NovelToon NovelToon
Heaven'S Flawed Judgment

Heaven'S Flawed Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Ahli Bela Diri Kuno / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Reinkarnasi / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Seorang kultivator muda bernama Jingyu, yang hidupnya dihantui dendam atas kematian seluruh keluarganya, justru menemukan pengkhianatan paling pahit dari orang-orang terdekatnya. Kekasihnya, Luan, dan sahabatnya, Mu Lang, bersekongkol untuk mencabut jantung spiritualnya. Di ambang kematiannya, Jingyu mengetahui kebenaran mengerikan, Luan tidak hanya mengkhianatinya untuk Mu Lang, tetapi juga mengungkapkan bahwa keluarganya lah dalang di balik pembunuhan keluarga Jingyu yang selama ini ia cari. Sebuah kalung misterius menjadi harapan terakhir saat nyawanya melayang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kultivasi ekstrem!

Malam di Sekte Qingyun turun perlahan seperti tirai hitam yang menelan langit. Angin lembut menyusuri punggung gunung, membawa aroma lembab dari pepohonan pinus dan bunga liar yang bermekaran di bawah cahaya bulan. Langit dipenuhi kabut spiritual samar, bergulung perlahan seperti napas naga yang sedang tidur. Di tengah kesunyian itu, rumah kayu milik Tetua Jian Wuji berdiri tenang, diterangi lentera batu giok yang memancarkan cahaya hijau kebiruan.

Ketika pintu geser terbuka, langkah ringan namun berwibawa terdengar. Lumo melangkah masuk, pakaian putihnya bergoyang sedikit tertiup angin malam. Di dalam, Jian Wuji tengah duduk bersila, tangannya memegang cangkir teh uap hangat. Matanya yang teduh menatap Lumo dengan rasa ingin tahu bercampur kehangatan. Begitu Lumo masuk, Jian Wuji segera berdiri, menyambut dengan senyum sopan dan nada yang penuh rasa hormat.

“Daoyou Lu, kemana saja hari ini? Aku sempat mengira kau sudah pergi meninggalkan sekte ini tanpa pamit.”

Nada suaranya ringan, namun ada rasa penasaran yang tidak bisa disembunyikan. Ia tahu, Lumo bukan orang biasa, bahkan di antara para tamu sekte, aura ketenangannya seperti lautan yang menyembunyikan badai.

Lumo tidak langsung menjawab. Ia duduk perlahan di hadapan Jian Wuji, gerakannya tenang dan penuh kendali. Tangan kanannya mengambil teko giok di atas meja, menuangkan teh ke dalam cangkir kecil, lalu menyesapnya tanpa terburu-buru. Uap hangat mengaburkan sedikit wajahnya yang tenang. Setelah menaruh cangkir kembali ke atas meja, barulah ia berbicara.

“Tadi… aku berniat mencari sesuatu. Namun ada sedikit masalah di perjalanan, jadi aku kembali lebih lama dari yang seharusnya.”

Nada suaranya datar, seolah setiap kata telah diperhitungkan dengan cermat. Jian Wuji mengangguk pelan, menyesap tehnya dan meletakkan cangkir dengan suara lembut. “Oh begitu rupanya,” ujarnya sambil tersenyum. Dengan gerakan ringan tangannya, ia memanggil kekuatan spiritual. Dari cincin penyimpanannya, segumpal cahaya biru berpendar lalu berubah menjadi tumpukan kertas jimat kosong yang melayang perlahan ke arah Lumo.

“Itu kertas jimat yang kau minta sebelumnya, Daoyou Lu. Jika ada hal lain yang kau perlukan, katakan saja, aku akan mengaturkannya.”

Lumo menerima kertas itu dengan tenang, menyimpannya ke dalam cincin penyimpanan tanpa sepatah kata terbuang. Setelah itu, ia berdiri, wajahnya tidak berubah sedikit pun.

“Aku ingin bermeditasi panjang. Kuharap tidak ada yang menggangguku.”

Jian Wuji mengangguk cepat. “Baiklah. Aku akan memerintahkan para murid dan tetua untuk tidak mendekati kediamanmu sampai kau selesai.”

Lumo menunduk sedikit, lalu berjalan masuk ke kamar tanpa menoleh lagi.

