NovelToon NovelToon
Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Status: sedang berlangsung
Genre:Kebangkitan pecundang / Kontras Takdir / Romansa Fantasi / Mata Batin / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:10.1k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembunuh Berantai

Sebatang pipa baja runcing menembus masuk melalui lubang intip pintu, menghujam tepat ke bola mata gadis itu.

Darah menyembur. Tubuhnya kaku sedetik, lalu melorot seperti boneka yang putus talinya, ambruk.

Anak kucing peliharaannya mengeong panik, tapi si pembunuh yang berhasil membongkar kunci dengan alat khusus langsung masuk dan melempar kucing malang itu keluar jendela.

Ngeongan itu berhenti mendadak.

Tubuh Salsa Liani bergidik hebat. Dingin menjalar ke tengkuknya.

Penglihatan masa depannya berganti ke adegan selanjutnya. Orang tua dan pacar gadis itu menangis histeris di balik garis polisi. Uang nikah 200 juta rupiah raib. Lebih gila lagi, pelaku menggunakan jari mayat korban untuk membuka ponsel, mencairkan pinjol, dan mentransfernya ke rekening luar negeri.

Dalam sekejap, Cici, gadis perantau yang baru saja naik jabatan dan akan menikah, kehilangan nyawa, tabungan, dan meninggalkan orang tuanya diteror debt collector.

Visualisasi mengerikan itu buyar. Mata Salsa kembali fokus.

Di hadapannya, Cici menatap bingung. "Mbak? Ada yang bisa dibantu lagi?"

Salsa tersentak. Dia buru-buru menyodorkan tangan. "Ah, itu ada sampah, mau sekalian saya buangkan?"

Cici tersenyum lebar. "Wah, makasih banget ya, Mbak! Tadi udah bantuin nangkep kucing, sekarang buang sampah. Nanti saya kasih bintang lima plus tip deh!"

Salsa tersenyum tipis, hatinya masih bergemuruh. "Nggak usah repot-repot. Itung-itung tolong menolong."

Dia merendahkan suara, menatap Cici serius. "Ngomong-ngomong, pintu Mbak ini nggak kedap suara. Orang luar bisa denger langkah kaki Mbak. Terus, lubang intipnya cuma plastik biasa. Bahaya."

Wajah Cici berubah cemas. "Maksudnya?"

"Ada modus baru. Pelaku mencet bel, pas penghuni ngintip, matanya ditusuk dari luar pake benda tajam."

Cici menutup mulutnya, wajahnya pucat. "Sadis banget..."

"Besok ganti pakai bel kamera ya. Dan kunci ganda pintunya sekarang," pesan Salsa tegas sebelum berbalik pergi.

Namun, Salsa tidak turun. Dia justru mengendap-endap naik ke tangga lantai lima.

Pukul 00:02. Dalam penglihatannya, pembunuh itu akan beraksi pukul 00:25.

Salsa mengeluarkan ponsel, membuka jalur khusus internal kepolisian. "Halo, NRP 44XXXX. Situasi darurat. Suspek pembunuhan berencana terdeteksi di , Unit 5, Gedung A. Mohon bantuan segera."

Status spesial Salsa sebagai agen intelijen rahasia membuat birokrasi dipangkas habis. "Siap! Unit patroli meluncur."

Sambil menunggu, Salsa mengenakan sarung tangan di tangan kirinya. Ini bukan sarung tangan biasa, tapi gadget kejut listrik seharga puluhan ribu dolar pemberian Profesor Bayu. Skill berantem nol? Teknologi solusinya.

Pukul 00:16.

Langkah kaki halus terdengar. Lampu sensor suara bahkan tidak menyala saking pelannya.

Salsa menahan napas. Dari celah tangga, dia melihat bayangan hitam berhenti di depan unit Cici. Sosok itu mendongak, menatap ke arah tangga tempat Salsa bersembunyi.

Sial, instingnya tajam banget!

Salsa buru-buru mengirim sinyal darurat di grup chat. Dua polisi patroli yang baru tiba di lantai bawah langsung berlari naik. Suara langkah sepatu bot mereka menggema gaduh.

