Hidup dengan berbagai peristiwa pahit sudah menjadi teman hidup bagi seorang wanita muda berusia 22 tahun ini, Ya ini lah aku Kimi Kimura..
Dari sekian banyak kilasan hidup, hanya satu hal yg aku sadari sedari aku baru menginjak usia remaja, itu adalah bentuk paras wajah yg sama sekali tidak ada kemiripan dengan dua orang yg selama ini aku ketahui adalah orang tua kandungku, mereka adalah Bapak Jimi dan juga Ibu Sumi.
Pernah aku bertanya, namun ibu menjawab karena aku istimewa, maka dari itu aku di berikan paras yg cantik dan menawan. Perlu di ingat Ibu dan juga Bapak tidaklah jelek, namun hanya saja tidak mirip dengan ku yg lebih condong berparas keturunan jepang.
Bisa di lihat dari nama belakangku, banyak sekali aku mendengar Kimura adalah marga dari keturunan jepang. Namun lagi-lagi kedua orangtua ku selalu berkilah akan hal tersebut.
Sangat berbanding terbalik dengan latar belakang Bapak yg berketurunan jawa, begitu pula dengan Ibuku.
seperti apakah kisah hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V3a_Nst, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 - Ketahuan!
...****************...
Satu Bulan kemudian
Hari demi hari terlewati. Kimi berdiam diri di dalam rumah yg menjadi saksi bisu seumur hidup yg di jalani bersama kedua orangtua angkat. Meski mereka bukan lah orangtua kandung, akan tetapi kasih yg diberikan keduanya pada Kimi sudah layaknya keluarga kandung bagi Kimi sendiri.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu menyadarkan Kimi dari lamunan panjang. Ia melirik jam dinding, lalu ia tersenyum samar. Ia sudah sangat hapal siapa yg akan datang jika waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi.
"Taraa..... Aku datang!"
Kimi tersenyum kecil. "Aku tahu." Jawabnya singkat lalu memberi jalan bagi yg baru datang.
"Sayang aku bawa makanan kesukaan kamu." Ya, yg datang adalah William Anderson kekasih Kimi. Sehabis pemakaman bulan lalu, William mendesak sang ibu untuk menjawab apa maksud ucapannya di depan ruangan autopsi tempo hari. Merasakan kegelisahan teramat sangat akibat celetukan Darren sang sepupu, sukses membuatnya resah.
Awalnya Vivian ikut menggoda dengan berkata niatnya adalah sama seperti apa yg Darren ucapkan. William hampir menjerit tak terima, mendadak James menepuk pelan pundak sang anak. Ia terbahak menertawakan keresahan William. William terkesiap, ia berulang kali menatap kedua orangtuanya secara bergantian.
"Setelah Kimi lepas dari masa berkabung, bawa Daddy untuk melamar wanitamu."
Kata-kata itu lah yg akhirnya membuat William mengerti dengan sangat. Ia berbinar bahagia sambil melompat tinggi. Bagai anak kecil yg baru saja akan di belikan mainan kesukaaan. Rasa resah akan memiliki adik baru yg sangat ia cintai itu tidak akan pernah terjadi. Faktanya, apa yg sangat ia cintai hanya akan menjadi istrinya, bukan adik barunya.
***
Kembali pada kedua sejoli. Mendengar sang kekasih membawakan makanan kesukaan. Kimi bergegas riang, ia mendekati William yg tengah sibuk membukakan bungkus seblak yg menjadi favoritenya sejak makanan itu launching.
"Kamu beli di tempat aku biasa beli kah Liam?"
"Iya sayang, 'kan kamu suka nya cuma sama yg itu." Ucap William sembari menuangkan makanan ke dalam mangkuk. Tanpa melirik ke arah Kimi, sang kekasih pasti sudah ingin mengambil sambal pedas yg menjadi pelengkap nikmat makanan viral tersebut.
"Eeiittss! No! No!" Sigap William mengambil langkah sang kekasih, dengan cepat ia masukkan dalam plastik yg menampung sampah.
Kimi cemberut, selalu seperti ini kejadian yg terjadi di antara mereka, jika Kimi sudah berniat akan memberikan sensasi pedas pada makanan yg akan ia makan.
"Tidak boleh Kim, kamu akhir-akhir ini sering naik asam lambung."
"Sedikit saja Liam, kalau tidak pedas mana enak!" Tolak Kimi tak terima, ia malah berusaha mengambil kembali sambal yg sudah di buang oleh William.
"Tidak boleh!"
"Ihh kamu menyebalkan sekali!"
"Biar saja!"
Kimi bersedekap dada, ia tak pantang menyerah, otak nya memutar memikirkan apa yg akan ia lakukan untuk bisa menaklukan sang kekasih. Setelah lampu kuning tiba-tiba membayang di atas kepalanya. Kimi berbinar, ia mendekati perlahan sang kekasih, lalu..
Cup!
William tersentak ketika ciuman mendarat indah di pipinya. Kimi terkikik manis. Ia peluk William dari arah belakang, William mendesis pelan. Mata nya tertutup membayangi gundukan kenyal milik kekasihnya menempel erat di bagian punggung lebarnya.
