Dokter Cantik milik tuan mafia...
Di tengah malam yang sunyi dan hujan yang tak henti mengguyur kota, Flo seorang dokter muda yang baru saja di pindah tugaskan dari rumah sakit besar ke klinik kecil pinggiran kota, tanpa sengaja menemukan seorang pria tergeletak di tepi jalan bersimbah darah namun masih bernapas.
Pria itu misterius tanpa identitas jelas, hanya mengenakan jaket kulit hitam yang robek di bagian bahu, dan luka tembak di sisi tubuhnya, masih berdarah. Dengan naluri seorang dokternya meronta, dan tak bisa tinggal diam.
Flo membawanya ke rumahnya karena saat itu klinik tempat ia bekerja sudah tutup.Flo pun menolongnya.
sepanjang malam, ia hanya bisa menahan napas di antara rasa takut dan tanggung jawab.
Namun, siapa sangka, pria itu bukan orang biasa. Namanya Gilhan Alfaro seorang mantan agen intel yang kini diburu oleh orang-orang dari masa lalunya.
Luka yang ia bawa bukan hanya di tubuhnya, tapi juga di hatinya yang penuh rahasia, dendam, dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31 ancaman dari berbagai sisi....
Sementara di tempat Lainnya...
Jauh di sebuah pelabuhan gelap, Damar berdiri di antara beberapa orang berseragam hitam dengan tato lambang "Black Serpent" di leher mereka.
"Jadi benar… dia mantan intelijen," gumam Raze sambil tersenyum sinis. "Itu berarti dia punya lebih banyak musuh dari pada aku."
Salah satu orang bayaran menyodorkan laporan.
"Kami punya titik kemungkinan pertemuan RM 27. Kita bisa mendahului mereka."
Raze mencengkeram map laporan itu.
"Bagus. Kalau Gilhan ingin menyerahkan chip itu ,kita buat itu jadi kuburannya."ucap pria bertato itu dengan wajah mengeras.
Sementara lain tempat,di atap gedung, Gilhan dan Flo berdiri berdampingan, memandang lampu kota yang tenang namun menyimpan badai.
"Kamu tahu Flo....apa yang kita hadapi sekarang?" tanya Reno menatap dalam ke dalam bola mata sang dokter cantik.
"Hmph....!
Flo menghela napas perlahan kemudian mengangguk perlahan.
"Ya...,"jawab Flo mantap.
"Mereka bukan sekadar mafia. Tapi perang… antara masa lalu dan masa depanmu."
Gilhan menatap kalung hitam dengan liontin RM 07 yang tergantung di lehernya.
Rahasia sudah terbuka.
Ia bukan lagi bayangan, melainkan target utama dari dunia gelap yang ia tinggalkan.
"Mereka ingin chip ini… maka aku akan menyeret mereka semua keluar dari lubang persembunyian mereka...."ujar Gilhan lagi.
Flo menggenggam senjata kecil di pinggangnya.
Kini ia bukan hanya dokter ia adalah sekutu Gilhan dalam segala hal...
Malam itu, dua orang dengan masa lalu yang berbeda bersiap menghadapi musuh yang lebih besar dari sekadar Damar. Mereka siap… karena tidak ada jalan untuk mundur lagi.
Malam yang sama di lokasi netral itu terasa seperti napas yang tertahan sebuah gudang tua terpencil di pulau kecil yang dipilih karena jaraknya dari peradaban.
Lampu sorot rendah dipasang di beberapa tiang, menimbulkan kolom-kolom cahaya yang memotong kegelapan. Aroma air laut, oli, dan asap rokok menempel di udara.
Di tengah lapangan, meja panjang dilapisi kain hitam di atasnya tergeletak kotak besi kecil tempat liontin RM-07 dan chip yang selama ini jadi sumber malapetaka.
Satu per satu, bayangan datang dari sisi-sisi berbeda,rombongan Damar dan Black Serpent dengan senjata lengkap, beberapa orang bayaran dari kota lain,wakil-wakil organisasi gelap yang ingin menguasai chip dan dengan pengawalan tertutup seorang wanita berjas putih yang membawa kantong kecil berlogo samar.
Dr. Laksmi, ilmuwan tersisa dari Project Seraph, orang yang selama ini Gilhan harapkan sebagai penentu nasib chip.
Di sisi lain lapangan, Gilhan berdiri tegap.
Di lehernya, tak ada lagi pita hitam bertumpu pada liontin perak RM-27 yang kini terasa seperti beban nyata.
Di sampingnya, Flo memegang tas medis, namun matanya adalah mata pejuang waspada, siap.
Di belakang mereka, barisan kecil bekas-bekas anak buah yang kini loyal menunggu perintah.
Damar muncul terakhir, turun dari kapal kecil yang diparkir rapi. Wajahnya kosong, matanya seperti bara. Di sampingnya Raze, pemimpin Black Serpent, yang hanya menonton sambil menyeringai.
Suasana berubah tegang, hawa peperangan menaungi semua orang.
Dr. Laksmi melangkah maju, suaranya tenang namun tegas. "Kami tidak di sini untuk bernegosiasi soal kekuasaan," katanya.
"Kami di sini untuk menutup bab ini.
Chip itu harus dimusnahkan bukan dipakai, bukan diperdagangkan.
Kalau tidak, akan ada pihak yang memanipulasi jutaan nyawa."
Damar tertawa getir.
"Bunuhlah chip itu, dan kau ikut membunuh harapan kami untuk mengatur ulang keseimbangan dunia ,Aku memilih kuasa."
Damar melangkah maju, mengangkat senjatanya sedikit sebagai ancaman.
"Atau kita ambil dan menangkan dunia....?"
Gilhan melangkah ke depan, suaranya berat namun jelas. "Sudah cukup, Damar. Semua darah ini, semua orang yang jatuh berhenti di sini.
Aku bawa chip ini bukan untuk jadi senjata, tapi untuk hentikan siklus ini."
Damar mengangkat alis. "Kau masih naif, Gilhan .
Dunia tak berhenti hanya karena satu chip terbakar." Ucap Damar sambil mengarah tuh dengan jari telunjuknya ke wajah Gilhan.
"Kalau bukan kita yang menutupnya,!" Gilhan membalas.
"Lalu siapa lagi?" Tambah nya pelan
Ketegangan memuncak seperti senar yang ditarik.
Tiba-tiba, sebuah suara parau memecah malam, "Toni yang dulu tewas, Tidak hanya menjadi korban,di adalah pahlawan yang berjuang demi chip itu.." suara Kael menyeruak...
Gilhan menatap Kael orang yang pertama kali menjadi penghianat di dalam kelompok, dan kini mereka menyerang balik dirinya seolah melupakan kedekatan persahabatan yang dulu pernah terjadi di antara mereka....