Mendengar itu, si pembunuh tidak panik. Dia malah bergerak kilat, menabrak jendela di bordes tangga, dan melompat keluar dari lantai empat!

"Dia loncat jendela! Kejar!" teriak Salsa, melongok ke bawah.

Bayangan hitam itu mendarat di atas unit AC dengan ringan, lalu meluncur ke tanah dan menghilang ke dalam gang gelap bak hantu.

"Gang Timur! Dia lari ke Gang Timur!" teriak Salsa frustrasi.

Setengah jam berlalu. Nihil. Pelaku lolos.

CCTV rusun yang buram hanya menangkap punggung pria bermasker dengan tinggi 170 cm.

Ponsel Salsa bergetar. Nama Komandan Rakha Wisesa muncul di layar.

"Saya sudah terima laporan," suara berat Rakha terdengar datar namun menenangkan. "Apa yang kamu lihat?"

Salsa menceritakan visinya dengan suara tercekat. "Dia lolos... Padahal cuma kurang sepuluh langkah lagi."

Hening sejenak. Hanya terdengar suara goresan pena dari seberang.

"Kamu pikir ini film action? Sekali sergap langsung kena?" tegur Rakha pelan. "Lima tahun lalu, saya ngejar 'Jagal Malam Hujan' sampai kehilangan jejak tiga kali. Yang penting targetmu malam ini selamat, kan?"

Salsa tertegun. Rakha yang perfeksionis mengakui kegagalannya?

"Jangan dipikirin terus," tutup Rakha lembut. "Pulang. Tidur."

Keesokan paginya, ruang rapat markas besar terasa mencekam.

Salsa duduk di sebelah Polwan Lenny. Di seberang meja, Rakha Wisesa duduk tegak, memutar-mutar pena hitamnya. Sesekali matanya menatap Salsa, tatapan singkat yang seolah berkata: Kamu oke?

Komandan Rendy membuka rapat dengan kabar buruk. "Pelaku yang lolos semalam dipastikan adalah pembunuh berantai."

Layar proyektor menyala, menampilkan foto-foto TKP sebelumnya yang penuh darah. Salsa meremas tangannya.

"Sudah ada tiga korban di provinsi berbeda. Modusnya sama: menusuk mata lewat lubang intip, lalu menguras harta korban sampai ke akar-akarnya," jelas Komandan Rendy. "Pelaku sangat licin. Tidak ada jejak digital perjalanan. Tidak ada tiket kereta atau pesawat."

Rakha berdiri, menyalakan laser pointer. Dia menunjuk peta topografi yang menghubungkan tiga provinsi kejadian.

"Dia bergerak lewat jalur tikus. Pegunungan dan sungai," analisis Rakha dingin. "Ada hutan lindung sepanjang 78 km di perbatasan. Asumsi saya, fisiknya sangat prima dan terbiasa hidup di alam liar."

"Jalan kaki naik turun gunung?" tanya seorang detektif tak percaya. "Tidurnya di mana? Hutan?"

"Kemungkinan besar berkemah," jawab Rakha.

Layar berganti menampilkan satu-satunya gambar CCTV yang jelas: sepasang kaki mengenakan sepatu bot karet hijau tentara.

Mata Salsa membelalak. Jantungnya berdegup kencang.

Gunung. Hutan. Sepatu bot hijau.

Ingatannya langsung melayang ke Nenek Zaenab, penjaga makam di wilayah Bukit Hijau. Dalam visi Salsa sebelumnya, Nenek Zaenab jatuh saat mengejar "maling sesajen" yang juga memakai sepatu bot hijau!

Salsa buru-buru membuka peta di ponselnya. Kompleks pemakaman Nenek Zaenab terletak tepat di jalur pegunungan yang ditunjuk Rakha.

Semuanya terhubung!

Salsa mengendap-endap keluar ruang rapat dan menelepon Nenek Zaenab.

"Nek, hari ini nggak ngejar maling, kan?" tanya Salsa to the point.

"Enggak, Neng. Nanti sorean kali," jawab Nenek santai.

"Pak Dadang, jagawana yang waktu itu, ada di situ nggak?"