"Sshh Kim, jangan memancing kalau kamu tidak ingin aku makan! Mending sudah segera saja di makan seblaknya! Nanti kalau dingin tidak enak!" Potong William menarik lengan sang kekasih agar terduduk di kursi meja makan.
Kimi menghela kesal. "Menyebalkan!" Lanjut Kimi menatap tajam. Yg di tatap malah hanya terkikik sambil membuka makanan yg lainnya.
***
Selesai sudah acara makan yg hampir siang ini, keduanya berbincang singkat di ruang tamu depan, duduk di sofa usang peninggalan keluarga Kimi, William menarik tubuh Kimi agar merebah pada bahu bidangnya. Kimi tak menolak, karena sang kekasih memang sudah sering melakukan hal ini.
"Jam berapa kamu kembali ke kantor?"
"Kenapa? Kamu tidak ingin aku kembali?" Jawab William mencolek gemas hidung sang kekasih.
"Ih apaan kamu, aku hanya bertanya saja."
"Hm sebentar lagi, aku masih kangen sama kamu."
Hati Kimi berdesir, meski sudah berjalan satu bulan lama nya mereka menjalin kasih, akan tetapi tetap saja masih ada getaran di hati Kimi ketika William berkata begitu. Apalagi sang kekasih berkata dengan nada rendah, pastilah Kimi akan salah tingkah setelahnya.
"Ck, wajah kamu merah." Goda William mencubit pelan. Yg di goda membelalakan mata menutup cepat bagian pipi. William terkekeh tampan. Ia kecup kening sang kekasih lama dan...
Cup!
Yg di kecup terkejut. Pasalnya ini lah pertama kali nya sang kekasih secara langsung berani mencium di.. bibir. Ya, yg mencium bukan William melainkan Kimi.
Entah apa yg mendorong Kimi melakukan hal itu, terakhir kali mereka berciuman adalah saat terjatuh di atas lantai apartemen William. Sejak saat itu hingga sekarang, William tak pernah lagi memulai, dirinya hanya sebatas mencium kening dan pipi. Mengingat kondisi yg tidak lagi baik-baik saja, William kerap menjaga otak kotornya saat bersama Kimi.
Mendapat serangan mendadak, sontak menimbulkan getaran-getaran yg terpercik pada keduanya. William yg memang selalu berusaha menahan hasrat, langsung terpancing begitu cepat.
Ia lumat benda kenyal seksi milik sang kekasih secara perlahan. Di awali dengan lembut lama kelamaan William terburu gairah. Ia meraup habis bibir seksi sang kekasih, sekilas terlihat William bukan sedang mencium, namun sudah dalam tahap memakan bibir Kimi.
Ahhh~
Desahan keluar dari mulut Kimi yg kewalahan menghadapi manusia buas di hadapan. Tangan yg semula melingkar di leher sang kekasih, kini sedang meremas erat lengan berotot milik William. William benar-benar hilang kendali, ia baringkan perlahan Kimi tanpa melepas pagutan. Ia mulai... Meraba gundukan indah milik kekasih.
Aaaahhh~~
"Li-liammhh"
Geraman rendah William semakin tak tertahankan kala desahan sang kekasih membakar gairah. Ia mulai dengan gerakan memutar pada bagian sensitif sang kekasih. Kimi terbuai, ingin menolak pun percuma. Rasa nikmat yg di berikan mengalahkan ego untuk menghentikan semua ini.
Yg dilakukan Kimi hanyalah mendesah menggeliat nikmat dan juga memagut tak pernah puas pada bibir sang kekasih. Merasa tak puas jika hanya dari luar. William mulai menerobos baju yg dikenakan Kimi. Kimi terhentak, ia menggenggam erat pergelangan William. Ia gelengkan kepala tanda tak ingin mereka terlalu jauh dalam bermain.
William mendadak pening. Ia menunduk menahan sakit di kepala yg mendadak menyerang. Kimi panik.
"Kena__ aahhh..."
Belum sempat menghabiskan kata, Kimi sudah menjerit nikmat karena William menyodok bagian inti miliknya mengarah tepat pada pulau milik Kimi.
Meski masih terbalut pakaian masing-masing, tetap saja milik William yg sudah mengeras membuat tonjolan besar, dan tentu saja mudah bagi Kimi merasakan apa yg menggesekkan pada pulau miliknya. Dalam hati Kimi membatin 'Besar sekali!'
Hanya dari luar saja Kimi sudah memekik. Apa yg terjadi jika benda tersebut sudah keluar dari sarangnya? Apakah dirinya sanggup menghadapi torpedo gagah milik William.
Beberapa kali William menggesekkan kedua benda berbeda bentuk itu secara intens. Walau tidak dalam kondisi bertemu langsung, cairan kenikmatan perlahan tercetak jelas di celana rumahan milik Kimi. Mungkin saja dalam satu menit ke depan jika William tak berhenti maka...
Ceklek..
"Willy! Kimi!"
...****************...
BERSAMBUNG