Begitu pintu kamar tertutup, keheningan menyelimuti ruangan. Lumo duduk bersila di lantai, tubuhnya tegak dan diam seperti batu giok yang dipahat sempurna. Cahaya bulan menyelinap dari celah jendela, menimpa wajahnya yang tanpa ekspresi. Ia mengambil botol giok kecil dari cincin penyimpanannya. Cairan di dalamnya berwarna biru keperakan, berkilau lembut, memantulkan cahaya seperti bintang jatuh di dalam air. Itu adalah air spiritual yang ia peroleh sebelumnya, air yang mengandung kekuatan aneh antara dingin dan panas, seperti dua kutub dunia yang dipaksa bersatu.

Tanpa ragu, ia membuka tutup botol dan meneguk semuanya dalam satu kali telan. Rasa sejuk menjalar cepat dari tenggorokan ke seluruh tubuhnya, diikuti panas membakar yang melonjak dari dalam dantian. Dua sensasi itu bertarung di setiap urat nadi, membuat tubuhnya bergetar hebat. Lumo menggertakkan giginya, menahan rasa sakit yang mulai menembus sumsum tulangnya. Ia membentuk segel tangan di depan perut, matanya terpejam rapat.

Qi langit dan bumi mulai berputar liar di sekitar kediaman itu. Udara bergetar, dedaunan di luar kamar berdesir tanpa angin. Energi spiritual terserap seperti pusaran air besar, membentuk pusaran biru pucat di atas atap. Cahaya samar itu menembus genting dan mengalir ke tubuh Lumo, berkumpul di dantian lalu menyebar ke seluruh meridian.

Perasaan sakit luar biasa menyerang seluruh tubuhnya. Dari pori-porinya mulai keluar darah segar yang menetes seperti keringat. Tubuhnya tampak seperti direndam di lautan merah. Namun Lumo tidak bergerak. Ia tahu ini bukan penderitaan sia-sia. Ini adalah tanda bahwa tubuhnya sedang direstrukturisasi oleh energi spiritual, reaksi dari kekuatan yang terlalu besar untuk tubuh manusia biasa.

Waktu mengalir tanpa disadari. Malam berlalu, bulan bergeser dari puncak langit ke arah barat. Di luar kamar, Jian Wuji beberapa kali mendengar suara retakan halus, seperti tulang yang disusun ulang. Namun ia menahan diri, teringat pesan Lumo agar tidak diganggu.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Dalam waktu satu tahun penuh, Lumo akhirnya menerobos dari Core Formation tahap awal ke tahap akhir. Tapi di wajahnya tidak ada kebanggaan, hanya ketenangan dingin seperti danau beku.

Ia tahu pencapaian itu belum cukup. Ia tidak mencari kekuatan untuk sekadar berdiri di antara para kultivator kuat. Ia ingin menembus batas, menjejak tanah yang bahkan para dewa pun enggan pijak, di titik ekstrem dari kultivasi.

Maka ia melakukan hal yang hampir mustahil, menekan kembali kultivasinya. Bukan untuk menyembunyikan kekuatan, melainkan untuk memadatkan inti spiritualnya ke tingkat ketegangan yang tak tertahankan, agar fondasinya menjadi lebih kuat dari baja surgawi. Air spiritual yang pernah ia minum menjadikan Qi-nya lembut dan lentur, memungkinkan tindakan yang biasanya akan menghancurkan tubuh kultivator biasa.

Lumo memusatkan Qi di dantian. Dalam sekejap, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia menekan kekuatannya dari Core Formation akhir menjadi Core Formation tengah. Proses itu seperti memaksa gunung runtuh ke dalam dirinya sendiri.

Rasa sakit yang datang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Urat-urat menegang seperti akan meledak. Tulang-tulangnya bergemeletuk, dagingnya berdenyut, dan darah menetes dari setiap pori-pori seperti hujan merah. Tubuhnya berguling di lantai, menggeliat menahan penderitaan yang seolah memecah jiwanya.

Rasa sakit itu datang bergelombang, menghantamnya berulang kali selama enam jam penuh. Setiap kali ia hampir pingsan, bayangan dua wajah muncul di pikirannya, Luan dan Mu Lang. Senyum palsu mereka dua ratus tahun lalu muncul jelas, seolah baru kemarin. Amarah dan tekad bercampur, menyalakan api di dalam jiwanya. Ia menggigit lidahnya hingga berdarah, menolak menyerah pada kegelapan.

Di ruang tengah, Jian Wuji menggenggam cangkir teh yang sudah lama dingin. Ia mendengar suara jeritan yang teredam dari kamar Lumo. Tubuhnya gemetar, namun ia tidak berani masuk. Ia hanya bisa menatap pintu tertutup itu dengan wajah cemas, tahu bahwa di balik sana seseorang sedang menantang batas eksistensinya sendiri.

