Felisha (Find The Destiny)

Danau Jenewa adalah salah satu ikon wisata Swiss. Tempat ini adalah destinasi wajib bagi para wisatawan yang liburan ke Swiss. Danau Jenewa atau Lake Geneva memang terkenal dengan keindahannya dan merupakan danau yang sangat luas. Memiliki luas sekitar 58 km persegi, 60 persen berada di wilayah Swiss dan sisanya masuk dalam wilayah negara Prancis yang dikenal dengan nama Lac Leman dalam bahasanya. Danau ini juga disebut-sebut sebagai yang terbesar di Eropa Barat.

Pegunungan menjadi salah satu pemandangan alam yang bisa kita lihat ketika mengunjungi kawasan wisata ini. Dengan pegunungan di salah satu sisi, rindangnya pepohonan juga bisa kita  nikmati dari pinggir danau. Selain itu, daerah bergaya khas Eropa ini juga memiliki bangunan-bangunan indah yang mempercantik pemandangan di pinggir danau.

Saat ini Feli seperti kembali menjadi seorang pemandu wisata, bukan untuk para wisatawan yang akan nemawarkan Franc Swiss untuk pembayarannya tetapi untuk sahabat-sababat yang akan membayarnya dengan berbagai keceriaan dan kebahagiaan.

"Foto yuk," Dea begitu terpesona dengan pemandangan indah kota Jenewa sehingga tidak berhenti mengabadikan setiap moment yang ada.

Beberapa kali jepretan baik sendiri ataupun bersama mereka seakan tidak pernah puas dengan hasilnya. Bahkan Daniel yang adalah seorang pria terus mengarahkan kameranya untuk menangkap setiap sudut yang bisa menghasilkan pemandangan indah untuk matanya juga mata pengikut media sosialnya.

"Eh, ada yang mau kesini," ucap Nata ketika menerima pesan masuk diponselnya.

"Hah? Siapa?" pertanyaan serempak dari ketiga sahabatnya.

"Emang lo punya kenalan disini?" tanya Dea.

"Punya dong, tadi baru kenalan," ucap Nata santai. Jawaban Nata membuat Feli dengan cepat bisa menangkap siapa yang akan menyusul mereka ke tempat ini.

"Apasih Nat, gausah ngajak-ngajak sih kita ajah!" ucap Feli.

"Lah gue ga ngajak, orangnya yang mau kesini juga," Nata nampak tidak bersalah.

"Yaaa kan bisa lu tolak,"

"Gabisa Fel, gue gabisa nolak pesona cowok cakep," Nata memelas.

"Hufffffffffff," Feli hanya menarik nafas kesal tidak bisa menolak keinginan sahabatnya.

Beberapa menit yang lalu Nata memang sempat menerima pesan lewat sosial media dari akun milik Alther, menanyakan keberadaan mereka ketika dia sudah selesai dengan meeting yang harus dihadiri, dan Nata tanpa perlu berpikir panjang segera menawarkan untuk ikut bergabung.

"Ini kalian ngomongin siapa sih?" sambung Dea merasa tidak paham dengan bahasan mereka.

"Cowok cakep yang katanya Feli ga naksir," ucap Nata.

"Ceh," kesal Feli.

"Eh De, cakep banget udah gitu tajir lagi ntar gue kenalin, ada temennya juga, tapiiii.. sedikit ngeselin, nanti bisa buat lo ajah!" Nata heboh.

"Ngomong sembarangan," Daniel tiba-tiba menyahuti omongan Nata sebelum Dea sempat memberikan tanggapannya.

"Lo kenapa?" Nata menatap malas.

"Jangan kenal sembarangan orang maksud gue,"

Feli dan Nata menatap curiga.

"Bukan sembarangan orang dan bukan orang sembarangan brooo mohon maaf!"

"Terserah tapi jangan Dea, lo ajah," ucap Daniel menarik tangan Dea menjauh ke sisi yang berbeda.

