Javier adalah seorang dokter legendaris bermata emas. karena suatu insiden membuatnya kehilangan ingatannya. Menikah dengan seorang wanita cantik secara kebetulan, membuat dirinya begitu di remehkan oleh keluarga si wanita.
Kemampuannya begitu sangat hebat dalam bidang medis. Matanya bersinar seperti Kilauan emas yang mampu melakukan segalanya.
Hingga akhirnya ingatan dan kemampuannya telah kembali, membuatnya bangkit merubah takdirnya.
Menjadi rebutan banyak wanita cantik, terkenal dan sangat di hormati. Javier adalah simbol pria sempurna di dunia.
"Kamu adalah dokter legendaris itu...?" ujar Clara.
"Aku hanya tidak ingin kamu minder saja," balas Javier.
"Kenapa kamu tidak mengatakannya sejak awal?" tanya Clara.
"Jika keluarga mu tahu bahwa aku dokter legendaris, aku tidak akan pernah tahu bahwa seluruh anggota keluargamu begitu kejam," jawab Javier.
Clara terdiam tertunduk tidak bisa berkata-kata. Perasaan bersalah memenuhi hati dan pikirannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 BUKET BUNGA
"Kakaku akan ada rapat, flashdisk nya tertinggal, kamu segera antarkan, jika sampai terlambat, kamu tanggung sendiri akibatnya," ujar Shinta.
Javier dan Clara sudah menikah selama dua tahun lamanya, selama itu pula, Clara tidak pernah mengizinkan Javier untuk pergi ke perusahaannya.
Clara tidak ingin Javier mempermalukannya di sana. Tapi kali ini dirinya justru di minta oleh adiknya untuk mengantarkan flashdisk. Javier juga hanya bisa ke sana karena isi flashdisk ini pasti sangat penting bagi Clara.
"Tunggu apa lagi?" teriak Shinta dengan jengkel.
"Cepat pergi!" sambung Shinta.
Shinta berharap memiliki kakak ipar yang sukses dan berwibawa, namun justru malah seorang pria cupu yang tidak berguna. Hanya memiliki sedikit ketampanan, tapi tetap saja tidak ada artinya tanpa kesuksesan.
Javier juga segera pergi ke perusahaan Clara terlebih dahulu menaiki sepeda motor listriknya. Hal ini lebih penting di bandingkan pergi ke bank yang bisa lebih siangan.
Setengah jam kemudian, Javier juga telah sampai di depan perusahaan milik Clara. Javier memarkirkan kendaraannya dan langsung berjalan menuju ke pintu masuk perusahaan.
"Berhenti!" seorang petugas keamanan memberhentikan Javier.
"Perusahaan kami tidak mengizinkan seorang pengemis untuk masuk," sambung petugas keamanan itu.
Javier datang dengan hanya menggunakan kaos oblong yang warnanya juga mulai luntur. Di tambah lagi celana jeans yang bagian bawahnya sedikit koyak. Jadi wajar saja jika dirinya di anggap seperti seorang pengemis. Javier sendiri sudah terbiasa dengan perlakuan seperti ini kepadanya.
"Pak, saya datang untuk memberikan flashdisk milik istri saya yang tertinggal," balas Javier.
"Dengan penampilan yang seperti ini, ternyata kamu masih memiliki istri juga," ujar petugas keamanan merendahkan.
"Jangan-jangan istrimu adalah Juminten atau Martini, salah satu pembersih toilet di perusahaan ini?" sambung petugas keamanan.
"Istriku adalah Clara Wibowo," balas Javier.
Petugas keamanan itu terkejut karena ternyata pria di hadapannya ini adalah suami dari bosnya.
"Oh, jadi kamu menantu itu," petugas keamanan tertawa geli.
Petugas keamanan tahu bahwa pria di hadapannya ini adalah menantu tidak berguna dan benalu bagi keluarga Wibowo. Jadi petugas keamanan sama sekali tidak menghormatinya walaupun Javier adalah suami dari bosnya.
"Sudahlah, berikan flashdisk nya kepadaku, aku akan memberikannya kepada nona Clara," ujar petugas keamanan.
