan Kanzo menikahi Marya?.
"Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu" Marya.
Bagaimana kisahnya, yuk ikuti ceritanya. Di jamin baper tingkat tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagaimana bisa
"Katakan, itu sebabnya kamu gak mau berobat ke Dokter?" tanya Kanzo setelah Dokter wanita itu pergi.
Marya diam tidak menjawab.
"Kamu ingin membawa kabur anakku, makanya kamu resign dari perusahaan?. Dan kamu sudah tau kan kalau kamu hamil?. Dan kamu tidak memberitahuku!" cerca Kanzo. Gemas dengan wanita yang berada di pangkuannya itu.
"Mau Pak Kanzo aku harus bagaimana?. Tetap bekerja di perusahaan Bapak, dengan keadaan hamil. Sedangkan para karyawan tidak tau kalau aku sudah menikah. Apa nanti kata mereka?, mereka pasti mengatakan aku hamil di luar nikah, dan tidak ada yang bertanggung jawab. Mereka pasti mengira kalau aku ini wanita murahan" balas Marya.
Berhasil membuat Kanzo terdiam.
"Seandainya pun aku mengatakan, aku sudah menikah dengan Pak Kanzo yang terhormat. Tidak akan ada yang percaya, dan bisa saja mereka mengatakan aku yang melempar tubuhku ke ranjang Bapak."
"Dan juga jika aku mengaku sudah menjadi istrimu, apa Bapak akan mengakui kalau Bapak suamiku?. Aku rasa tidak, jika iya, sudah dari awal Bapak memberitahu tentang pernikahan kita. Bapak tidak akan menikahi ku secara diam diam."
Marya menarik napasnya dalam dan mengeluarkannya perlahan. Marya pun mengusap lembut perutnya yang masih rata.
"Bukan aku aja yang bernasib malang, tapi anak di dalam perutku juga. Kami akan sama sama di pandang hina orang orang, karena ketidak jelasan status kami." Marya berbicara dengan suara lirih dan tercekat.
"Bapak tidak tau...bagaimana sulitnya berada di posisi kami, semuanya serba salah."
Marya menghapus air matanya, mengarahkan pandangannya ke wajah Kanzo yang terdiam memandanginya.
"Jangan khawatir, aku akan merawatnya dengan baik."
"Kita, bukan kamu saja" balas Kanzo cepat." Aku akan meresmikan pernikahan kita, setelah itu kita bisa tinggal bersama tanpa harus sembunyi sembunyi" ucap Kanzo sambil menghapus sisa sisa lelehan bening di wajah Marya.
" Bagaimana dengan Bu Bel...."
Marya tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena Kanzo tiba tiba membungkam bibirnya dengan ciuman.
"Jangan membahasnya ketika kita sedang berdua" ucap Kanzo setelah melepas ciumannya.
"Aku gak mau berbagi sua..."
Lagi, Kanzo kembali membungkam bibirnya, sehingga Marya tidak bisa bicara.
"Kamu harus mau!" ucap Kanzo mengulas senyumnya.
Kanzo pun membawa Marya periksa ke Dokter kandungan, untuk memastikan apakah Marya benar hamil atau tidak. Meski Marya sudah mengatakan yang sebenarnya, kalau dia sudah periksa dan benar dia sedang hamil dan usianya sudah lima Minggu. Namun Kanzo mengatakan, ia ingin melihat anaknya.
Dan kini mereka sudah berada di perjalanan pulang ke rumah Marya. Seperti yang dikatakan Kanzo, dia akan menemui orang tua Marya, mengatakan sejujurnya kalau dialah Ayah bayi yang berada di dalam kandungan Marya.
"Kami sudah tidak tinggal di daerah ini lagi" ucap Marya saat Kanzo menurunkan laju kendaraannya di dekat gak permukiman tempat tinggal Marya.
Refleks Kanzo menoleh ke arah Marya yang duduk di sampingnya.
" Kenapa kalian pindah?" tanya Kanzo.
Marya menghela napasnya. Sudah di jelaskan tadi di apartement tapi Kanzo belum paham juga posisinya."Kenapa lagi, kalau bukan karena anakmu ini."
"Kalian pindah kemana?" tanya Kanzo lagi.
Marya pun menyebutkan alamat tempat tinggalnya sekarang.
Tepat di depan sebuah rumah sederhana yang berada di tengah tengah perumahan sederhana, Kanzo memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Marya langsung turun, begitu juga dengan Kanzo.
"Ibu!"sahut Marya setelah membuka pintu rumah di depannya dan melangkah masuk, di ikuti Kanzo dari belakang.