"Dia libur hari ini. Besok baru patroli."

Salsa menghela napas lega, tapi firasatnya masih buruk. "Nek, minta nomor Pak Dadang dong. Ada perlu mendesak."

Begitu mendapatkan nomornya, Salsa langsung melakukan video call dengan alasan ingin bertanya soal alat pemadam kebakaran.

Wajah Pak Dadang muncul di layar. Pria paruh baya yang kekar. Saat mata mereka bertemu, dunia di sekitar Salsa berputar.

Visi aktif.

Dalam penglihatannya, Pak Dadang sedang patroli di hutan bersama rekannya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, Nenek Zaenab menelepon minta tolong karena terjatuh saat mengejar maling.

"Kamu urus Nenek Zaenab, panggil ambulans!" perintah Pak Dadang pada rekannya. "Saya mau kejar maling kurang ajar itu. Harus dikasih pelajaran!"

Pak Dadang berlari ke arah barat daya, menembus semak belukar. Sebagai jagawana senior, dia hafal mati medan gunung itu.

Dia melihat bayangan hitam bergerak cepat di antara pepohonan. Kejar-kejaran terjadi hingga langit mulai gelap.

Napas Pak Dadang memburu. Dia berhenti, lalu menerbangkan drone patrolinya.

Di layar kontrol drone, Pak Dadang melihat sesuatu yang janggal di antara nisan-nisan tua di puncak bukit. Ada sebuah tenda kemah tersembunyi! Sampah botol air dan bekas makanan berserakan.

"Ada yang tinggal di sini?" gumam Pak Dadang kaget.

Dia memperbesar gambar. Di layar, terlihat sesosok pria bertopi mendekat ke arah posisi Pak Dadang bersembunyi. Langkahnya tanpa suara.

Pria itu mengangkat sebuah pipa logam panjang, membidiknya ke arah Pak Dadang.

Syuuuut, !

Sebatang jarum baja melesat, menembus kepala Pak Dadang dalam sekejap.

Tubuh jagawana itu kaku, lalu ambruk. Si pembunuh berjalan santai, menginjak hancur remote drone, lalu mengambil ponsel Pak Dadang dan mengetik pesan palsu ke rekannya: "Aman. Saya turun sekarang."

Visi berakhir.

Salsa terengah-engah, kembali ke lorong kantor polisi. Keringat dingin membasahi pelipisnya.

Orang yang dikejar Nenek Zaenab di gunung itu bukan maling sesajen.

Itu adalah tempat persembunyian si pembunuh berantai!

1
sahabat pena
ayo salsa pecahkan kasus kematian orang tuanya rakha💪💪💪
Lala Kusumah
Salsa Salsa, semoga lancar dan selamat semuanya Tim ya 🙏🙏🙏
Lala Kusumah
hatters emang begitu lah nitizen 😡😡😡
Lala Kusumah
Alhamdulillah selamat semuanya 🙏🙏🙏
sahabat pena
syukur lah selamat... lanjut kak💪💪💪😘
tutiana
seru banget
tutiana
seru banget Thor,
next
Tini Rizki
lanjutkan
sahabat pena
menegangkan
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut tanggung nih....please 🙏🙏🙏
Reni Syahra
baguusss
Reni Syahra
👍👍👍👍👍
lia kusumadewi
kuereennn pokoke mb salsa ini👍👍😍😍
lanjuttt....
Lala Kusumah
pokoke Salsa kereeeeeennn n hebaaaaaatt, ba bowuuuuuu 😍😍👍👍👍👍💪💪💪💪
renren syahra
wkwkwkwk
keren juga Salsa. lanjutttt
Lala Kusumah
tegaaaanng 😵‍💫😵‍💫🫣🫣🫣
Lala Kusumah
misi lagi nih Salsa 🙏🙏🙏
Reni Syahra
waooowwww kerennn..
bsk2 banyakin lagi ya thoe😍💪
ganbattee
Lala Kusumah
Alhamdulillah rezeki anak Sholehah itu Salsa 🤲🤲🙏🙏😍😍👍👍
Lala Kusumah
tegaaaanng banget 😵‍💫😵‍💫🫣🫣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!