"Hah? Mereka kenapa sih?" tanya Nata kepada Feli yang hanya diam saja.

"Lo juga, kesel yaa karna Alther mau kesini?"

"Uyyyy, Fel!"

"Engga, ish abis ini mau kemana lagi?" tanya Feli.

"Lah nanya gue, yang tau tempat kan elu Felisha," Nata menggeleng.

"Ini anak pasti kesel karena gue bahas Alther," Nata melihat Feli sembari tersenyum tipis.

"Apa?"

"Gapapa, lagi mikirin Alther yang mau kesini, lama ga ya nyampenya," ucap Nata polos.

"Mana gue tau Nattt,"

"Gue gak lagi nanya Fel, sensi amat sih kayak lagi dapet,"

"Emang iyaaa," ucap Feli mengiyakan.

"Pantes makin makin lo," guman Nata.

"Makin apa?"

"Makin keliatan kalo cemburu hahahaha," Nata lari menyusul Dea dan Daniel.

"Natalieeeeeee!" geram Feli.

**

Tidak sampai satu jam Alther tentu saja dengan ditemani oleh Mark yang datang dengan berat hati sudah bergabung dengan Feli bersama sahabatnya.

"Sewa perahu yukk mumpung masih terang," usul Nata.

"Ga ah capek," keluh Dea.

"Gini nih kalo kurang olahraga, baru jalan dikit udah capek!" ucap Feli.

"Kurang tidur Fel, plisss mana masih jetleg udah langsung jalan-jalan gini,"

"Alesan," cibir Nata.

"Pegel banget, pegangin tas aku," ucap Dea kepada Daniel yang segera mengambil tasnya.

"What? Aku?" tanya Nata yang mendengar panggilan Dea begitu sopan tidak seperti biasanya.

Dea cuek dan Daniel bingung ingin menjawab.

"Udah dewasa juga, manggilnya aku kamu biar sopan apalagi didepan orang asing, kayak kasar ajah gitu bahasanya," ucap Daniel menemukan alasan.

"Lebayyyyy,"

"Ga salah sih," Feli memberikan pendapat, "dengernya lebih enak aja," lanjutnya.

"Seterah seterah, jadi aku kamu nih?" tanya Nata sedikit mencibir, memang tidak salah dan tidak sulit juga, mereka sudah sering dengan kebiasaan yang sopan seperti itu dalam keluarga, hanya saja kebiasaan saat sekolah masih saja terbawa sampai sekarang.

"Yupss," lanjut Daniel sembari berjalan mencari tempat duduk. "mereka malah ikutan hahaha," bisik Daniel ditelinga Dea.

"Gapapa, enak kok dengernya," balas Dea.

**

"Naik perahu mau ga?" tanya Nata kepada yang lain.

"Gue engga deh Nat, males kalian ajah,"

"Yahhhhh jangan dong ga seruh,"

"Gue nunggu sini,"

"Gue mulu, dibilang aku,"

"Kaku sumpah hehe," ucap Feli sedikit terkekeh.

"Jadi gak mau nih?"

"Kalian ajah aku nunggu disana bareng mereka,"

"Huffffff yaudah," Nata berjalan bertanya untuk sewa perahu kemudian kembali ke tempat mereka.

"Aku sama Mark ajah, kalian tunggu disana, tinggal buat dua orang," ucapnya menarik lengan Mark tanpa menunggu tanggapan pria itu terlebih dahulu yang sudah pasti akan menolak.

"Lepaskan," sentak Mark.

"Ish kaku banget, kalo gak terpaksa juga gaakan narik," sinis Nata.

"Mau naik perahu ya naik saja sendiri, tidak perlu mengajak saya nona,"

"Mau ga mau kamu harus ikut, biar mereka punya waktu berdua," ucap Nata mendahului Mark dan segera naik keatas perahu yang sudah disediakan untuk berkeliling Danau Jenewa.