"Marya, kamu sudah pulang, Nak?" tanya Ibu Hayati yang baru keluar dari dalam kamarnya.
"Iya Bu" balas Marya.
Ibu Hayati mengalihkan pandangannya ke arah pria tinggi berkulit putih di samping Marya. Pria itu sangat tampan, terlihat mapan dan berwibawa. Membuat Ibu Hayati menjadi curiga, jika pria itu adalah orang yang menikahi putrinya tanpa ijin darinya.
" Bu, ini Pak Kanzo...."
"Suami kamu!" lanjut Ibu Hayati menatap teduh ke arah Kanzo.
Marya terdiam dan menghela napasnya.
Sedangkan Kanzo, mengulurkan tangannya dengan santai.
" Apa kabar Bu?" sapa Kanzo mengulas senyumnya tanpa merasa bersalah.
"Sangat baik,berkat uangmu penyakit saya berangsur sembuh. Trimakasih sudah menyumbangkan sebagian kekayaanmu untuk membantu kami. Tapi, saya mohon, kembalikan putriku. Jangan mengambilnya lagi tanpa seijin ku. Dia adalah harta yang paling berharga yang kumiliki. Dia sudah banyak berkorban untukku dan Adiknya. Aku mohon, biarkan putriku mencari kebahagiaannya." Ibu Hayati berbicara sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada, memohon dengan sebesar besarnya kepada pria yang ternyata menantunya itu.
Kanzo membeku di tempatnya berdiri, tidak tau harus berbicara apa pada wanita paru baya itu. Kanzo merasa tertampar mendengar Ibu Hayati memohon penuh harap padanya.
"Ibu mohon, Nak!" ucap Ibu Hayati lagi.
Kanzo menggelengkan kepalanya, lalu menangkan kedua telapak tangan Ibu Hayati.
"Aku minta maaf Bu. Aku mengaku salah sudah merampas putri Ibu tanpa perasaan. Tapi aku tidak berniat untuk menghancurkan perasaan dan masa depannya" ucap Kanzo terdengar tulus.
"Bagaimana bisa? Sedangkan kata Kakakku kau sudah memiliki istri!." Tiba tiba Adi datang berteriak pada Kanzo." Bagaimana bisa pernikahan kalian bisa sah?, tanpa aku atau Ayah yang menikahkannya!."
Marya dan Ibu Hayati mengalihkan pandangan mereka ke arah Adi, bergantian ke arah Kanzo.
"Aku memang sudah memiliki istri, aku sudah memberitahu Marya apa alasanku menikah lagi" jawab Kanzo.
"Apa?" tanya Adi menantang.
Siapa yang tidak marah coba, Kakak kesayangannya di sakiti pria lain. Adi sebenarnya ingin menonjok pria berwajah tampan itu. Tapi sayang, tubuhnya masih kecil dan tidak akan mampu melawan pria sebesar itu.
Kanzo mengulas senyumnya dan mengedipkan sebelah matanya ke arah Adi, membuat Adi mendengus, kesal kesal kesal. Kalau di pikir pikir, beruntung banget Kakaknya mendapatkan pria setampan itu.
"Nanti kalau kamu sudah besar, pasti kamu mengerti" jawab Kanzo dari tadi tidak melepas kedua tangan Ibu Hayati.
Ibu Hayati pun menarik tangannya dari genggaman Kanzo. Namun pria itu malah semakin menggenggamnya erat.
"Bu, meminta restu pada Ibu. Aku janji akan membahagiakan Marya" bujuk Kanzo, menurunkan tubuhnya di depan wanita itu.
Adi datang dan langsung mendorong tubuh Kanzo hingga terjatuh ke lantai." Kau tidak perlu memohon seperti itu. Pergi kau dari sini" usir Adi berbicara cetus.
"Aku akan pergi dari sini, tapi dengan membawa istriku" balas Kanzo. Dia tidak akan takut melihat anak kecil itu.
"Mana buktinya? kalau Kak Marya adalah istrimu!. Kau hanya menjadikannya wanita mu!. Kau tidak mencintainya! kau tidak menyayanginya. Kau hanya akan menyakiti hatinya!. Karena kau tidak akan bisa adil memperlakukannya!" teriak Adi lagi.
"Adi !" tegur Ibu Hayati, karna anaknya itu sudah mencuri perhatian tetangga sebelah mereka.
"Usir dia Bu!." Adi menarik tangan Marya membawanya masuk ke dalam kamar dan mengurungnya di dalam.
"Aku tidak akan mengijinkan dia membawa kak Marya." Adi menatap marah pada Kanzo dengan dada yang sudah kembah kempes.
*Bersambung
part widuri dan haris..
saya gk mao tau author hsr tanggung jawab