NovelToon NovelToon
PENJINAK SANG AROGAN

PENJINAK SANG AROGAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Pernikahan rahasia / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Romansa / Nikah Kontrak
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: YuKa Fortuna

Kisah romantis seorang aktor yang arogan bersama sang asisten tomboynya.
Seringkali habiskan waktu bersama membuat keduanya saling menyembuhkan luka masa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuKa Fortuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27. Perhatian tapi Gengsi

27

Udara dini hari masih lembab, aroma laut menyeruak lembut lewat jendela yang sedikit terbuka. Sisa-sisa malam belum sepenuhnya pergi, hanya cahaya abu tipis yang mulai menyelinap di antara tirai. Aldrich terjaga pelan, matanya yang berat menyesuaikan pada samar cahaya yang mulai muncul.

Beberapa detik ia hanya terdiam, mencoba mengingat di mana dirinya berada. Tapi kemudian pandangannya jatuh pada sosok di sebelahnya, Allen.

Gadis itu tertidur di sisi ranjang, kepalanya sedikit tertekuk ke arah dinding, sementara satu tangannya masih menggenggam handuk dingin yang sudah mengering. Wajahnya tampak pucat, lelah, tapi tenang… seolah seluruh malam ia berjuang tanpa peduli pada dirinya sendiri.

Aldrich menatap lama. Napasnya tertahan di tenggorokan.

Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana.

Ia, yang selalu membangun jarak dengan semua orang.

Ia, yang membenci sentuhan dan kepedulian yang terlalu pribadi.

Namun pagi itu, di bawah cahaya lembut fajar, melihat Allen seperti itu, tulus, diam, dan apa adanya, membuat dadanya terasa hangat sekaligus sesak.

Ia perlahan duduk, menyibak sedikit selimut dari tubuhnya sendiri. Demamnya sudah jauh berkurang, kepala tidak lagi seberat semalam. Tapi rasa aneh yang kini berdenyut di dadanya justru membuatnya tak tenang.

Dengan hati-hati, ia mengambil handuk dari tangan Allen. Jemarinya sempat menyentuh kulit gadis itu, dingin, tapi lembut.

Aldrich menarik napas dalam.

“Bodoh,” gumamnya lirih, nyaris tanpa suara. “Kamu bahkan gak memikirkan dirimu sendiri.”

Matanya menelusuri wajah Allen. Garis pipinya yang lembut, bibir yang sedikit kering, bulu matanya yang panjang namun gemetar halus setiap kali ia bernapas. Tidak ada make up, tidak ada kepura-puraan. Hanya wajah polos yang entah kenapa terasa sangat jujur.

Aldrich menunduk, menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang.

Ia tidak mengerti kenapa merasa begitu iba, hangat, tapi juga sedikit… bersalah.

Selama ini ia menilai orang berdasarkan kemampuan dan disiplin. Ia menolak staf perempuan karena dianggap terlalu sentimental, terlalu mudah terbawa perasaan. Tapi Allen_gadis ini telah menunjukkan bahwa ketulusan tak punya jenis kelamin.

Bahwa keteguhan dan kelembutan bisa hidup berdampingan dalam satu jiwa.

“Kenapa kamu harus sebaik ini…” bisiknya pelan, matanya tak lepas dari wajah Allen.

Allen menggeliat sedikit dalam tidurnya, seperti mendengar sesuatu. Tangannya yang semula terkulai kini bergerak pelan, seolah mencari sesuatu dan secara refleks, Aldrich menangkupnya.

Genggaman itu lembut, tapi hangat. Sehangat rasa yang kini mulai tumbuh di antara diam mereka.

Aldrich memandangi tangannya yang menggenggam tangan Allen. Ada getar halus yang tidak ia pahami, tapi tidak juga ia lepaskan.

Di luar, burung-burung mulai berkicau, menandai pagi yang baru.

Namun di dalam kamar itu, waktu seolah berhenti sesaat, membiarkan dua manusia yang sama-sama terluka menemukan sedikit ketenangan di antara kebisuan.

Aldrich akhirnya menunduk, berbisik lirih,

“Terima kasih… Allen.”

Hanya itu.

Sederhana, tapi mengandung sesuatu yang bahkan ia sendiri belum sanggup namai.

**

Pagi itu langit cerah. Laut memantulkan cahaya keperakan, dan angin lembut meniup rambut para kru yang sibuk mempersiapkan peralatan syuting. Meski suasana tampak riuh, ada semacam ketenangan yang mengisi udara, barangkali karena Aldrich akhirnya bisa kembali beraktivitas setelah semalam terbaring dengan demam tinggi.

Ia duduk di kursi sutradara sementara make-up artist terakhir kali memoles wajahnya. Namun sejak tadi matanya tampak sedikit kosong, seperti seseorang yang tubuhnya hadir di lokasi, tapi pikirannya masih tertinggal di tempat lain.

“Minum dulu, Mas Aldrich,” ucap Allen lembut sambil menyodorkan botol air.

Aldrich menoleh, menerima tanpa banyak bicara. Tapi sebelum meneguknya, ia sempat memperhatikan gadis itu, cara Allen menunduk sopan, bagaimana ujung rambutnya ditiup angin, juga tatapan matanya yang selalu jujur dan penuh perhatian.

“Terima kasih,” gumam Aldrich singkat.

Sepanjang pagi, mereka berdua sibuk bolak-balik memastikan segala kebutuhan syuting terpenuhi. Allen dengan cekatan memeriksa kostum, menyiapkan handuk kecil, bahkan memastikan minuman isotonik tersedia setiap kali Aldrich selesai satu adegan.

Namun pada adegan ketiga, saat Aldrich harus berlari di bawah terik matahari, keringat mulai menetes dari pelipisnya. Kamera berhenti sejenak, dan kru memberinya waktu istirahat beberapa menit.

Allen segera menghampiri tanpa berpikir panjang. Dengan handuk di tangan, ia mengusap peluh di dahi Aldrich secara spontan, seperti kebiasaan saat merawat siapa pun yang sakit atau kelelahan.

Gerakan itu lembut, tulus, dan sama sekali tanpa maksud lain.

Namun begitu jarak di antara mereka terlampau dekat, Aldrich justru terdiam.

Ia menatap Allen dari bawah, mata cokelat gelapnya memantulkan bayangan gadis itu. Ada sesuatu di balik tatapan itu, bukan sekadar rasa terima kasih atau profesionalitas. Ada sesuatu yang lebih dalam, lebih hangat… namun juga membingungkan.

Allen merasakan itu.

Jantungnya berdetak lebih cepat tanpa ia tahu sebabnya. Tangan yang memegang handuk mendadak terasa canggung, seolah salah tempat.

“Maaf, aku... Aku cuma…” Allen tergagap, buru-buru menarik tangannya.

Tapi Aldrich tidak langsung menjawab.

Ia masih memandangi gadis itu dalam diam, tapi penuh intensitas yang membuat udara di antara mereka terasa padat.

“Allen,” akhirnya Aldrich berkata pelan, suaranya serak karena kelelahan, tapi nada itu terdengar lebih dalam dari biasanya. “Kamu selalu begini ya… selalu tahu apa yang harus dilakukan tanpa disuruh.”

Allen menelan ludah. “Itu… udah tugasku, Mas.”

Aldrich tersenyum kecil, namun tatapannya tidak lepas. “Mungkin. Tapi entah kenapa, kamu membuat orang lain merasa aman.”

Kalimat itu sederhana, tapi cukup membuat Allen menunduk cepat-cepat, menyembunyikan rona yang tiba-tiba merambat di wajahnya. Ia buru-buru melangkah mundur, pura-pura sibuk menata botol air dan handuk di atas meja kecil.

Namun Aldrich masih menatap punggungnya dengan pandangan yang sama, penuh rasa ingin tahu, juga kehangatan yang belum berani ia akui pada dirinya sendiri.

Sementara Allen… tak bisa berhenti merasakan degupan jantungnya sendiri.

Ia sadar, dari semua risiko yang harus ia hadapi selama bertugas, tatapan Aldrich yang seperti itu justru yang paling berbahaya.

**

Sejak pagi, suasana di lokasi syuting berjalan seperti biasa. Tapi di balik hiruk-pikuk kamera dan suara sutradara, Allen menyadari sesuatu yang berbeda dari Aldrich.

Sang aktor tampak lebih diam dari biasanya, tidak lagi menyindir atau memberi komentar tajam setiap kali Allen melakukan kesalahan kecil. Tapi justru di balik diamnya itu, ada perhatian terselubung yang sulit dijelaskan.

“Allen, kamu udah makan?” tanya Aldrich pelan saat mereka duduk menunggu giliran pengambilan gambar berikutnya.

Allen sempat menoleh kaget. “Eh? Oh, udah, Mas. Tadi pagi.”

“Pagi? Sekarang udah hampir sore.” Aldrich menghela napas, lalu berpura-pura melihat arah lain. “Kalo kamu pingsan nanti, siapa yang bisa bantu aku?”

Nada bicaranya terdengar datar, tapi Allen tahu itu caranya menunjukkan perhatian.

Ia menunduk sambil menahan senyum kecil. “Aku gak akan pingsan, Mas. Lagian aku masih kuat kok.”

Aldrich tidak membalas. Ia hanya menatap layar monitor kecil di depannya, tapi ujung matanya sempat melirik ke arah Allen beberapa kali. Ketika mata mereka hampir bertemu, Aldrich buru-buru memalingkan wajah, pura-pura mengatur naskah di tangannya.

Beberapa saat kemudian, angin laut tiba-tiba bertiup kencang membuat topi Allen terbang jatuh ke pasir. Ia refleks hendak berlari mengambilnya, tapi Aldrich lebih cepat berdiri.

Tanpa berkata apa-apa, ia menjemput topi itu, menepuk-nepuk debunya, lalu mengulurkannya dengan ekspresi yang nyaris datar.

“Nih. Lain kali jangan ceroboh,” katanya sambil menghindari tatapan Allen.

Allen menerima dengan hati yang hangat. “Terima kasih, Mas…”

“Udah. Gak usah terima kasih segala,” potong Aldrich cepat-cepat, suaranya terdengar agak kaku. Ia lalu berjalan duluan ke arah set, seolah tidak terjadi apa-apa.

Namun Liang yang memperhatikan dari jauh hanya bisa menggeleng pelan.

Ia berbisik pada Allen sambil tersenyum kecil, “Kamu tahu, dia itu orang yang gengsinya setinggi langit. Kalo sampe dia repot-repot ngambilin topi kamu, itu artinya udah lebih dari sekadar perhatian biasa.”

Allen hanya tertawa kecil, menunduk, tapi pipinya memanas.

Sementara Aldrich, yang pura-pura sibuk berbicara dengan sutradara, sesekali melirik ke arah mereka dengan tatapan sulit dijelaskan, antara kesal, malu, dan… sesuatu yang tidak ingin ia akui bahkan pada dirinya sendiri.

Dan di tengah riuhnya kru serta deru ombak pantai, hanya Allen yang mampu membuat Aldrich kehilangan kendali atas gengsinya.

.