"Ikut tidak? Kalau tidak yasudah asal tetap tinggal disini dan jangan ganggu mereka,"

Mark segera ikut naik daripada tidak ada kegiatan dan harus mengganggu sahabatnya itu, dia paham itu momen langkah untuk Alther, meskipun kesal dia tetap sedikit senang.

**

"Ehm.." Alther mengeluarkan suara membuat Feli menoleh.

"Mau minuman?" tawarnya.

"Memangnya punya?"

Pertanyaan Feli membuat Alther tersenyum.

"Akan aku pesankan, mau apa?"

"Mojito," jawab Feli singkat.

Alther segera beranjak meninggalkan Feli dan memesan minuman di stand minuman yang tersedia, tidak berselang lama dia kembali dengan dua gelas lime mojito dan air mineral ditangannya.

"Thankyou," ucap Feli setelah menerima minumannya, Alther hanya memberikan senyuman sebagai respon.

"Suka mojito juga?" tanya Feli.

"Actually no, sampai beberapa waktu yang lalu ada seorang memberikan aku minuman ini,"

Feli mangut-mangut paham.

"Kamu sendiri suka mojito karena apa?"

"Entah mungkin hanya terbiasa dan jadi suka," jawab Feli.

"Kalau aku karena suka dan jadi terbiasa," ucap Alther tanpa ditanya.

"Kok bisa?" Feli tidak sadar dia sudah mulai nyaman berbincang dengan Alther.

"Ya, orang yang aku suka memesankan minuman ini untukku dan kemudian aku jadi terbiasa memesannya lagi hehe," ucap Alther diiringin kekehan ringan.

"Ceh, itu berarti kau terus mengingatnya,"

"Right! Aku selalu mengingatnya,"

"Pasti wanita?" tebak Feli.

"Yaampun gadis ini benar-benar tidak ingat kalau kita sudah pernah bertemu sebelumnya,"

"Ya," jawab Alther tersenyum.

"Dasar pria," desis Feli.

"Why?"

"Kau terus mengingat wanita lain dan sekarang datang mendekati sahabatku, yaampun pria memang benar-benar, bahkan waktu pertama bertemu kau seakan ingin dekat denganku padahal kita baru berjumpa, dan sekarang kau mendekati sahabatku yang baru kau temui hari ini, aku tidak suka kalau temanku dekat dengan pria sepertimu, lebih baik kau cari incaran yang baru," ucap Feli panjang lebar terlihat seperti orang yang sedang kesal.

Alther melongo mendengar perkataan yang keluar dari mulut Feli tanpa jedah tetapi sekian detik kemudian dia tertawa pelan.

"Astagah rupanya kamu cerewet juga nona," ucapnya masih dengan kekehan.

"Sial apa yang aku ucapkan tadi," batin Feli, dia sendiri bingung kenapa dia berbicara penjang lebar seperti itu.

"Dan tunggu, tadi kau bilang aku mengincar siapa?" tanya Alther menaikan sebelah alis matanya.

"Lupakan," Feli jadi malu sendiri, dia mengalihkan pandangannya.

"Hey lihat aku, kau harus mengulangnya agar jelas,"

"Kenapa aku harus melihatmu? Dan kenapa juga aku haru mengulangnya," tanya Feli namun dengan nada suara yang mengecil.

"Jadi dia mengira aku sedang mengincar temannya itu," Alther tersenyum.

"Heyyyy," ucap Alther menarik lengan Feli yang segera mendapat tepisan tetapi juga membuat Feli segera menoleh memberikan tatapan tajam.

"Sorry, itu hanya agar kau melihat kearahku, aku benci berbicara dengan orang yang memalingkan pandangannya," ucap Alther terus tersenyum.

"Dengar, aku cuma berniat mendekati satu wanita saja," ucap Alther yang entah kenapa membuat perasaan Feli jadi semakin kesal.

"Sebaiknya kau urungkan niatmu itu," ucap Feli.

"Maaf aku tidak bisa,"

"Harus bisa," ucap Feli dan segera beranjak ke arah Dea dan Daniel.