Enam jam berlalu. Lumo masih hidup. Nafasnya berat, namun matanya yang tertutup bergetar. Ia kembali duduk bersila dengan sisa tenaga yang dimiliki. Efek air spiritual belum hilang sepenuhnya, dan Qi langit bumi terus mengalir liar ke dalam kamar. Ia merasakan dua belas meridian utama dalam tubuhnya terbuka lebar, dan arus energi mengalir deras seperti sungai yang meluap.

Setiap detik rasa sakit itu menampar kesadarannya, tapi ia bertahan. Ia mengarahkan semua penderitaan itu menjadi cambuk yang mendorong dirinya lebih jauh. Dalam pikirannya hanya ada satu kalimat, Untuk membalas dendam, tubuh ini harus menjadi wadah yang sempurna bagi kekuatan yang belum pernah dikenal dunia.

Satu tahun lagi berlalu. Dalam kesunyian tanpa saksi, Lumo kembali mencapai Core Formation akhir. Namun tekadnya belum surut. Ia memadatkan kembali inti spiritualnya, memaksa tubuhnya melalui penderitaan yang tak manusiawi.

Kali ini rasa sakitnya lebih dahsyat, sepuluh kali lipat dari sebelumnya. Tubuhnya mengeluarkan darah dari seluruh pori-pori, mengalir deras hingga lantai kamar berubah menjadi genangan merah. Darah juga mengalir dari mata, telinga, hidung, dan mulutnya. Setiap napas terdengar seperti derit besi berkarat.

Jeritannya menggema pelan, lalu terhenti, berganti dengan desahan parau. Dalam kekacauan antara hidup dan mati itu, pikirannya sempat kabur. Ia hampir kehilangan pegangan pada realitas. Namun di tengah kekosongan itu, ia mendengar gema suara masa lalu, tawa Luan yang lembut namun palsu, dan senyum Mu Lang yang penuh pengkhianatan.

Kesadaran yang sempat goyah kembali menyatu. Ia bertahan, menahan rasa sakit yang seolah mengoyak jiwa dari tubuhnya. Delapan jam penuh ia menderita, hingga akhirnya kesadarannya lenyap. Tubuhnya terkulai di lantai, tak sadarkan diri, dikelilingi darah yang sudah mengering dan aroma logam yang menusuk.

Namun meski tubuhnya diam, inti spiritual di dalam dantian masih berputar perlahan, sebuah pusaran kecil yang tak mau padam. Seperti bara api di dalam abu, menunggu waktu untuk menyala kembali.

Di luar, malam masih tenang. Angin membawa suara lembut dari lembah, dan bulan memantulkan sinarnya ke arah jendela kamar yang tertutup. Cahaya perak menimpa wajah Lumo yang pingsan, wajah yang beku namun menyimpan sesuatu yang tak bisa dijelaskan oleh dunia fana, tekad yang bahkan kematian tak mampu memadamkannya.

1
Didit Nur
YUKARO 🤗😘😘😘
Didit Nur
YUKARO sangat cerdas 😘
YAKARO: Terimakasih 🙏
total 1 replies
Doddy kun
Lumo sangat cerdik. menggunakan kesempatan untuk memperkuat diri 💪
YAKARO: Yoi. terimakasih🙏
total 1 replies
Doddy kun
proses pengobatan yang sangat sulit
Doddy kun
mantap lumo
Doddy kun
Ceritanya bagus, cukup memuaskan sejauh ini. perkembangan MC juga cepat, jadi GK ngebosenin. bintang lima thor 🤟
WaViPu
Up banyak thor
WaViPu
Mantap Lumo, kau paling best
Doddy kun
semakin menarik
WaViPu
Hahaa tetua nya aneh banget, Tiba-tiba pingin menjadi murid Lumo
Doddy kun
mantap lanjutkan
Don Pablo
Oke, Lumo mencoba bermain dengan api 🔥
Doddy kun
mantap thor. perkembangan nya cepat 💪
Doddy kun
wkwkwk. ngopo kui wedok an aneh 🤣
Doddy kun
mantap thor, gass terus
Adrian Koto
cerita kolosal ada nuansa misterinya 🙂👍
HUOKIO
Disturbing banget Thor 😁
Don Pablo
untuk awal bagus, tapi kalau menurun kualitas nya, ku turun kan bintang nya😛
Don Pablo
melepaskan anak panah🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!