NovelToon NovelToon
Istri Kecil Dokter Dingin

Istri Kecil Dokter Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Alin Aprilian04

Amira, wanita cantik berumur 19 tahun itu di jodohkan dengan Rayhan yang berprofesi sebagai Dokter. Keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan. Namun Amira dan Rayhan tidak menginginkan perjodohan ini.

Rayhan pria berumur 30 tahun itu masih belum bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena kecelakaan, juga Amira yang sudah memiliki seorang kekasih. Keduanya memiliki seseorang di dalam hati mereka sehingga berat untuk melakukan pernikahan atas dasar perjodohan ini.

Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin Aprilian04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menikah Lagi

"Nak, umur kamu masih sangat muda. Khadijah pun sudah pergi tiga tahun yang lalu. Baba mau seorang cucu sebelum Baba pergi dari dunia ini!" Seorang pria paruh baya berumur 65 tahun itu menatap putra sulungnya penuh harap. Tangannya di hiasi infusan dengan oksigen yang terpasang di hidungnya. 

Rayhan menggenggam erat tangan sang Ayah.  Perasaannya tak segagah tubuh tegapnya yang saat ini di balut dengan jas putih. Matanya menatap sedih pada kondisi sang Ayah yang selama 3 hari ini di rawat di Rumah Sakit tempat dirinya bekerja.

"Rayhan belum kepikiran menikah lagi, Bi. Khadijah masih terbayang setiap harinya. Rasanya tak tega jika harus menduakannya," ujar Rayhan.

"Sampai kapan kamu belum siap terus, Nak? Kamu butuh keturunan untuk menjadi penerus mu," ujar wanita yang masih cantik di usianya yang sudah menginjak 50 tahun.

"Sampai Allah menyiapkan hati Rayhan, Umma. Insyaallah Rayhan sedang mengusahakannya."

"Tapi umur Baba kayanya gak akan lama lagi. Penyakit jantung Baba makin hari makin parah. Baba mau seorang cucu!" sahut Basir.

Rayhan menghela nafas, sudah setahun yang lalu Umma dan Babanya meminta untuk ia menikah kembali setelah tiga tahun menduda.

"Insyaallah Baba akan panjang umur!" Rayhan menggenggam tangan sang Ayah, memberinya kekuatan dan semangat.

"Baba sudah menjodohkan kamu dengan anaknya Tante Salma dan Om Rafiq!" ujar Basir lemas.

Rayhan memicingkan matanya menatap sang Ayah tak menyangka, "Maksud Baba, Baba menjodohkan Rayhan dengan Amira?"

Basir mengangguk, begitupun juga dengan Asma yang menatap sang anak dengan senyuman penuh harap.

"Iya, Nak. Umma dan Baba mu sudah menjodohkan kamu dengan Amira. Kami semua sudah sepakat dengan perjodohan ini."

"Kenapa gak minta persetujuan Rayhan dulu, Umma. Rayhan belum siap menikah lagi. Apalagi dengan Amira yang umurnya jauh di bawah Rayhan. Amira masih kecil, Rayhan bahkan suka mengasuhnya waktu kecil. Rasanya aneh jika harus menikah dengannya," Rayhan menggeleng tak setuju.

"Umur kalian beda 10 tahun, cukup untuk menikah. Umma dan Baba malahan beda 15 tahun, tapi Rumah tangga kami langgeng dan malah lebih harmonis. Lagi pula Amira sekarang sudah 19 tahun. Cocok untuk menikah di usia perempuan," ujar Asma.

"Maaf, Umma. Bukannya Rayhan membantah, tapi rasanya Rayhan gak bisa."

"Umur Baba sebentar lagi, Rayhan. Baba mau lihat kamu menikah dan punya anak," Tangan Basir semakin menggenggam erat sang anak. Terdapat banyak harap pada putra sulungnya itu.

Rayhan menunduk dalam, ada rasa berat dalam hatinya. Sosok mendiang sang istri yang begitu ia cintai masih membekas dalam hatinya. Sosok yang lembut dan menenangkan masih melekat di jiwanya. Khadijah, wanita yang sangat ia cintai yang sudah pergi meninggalkan jiwa dan raganya selama ini.

"Kasih waktu Rayhan untuk memikirkannya, Umma, Baba."

"Kita sudah sepakat, Rayhan. Jadi tidak ada waktu untuk kamu berpikir lagi. Perjodohan ini tetap akan terjadi. Minggu depan kita langsung mengkhitbah Amira," sahut Asma.

"Allahuakbar!" Rayhan menghela nafas berat, ia mengadahkan wajahnya menatap ke langit-langit. Disisi lain ia belum siap, namun disisi lain juga ia tak mau mengecewakan kedua orang tuanya.