YuKa/ 301025

1
Nana2 Aja
di luar burung2 berkicau
menandai pagi yang baru
di hati Aldrich tumbuh sesuatu
apakah itu cinta semsnis madu
ato hanya perhatian, tak lebih dari itu
akan kupastikan selalu
lewat doa2 di sepertiga malamku
Aldrich dan Allen segera bersatu
dalam ikatan halal nan syahdu
🥰🥰🥰
Ratih Tyas
Lama-lama Ko Liang jadi nyamuk🤣
Biancilla
bener tuh ko liang kamu memang harus menjadi penjaga dua hati yg sama2 keras kepala itu 🤭
Ria Adek
Perlu kau sadari..
Bahwa ketika lelaki mencintaimu, dapat kamu lihat ketika dia & kamu bertengkar.. Jika dia marah & dengan mudahnya meninggalkanmu, maka artinya dia tak menginginkan kamu lagi.. Karena lelaki yang mencintaimu, dia tak akan sanggup mendiamkanmu, membentakmu, walaupun hanya 1 menit ketika kamu sedang marah.. Sebab peran seorang pria itu lebih penting dalam menyelesaikan permasalahan di saat pertengkaran..
Secara tak sadar, mungkinkah Aldrich mulai membuka hati dan mencintai Allen..? 🤔
Ria Adek: Hmm.. Saja mungkin.. Iya kan..? 🤔
total 2 replies
Anti Noor
Ko Liang jadi penjaha dua hati 👍
D.Nafis Union: hati-hati ko liang
total 1 replies
Anti Noor
Kadang orang berbohong bukan untuk menipu tapi untuk tetap bisa bertahan karena tidak ada pilihan , bener banget Kak Author 👍
Anti Noor
Aldrich kecewa marah dan merasa tertipu
Anti Noor
Nyaman bersama orang yang tepat
🌻sunshine🌻
sneng nya ada yg ngerawat di saat sakit 🤭 pura pura marah padahal sudah suka tuh 😄 yg sabar ya ko Lang momong bayi gede 2 lagi 😄
D.Nafis Union: biar cpt sembuh💛
total 3 replies
Nana2 Aja
ahayyy ada yang mulai tumbuh dalam hati
ko Liang tersenyum samar mengamati
kiranya Aldrich sdh mulai membuka hati
untuk Allen sang asisten pribadi
biarkan semua mengalir secara alami
tapi satu yang pasti
Allen hanya untuk Aldrich sih
🥰🥰🥰
D.Nafis Union: rawatlah sampe sembuh
total 3 replies
Biancilla
ceritanya seru bikin penasaran untuk dbaca kelanjutannya
Biancilla
aldric kalau marah horor ya len....kenapa gak nanya alasan Allen sembunyikan identitas aslinya kenapa dric kamu pasti luluh juga kalau tau alasannya kenapa
Nana2 Aja: setuju🥰🥰🥰
total 1 replies
Biancilla
eh kiraen aldric udah tau siapa Allen ternyata belum jadi marah dah
Biancilla
kayaknya aldric sudah tau dah tapi pura2 gak tau 🤣
Ratih Tyas
Mas Al kmau marah karena dibohongi ato marah karena takut membohongi karena dah ada rasa 🤭
Nana2 Aja: kayaknya yg terakhir dek🤭🤭🤭
total 1 replies
Bintang Ihsan
yang penting hari pertama bekerja aman terkendali
🌻sunshine🌻
waduh ternyata aldrick marah tuh 🤭 sebentar lagi pasti cinta 🤣
Nana2 Aja: harus cinta. awas aja klo nggak
total 1 replies
Ria Adek
Tentang kebohongan & kejujuran..
Yang perlu kau tahu bahwa kebohongan itu hanya akan menyelamatkanmu sementara, tapi akan menghancurkanmu selamanya.. Dan kejujuran mungkin saja menyakitkan, namun akan menyelamatkanmu sekarang & selamanya..
Yahh.. Paling tidak Allen sudah jujur, lebih baik Aldrich tahu sekarang daripada tempe kemudian.. 😁
Nana2 Aja: kenapa harus tempe dan tahu
bisakah diganti dengan bakso keju
total 5 replies
D.Nafis Union
Aldrick sudah kadung cocok sm allen, jd bingung kn? untung ada liang
D.Nafis Union: dipecat jadi asisten di angkat jadi pasangan, 😁
total 7 replies
Ria Adek
Yeayyy.. Orang kedua lagi.. 💃🏻💃🏻
Nana2 Aja: dapet 🍜🍜🍜
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!