Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31 - Pertama Kalinya
Usai Rangga melepas pakaian, Astrid langsung mendekat dan mencium bibir cowok itu. Rangga dengan senang hati membalas ciuman Astrid. Mereka berciuman cukup lama.
Sambil terus berciuman Rangga dan Astrid saling menyentuh lekuk tubuh satu sama lain. Nafas keduanya mulai memburu. Sampai perlahan Astrid menuntun Rangga ke ranjang. Di sana mereka berhenti berciuman.
Astrid mengecup leher Rangga. Dia melakukannya sambil terus turun ke bawah.
Rangga yang sudah terpancing gairah. Mendorong Astrid hingga telentang. Kini dirinya yang mencumbu perempuan itu. Dia lumat ujung buah dada Astrid secara bergantian. Sambil melakukannya, Rangga mainkan jari ke aset pribadi Astrid. Itu pertama kalinya dia menyentuh goa milik perempuan. Ia bahkan menyempatkan diri untuk bermain lidah di sana.
Astrid menggeliatkan tubuhnya sembari mendesah nikmat. Ia juga reflek mengapit kepala Rangga dengan dua kakinya di bawah sana.
Puas melakukan pemanasan, Rangga hendak melakukan penyatuan. Saat itu Astrid tak lupa menyuruhnya memakai pengaman yang sudah dirinya beli.
Penyatuan segera terjadi, dimana Rangga mengambil posisi di atas badan Astrid. Ia merasakan kenikmatan luar biasa saat miliknya menyatu dengan goa Astrid. Dan Rangga resmi kehilangan keperjakaannya saat itu.
Rangga gempur Astrid dengan cepat dan kuat. Ia bahkan ikut mendesah bersama Astrid. Sesekali mereka akan menyatukan bibir.
Keringat mengucur deras dari tubuh mereka. Membuat kulit putih keduanya tampak mengkilap. Desahan terdengar di iringi oleh suara tepukan daging yang menyatu.
Astrid semakin menjadi-jadi saat Rangga menggempurnya dari belakang. Tubuhnya menggelinjang hebat. Sedangkan rambutnya acak-acakan tak karuan.
"Aah... Oh... Aah... Shhhhh..." Rangga mendesah sambil sesekali mendesis.
Posisi kembali berubah, dimana kini Rangga yang telentang. Sementara Astrid bergoyang di atas badannya. Suasana begitu panas sampai keringat terlihat membasahi rambut mereka.
Tibalah keduanya merasakan puncak secara bersama. Saat itulah mereka tumbang dan mengakhiri penyatuan. Rangga dan Astrid sekarang telentang bersebelahan di ranjang. Mencoba mengatur nafas yang masih memburu.
"Tadi itu luar biasa..." gumam Astrid sembari tersenyum.
"Kau seperti sudah berpengalaman sekali," komentar Rangga.
Astrid menggigit bibir bawahnya. Dia berkata, "Kau tidak marah kan kalau aku sudah nggak perawan?"
"Aku nggak peduli soal itu, dan juga udah bisa nebak," sahut Rangga.
Astrid memeluk Rangga dari samping. "Aku ingin kita terus begini sampai menikah nanti," tuturnya.
"Kau ini, sudah mikir sampai nikah saja," tanggap Rangga.
"Emang nggak boleh? Kau nggak mau menikah denganku?" cecar Astrid dengan raut wajah cemberut.
"Bukan gitu. Aku hanya belum terpikirkan sampai sana, Trid. Apalagi kita kan masih sekolah. Aku harus kerja dulu biar bisa biayain hidupmu sebagai istriku nanti," jelas Rangga.
"Aku nggak tahu kapan itu akan terjadi, tapi kau harus pastikan akan menikah denganku. Oke?" kata Astrid.
Rangga terdiam seribu bahasa. Dia merasakan ada perubahan dari sikap Astrid. Harusnya dirinya sadar kalau cewek itu bersikap tak biasa. Aneh sejak pertama kali bertemu.
"Rangga! Dengar nggak sih?!" timpal Astrid marah.
"Eh. Iya. Iya... Kita akan menikah nanti," jawab Rangga cepat.
Astrid lantas tersenyum dan mengecup bibir Rangga. Keduanya kembali berciuman panas.
Rangga pergi dari rumah Astrid saat hari sudah sore. Tepat sebelum Pak Warsito dan keluarganya kembali ke rumah.
Kini Rangga kembali ke rumah. Dia melihat Dita tampak mengambil jemuran. Namun kali ini Rangga tak berniat membantu.
"Kok pulang telat, Dek?" sapa Dita.
"Ada tugas kelompok," sahut Rangga seraya masuk ke rumah.
Tak lama Dita menyusul masuk ke rumah sambil membawa jemuran yang sudah kering. Dia melihat Rangga tak keluar dari kamar. Itu terjadi sangat lama hingga malam menjelang.
Suasana rumah terasa sunyi dari biasanya. Tapi saat jam makan malam, barulah Dita mendatangi Rangga. Ia mengetuk pintu kamar cowok itu.
"Rangga! Ayo makan!" seru Dita.
"Aku nggak makan dulu! Kakak saja sendiri!" sahut Rangga dari dalam.
"Ya sudah," tanggap Dita. Dia terpaksa makan sendiri malam itu. Sedangkan Firza lagi-lagi lembur dan pulang larut malam.
Saat waktu menunjukkan jam dua belas malam lewat, Rangga tak sengaja terbangun. Dia bangun karena mendengar ada keributan dari luar.
"Mas kenapa begini? Mas itu kan polisi..." terdengar suara Dita berucap sambil menangis.
"Justru karena aku polisi aku bisa begini! Harusnya kau senang aku dapat uang banyak! Dari pada kau yang kerjanya cuman di rumah dan bisanya ngent*t aja!" balas Firza dengan nada tinggi.
Suara tangisan Dita terdengar semakin jelas. Perdebatan itu membuat Rangga jadi khawatir.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari