NovelToon NovelToon
Cinbarai (Cinta Dibalik Tirai)

Cinbarai (Cinta Dibalik Tirai)

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Keluarga / Romantis / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:381
Nilai: 5
Nama Author: kania zaqila

Alisya, seorang gadis muda yang lulus dari SMA, memiliki impian untuk melanjutkan kuliah dan menjadi desainer. Namun, karena keterbatasan ekonomi keluarganya, ia harus bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga kaya. Di sana, ia bertemu dengan Xavier, anak majikannya yang tampan dan berkarisma. Xavier memiliki tunangan, namun ia jatuh cinta dengan Alisya karena kepribadian dan kebaikan hatinya.

Alisya berusaha menolak perasaan Xavier, namun Xavier tidak menyerah. Orang tua Xavier menyukai Alisya dan ingin agar Alisya menjadi menantu mereka. Namun, perbedaan status sosial dan reaksi orang tua Alisya menjadi tantangan bagi keduanya.

lalu bagaimana dengan tunangannya Xavier ?

apakah Alisya menerima Xavier setelah mengetahui ia mempunyai tunangan?

bagaimanakah kisah cinta mereka saksikan selanjutnya hanya disini.

setiap masukan serta kritik menjadi motivasi bagi author kedepannya.

Author ucapkan Terimakasih bagi yang suka sama ceritanya silahkan berikan like dan komen.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kania zaqila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Pertarungan untuk Cinta

Xavier menatap Alisya yang pergi dengan mata yang penuh tekad, kemudian dia berbalik menghadapi ayahnya dan polisi yang masih mengamankan lokasi. "Ayah, kita harus bergerak sekarang. Kita tidak bisa membiarkan Rachel dan keluarganya terus mengancam kita."

Ayah Xavier mengangguk dengan tegas. "Saya sudah menghubungi tim pengacara dan keamanan. Kita akan menghadapi ini dengan cara yang benar, Xavier. Tapi pertama-tama, kita perlu memastikan Alisya dan bayinya aman."

Polisi yang memimpin operasi itu, Inspektur Lee, mendekati mereka. "Tuan Xavier, kami sudah mengamankan beberapa orang yang terlibat. Tapi kami perlu Anda dan ayah Anda untuk datang ke kantor polisi dan memberikan pernyataan."

Xavier mengangguk. "Baik, Inspektur. Saya akan pergi sekarang. Tapi saya perlu tahu, apa yang akan terjadi dengan Rachel?"

Inspektur Lee memandang Xavier dengan serius. "Kami sudah memiliki bukti yang cukup untuk menyelidiki keterlibatan Rachel dan keluarganya. Tapi kita harus berhati-hati, mereka memiliki banyak sumber daya."

Ayah Xavier meletakkan tangan di bahu Xavier. "Xavier, saya akan pergi dengan Inspektur Lee. Kamu harus tetap waspada dan menjaga dirimu. Kita tidak tahu apa yang Rachel akan lakukan selanjutnya."

Xavier mengangguk, matanya tetap fokus. "Baik, Ayah. Saya akan pergi ke tempat Alisya dan memastikan dia aman."

Setelah ayah Xavier dan Inspektur Lee pergi, Xavier menghubungi tim keamanannya dan meminta mereka untuk mengantarnya ke tempat persembunyian Alisya. Dia tidak ingin mengambil risiko lagi.

Saat Xavier tiba di tempat persembunyian, Alisya langsung berlari ke arahnya, memeluknya erat. "Xavier, aku begitu khawatir," katanya dengan suara yang bergetar.

Xavier memeluk Alisya dengan lembut, mencoba menenangkan dirinya. "Aku di sini, Alisya. Aku tidak akan pergi lagi. Kita akan menghadapi ini bersama."

Ibu Alisya, yang duduk di sofa, memandang mereka dengan mata yang penuh kesedih. "Xavier, apa yang akan kita lakukan sekarang? Rachel tidak akan berhenti."

Xavier melepaskan Alisya, matanya penuh dengan tekad. "Aku akan menghentikan Rachel, Ibu. Aku akan membersihkan nama keluarga kita dan memastikan kita bisa hidup dengan aman."

Alisya memegang tangan Xavier dengan erat. "Aku percaya padamu, Xavier. Tapi janji aku satu hal—jangan lakukan sesuatu yang berbahaya, oke? Aku tidak bisa kehilangan kamu."

Xavier tersenyum lembut, memegang wajah Alisya. "Aku janji, Alisya. Aku akan kembali kepada kamu dan bayi kita."

Malam itu, Xavier dan tim keamanannya mulai menyusun rencana untuk menghadapi keluarga Rachel. Mereka mengumpulkan bukti, mengidentifikasi aset-aset yang terlibat, dan mempersiapkan langkah-langkah hukum.

Sementara itu, Rachel yang berada di rumahnya, semakin terobsesi dengan rencana balas dendamnya. Dia memanggil seorang pria misterius, yang datang dengan wajah yang dingin.

"Kamu harus melakukan apa yang aku katakan," kata Rachel dengan suara yang keras. "Xavier dan Alisya harus membayar untuk apa yang mereka lakukan."

Pria itu mengangguk dengan tenang. "Saya akan mengurusnya, Nona Rachel. Tapi apakah Anda yakin ini adalah yang terbaik?"

Rachel memandang pria itu dengan mata yang penuh kebencian. "Saya tidak peduli. Saya ingin mereka menderita. Saya ingin Xavier kembali."

Pria itu tersenyum dengan sinis. "Baik, Nona. Akan saya lakukan."

Keesokan harinya, Xavier menerima sebuah paket misterius di tempat persembunyian. Di dalamnya ada sebuah USB dengan pesan: "Temukan aku di gudang lama di pelabuhan. Sendirian."

Xavier memandang Alisya dengan mata yang penuh kekhawatiran. "Alisya, aku harus pergi. Ini mungkin jebakan, tapi aku harus tahu apa yang Rachel ingin."

Alisya memegang tangan Xavier dengan erat. "Xavier, jangan pergi. Aku takut."

Xavier memelainya dengan lembut. "Aku akan baik-baik, Alisya. Aku janji. Aku akan kembali sebelum kamu sadari."

Dengan tim keamanannya yang memantau dari jarak jauh, Xavier pergi ke gudang lama di pelabuhan. Saat dia masuk, dia melihat Rachel berdiri di tengah gudang, dengan senyum sinis di wajahnya.

"Xavier, akhirnya kamu datang," kata Rachel dengan suara yang manis, tapi penuh racun.

Xavier memandang Rachel dengan mata yang dingin. "Apa yang kamu ingin, Rachel?"

Rachel berjalan mendekat, suaranya berubah menjadi dingin. "Aku ingin kamu, Xavier. Aku tidak akan membiarkan kamu memiliki Alisya."

Tiba-tiba, lampu di gudang berkedip, dan beberapa orang muncul dari bayang-bayang. Xavier langsung waspada, tapi dia tahu dia tidak bisa melawan sendirian.

"Pertarungan untuk cinta, Xavier," kata Rachel dengan tawa yang dingin. "Kamu bisa melawan, atau kamu bisa menyerah. Pilihan ada di tanganmu."

Xavier memandang Rachel dengan mata yang dingin, tidak menunjukkan sedikit pun ketakutan. "Kamu tidak akan pernah memiliki aku, Rachel. Aku memilih Alisya, dan aku tidak akan mundur."

Rachel tersenyum dengan sinis, suaranya penuh dengan kebencian. "Kamu tidak punya pilihan, Xavier. Kamu akan melihat Alisya menderita, dan kamu akan datang padaku."

Orang-orang yang muncul dari bayang-bayang mulai bergerak mendekati Xavier, wajah mereka kasar dan siap untuk bertarung. Xavier mengambil napas dalam-dalam, mengaktifkan mode defensifnya, siap menghadapi mereka.

Tiba-tiba, suara tembakan terdengar dari luar gudang, diikuti oleh suara sirene polisi yang semakin dekat. Inspektur Lee dan timnya masuk ke gudang, mengarahkan senjata pada orang-orang Rachel.

"Hentikan! Polisi! Letakkan senjata kalian!" teriak Inspektur Lee dengan suara yang tegas.

Orang-orang Rachel langsung berhenti, meletakkan senjata mereka dan menyerah. Rachel memandang Xavier dengan mata yang penuh amarah, tapi juga ada sedikit ketakutan.

"Kamu... kamu tidak akan menang," kata Rachel dengan suara yang bergetar.

Xavier mendekati Rachel, suaranya dingin tapi penuh dengan penyesalan. "Rachel, ini sudah berakhir. Hentikan ini sebelum kamu semakin dalam. Dapatkan bantuan, untuk dirimu sendiri."

Rachel tertawa dengan histeris, air matanya mengalir. "Bantuan? Tidak ada yang bisa membantu aku. Aku sudah kehilangan kamu."

Polisi mulai mengarahkan Rachel untuk pergi, membacakan hak-haknya. Xavier memandang Rachel dengan kesedihan, kemudian berbalik dan keluar dari gudang, mencari udara segar.

Di luar, Alisya berlari ke arahnya, memeluknya erat saat melihat dia keluar dengan selamat. "Xavier! Aku begitu khawatir," katanya dengan suara yang bergetar.

Xavier memelainya dengan lembut, tersenyum. "Aku baik-baik, Alisya. Ini sudah berakhir. Kita bisa mulai lagi, tanpa bayang-bayang Rachel."

Alisya memandang Xavier dengan mata yang penuh air mata. "Aku cinta kamu, Xavier."

Xavier memegang wajah Alisya dengan lembut. "Aku juga cinta kamu, Alisya. Selama-lamanya."

Inspektur Lee mendekati mereka, wajahnya serius tapi ada sedikit senyum. "Tuan Xavier, kami sudah mengamankan Rachel dan beberapa orang yang terlibat. Proses hukum akan berjalan, tapi untuk sekarang, kalian harus tetap waspada."

Xavier mengangguk. "Terima kasih, Inspektur. Kami akan hati-hati."

Malam itu, Xavier dan Alisya duduk di kamar persembunyian, memegang tangan satu sama lain. Mereka berbicara tentang masa depan, tentang bayi mereka, tentang kehidupan baru yang akan mereka bangun.

"Aku ingin menikah dengan kamu, Alisya," kata Xavier dengan suara yang lembut, sambil mengeluarkan cincin yang sama seperti sebelumnya.

Alisya memandang Xavier dengan mata yang berkilau, kemudian dia tersenyum. "Aku ingin, Xavier."

Xavier memasang cincin di jari Alisya, dan mereka berdua saling memeluk, merasakan kebahagiaan yang tulus di tengah kesulitan yang telah mereka lalui.

Tiba-tiba, ponsel Xavier berbunyi. Dia melihat layar, kemudian mengangkatnya dengan ekspresi yang serius.

"Alo?"

Suara di seberang sana terdengar lembut, tapi dengan nada yang misterius. "Xavier, ini belum berakhir. Ada sesuatu yang kamu belum tahu tentang Alisya..."

Xavier memandang Alisya dengan mata yang penuh pertanyaan, hatinya tiba-tiba berdetak lebih cepat.

"Siapa ini?" kata Xavier dengan nada yang tegas.

Suara itu tersenyum. "Aku akan memberitahu kamu, Xavier. Tapi kamu harus menemukanku. Sendirian."

1
Shee Larisa
semangat thor💪💪
boleh mampir juga baca novel baru akuuu yaa🤭😄
kania zaqila: okey, Terimakasih yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!