"Tapi, Umma, Baba... "

"Rayhan, Umma dan Baba pasti memberikan yang terbaik untuk kamu. Kami tidak akan menjerumuskan anak sendiri," ujar Asma.

Rayhan menatap kedua orang tuanya silih bergantian. Ia tak tega pada wajah-wajah yang menyimpan banyak harap padanya itu. Kedua wajah yang selalu memberikan senyum kebahagiaan selama ini padanya, dan rasanya ia tak tega jika harus menyematkan kesedihan pada hati mereka.

"Baiklah Umma, Baba, Rayhan setuju dengan perjodohan ini."

Basir dan Asma pun tersenyum lebar. Ia tahu putranya tak pernah membantah sedikitpun perintahnya.

***

"Bi, Amira gak mau keluar kamar dari tadi. Dia belum makan nasi dari pagi. Ummi takut Amira kenapa-napa!" Ummi Salma berada di depan pintu kamar Amira dengan perasaan khawatir. Tangannya menenteng sebuah piring yang berisikan nasi beserta lauknya.

"Sayang, buka kuncinya, Nak. Ummi mau masuk!"

"Amiraa!" ujar Abi Rafiq lembut, tangannya mengetuk pintu kamar sang putri. Rasa bersalah karena telah memarahi putrinya sejak tadi terus menghantuinya.

"Putri, Abi. Buka pintunya, sayang. Maafin Abi yaa, kita bicara dulu sebentar, Nak!" Abi Rafiq kembali mengetuk pintu, namun sang pemilik kamar tidak kunjung membukanya.

"Kenapa, Mi, BI?" tanya Rasyid yang baru saja pulang dari Masjid.

"Adik kamu nggak mau buka pintu dari tadi," ucap Ummi Salma.

Rasyid menghela nafas, ia sudah merasa Amira sangat keterlaluan membuat orang tuanya khawatir.

"Amira buka pintunya atau Kakak dobrak sekarang juga!" Teriak Rasyid, membuat sang pemilik kamar itu langsung membukakan pintunya.

Amira terlihat sedang menangis, matanya merah dan sembab. Wanita berumur 19 tahun itu pun menghindar dan kembali menyusupkan wajahnya di bantal.

Ummi Salma dan Abi Rafiq saling memandang, keduanya duduk di sebelah ranjang Amira. Ummi Salma mengusap punggung Amira, dan Abi Rafiq mencium puncak kepala putrinya.

"Princesnya Abi sedih yaa karena di marahin tadi. Maafin Abi yaa, Abi tadi cuman emosi karena kamu ngeyel dan bicaranya kasar," ujar Abi Rafiq.

"Abi udah gak sayang lagi sama Amira. Abi sekarang jahat!"

"Abi melakukan ini karena Abi sayang sama kamu. Kalau gak sayang Abi akan membiarkan mu terjerumus ke dalam jurang." Abi Rafiq berbicara selembut mungkin.

"Iya, Nak. Abi sama Ummi sayang banget sama kamu. Sekarang makan dulu yaa?" Bujuk Ummi Salma.

Amira menggelengkan kepalanya, "Gak mau, Amira gak mau makan sebelum Abi sama Ummi membatalkan perjodohan ini."

"Yasudah jangan makan aja selamanya. Karena kita gak mungkin membatalkan perjodohan kamu dengan Rayhan," sahut Rasyid dengan melipatkan kedua tangannya di dada.

Mendengar itu Amira semakin menangis. Wanita muda itu tidak terima dengan perjodohan ini. Ia sangat mencintai Noah, pria yang menurutnya sangat tampan dan romantis.

"Abi dan Ummi serta Kakak itu tidak mengekang mu, Amira. Kita ini menjaga mu, kamu harusnya bersyukur punya orang tua yang sangat peduli. Kamu tahu berapa banyak berita di luar sana yang anak perempuannya di perkosa dan di bunuh bahkan oleh pacarnya sendiri. Apa kamu tidak takut? Apa kamu masih menyalahkan Abi sama Ummi karena menjaga mu? Kamu harusnya bersyukur!" Suara Abi Rafiq kini benar-benar tinggi. Amira yang melihat kemarahan sang Ayah kembali menunduk karena takut.

"Kamu harus tahu, sayang. Kamu itu anak perempuan kami satu-satunya. Ummi dan Abi hanya takut kamu kenapa-napa. Kelak kamu akan mengerti ini semua, Nak." Ummi Salma menangis terisak. Abi Rafiq mengusap punggung sang istri menguatkannya.

"Sudah, Mi. Biarkan saja dia, ayo kita keluar!" ketus Abi Rafiq mendidik.

"Minggu depan Rayhan akan datang mengkhitbah mu!" timpal Rasyid sebelum akhirnya pergi meninggalkannya.

"Apa?" Amira semakin frustasi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!