Clara pernah memberikan perintah kepadanya, jika suaminya tidak boleh masuk ke dalam perusahaan ini karena tidak mau mempermalukannya.
"Tidak bisa," balas Javier menggelengkan kepalanya.
"Adik iparku bilang ini sangat penting, jadi aku harus masuk dan memberikannya sendiri," sambung Javier.
"Kau..." petugas keamanan juga mulai naik darah.
Mereka berdua mulai ribut di depan pintu masuk perusahaan. Javier tetap mau masuk ke dalam, tapi petugas keamanannya tidak mengizinkannya.
Kemudian suara mobil sport yang meraung terdengar keras. Mobil sport itu langsung berhenti terparkir di sebelah sepeda motor listrik Javier. Keluar seorang pria dengan membawa sebuah buket bunga mawar di tangannya.
Pria itu begitu rapi dengan setelan jas berwarna hitam. Jam tangan rolex seharga ratusan juta terpakai melingkar di tangannya. Buket bunga mawar yang di bawanya juga sangat istimewa karena jenis mawar itu tidak tumbuh di negara ini. Pria tersebut adalah Dion.
Dion merupakan seorang manager proyek di perusahaan Atena Corporation grup. Atena Corporation adalah perusahaan terbesar di kota Neo dengan berbagai macam bisnis industrinya.
Sosok Dion sebelumnya juga datang ke acara ulang tahun kakek Wibowo. Javier tentu saja mengenalinya, karena Dion bahkan telah berani melamar Clara istrinya di depan semua orang.
"Tuan Dion, senang bertemu dengan anda," sapa petugas keamanan membungkuk memberikan hormat kepada Dion.
Sikap petugas keamanan juga sangat ramah dan sopan sekali kepada Dion, berbanding terbalik dengan sikapnya kepada Javier sebelumnya.
"Tuan Dion, silahkan lewat sini, nona Clara telah menunggu kedatangan anda!" sambung petugas keamanan.
Sebelumnya Clara telah memberikan perintah kepada petugas keamanan apabila Dion datang, maka segera di persilahkan untuk masuk.
Dion juga menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan masuk ke dalam perusahaan. Dion sama sekali tidak menganggap Javier yang berada di sana.
Javier juga melangkahkan kaki hendak masuk ke dalam perusahaan, tapi seketika petugas keamanan menggunakan tongkat di tangannya untuk menghalanginya.
"Sebenarnya apa maumu?" Javier seketika menjadi kesal.
"Kamu membiarkannya masuk, sementara aku tidak," sambung Javier.
"Kamu hanyalah menantu tidak berguna, mana bisa di bandingkan dengan tuan Dion," balas petugas keamanan.
Petugas keamanan melanjutkan bahwa jam tangan yang kenakan Dion dan setelan jasnya, bila di total harganya menyentuh 1 milyar lebih. Sedangkan Javier tidak akan mungkin memiliki uang sebanyak itu.
"Menurut ku, tidak lama lagi kamu akan di buang dari menantu keluarga Wibowo," sambung petugas keamanan.
Javier seketika tampak tertegun mendengar perkataan petugas keamanan ini.
"Apa maksud perkataan mu ini?" tanya Javier.
Petugas keamanan menjelaskan bahwa Javier adalah orang bodoh yang masih berani menunjukkan dirinya di sini. Masalah tuan Dion yang melamar nona Clara istrinya semalam sudah tersebar. Semua orang kini sudah tahu bahwa tuan Dion sedang mengejar nona Clara istrinya.
"Mereka berdua sangat cocok sekali, lihatlah dirimu yang begitu menyedihkan dan tidak berguna ini!" sambung petugas keamanan mencaci maki Javier.
Sementara itu, Clara muncul dengan menggunakan pakaian kemeja kerja rapi yang terlihat sangat elegan. Clara tampak cantik dan karismatik sekali. Membuat orang yang melihatnya akan langsung terpesona.
Dion yang berada di lobi perusahaan juga terpana melihatnya. Hasrat untuk memilikinya juga seketika bergejolak. Dion merapikannya kerah jasnya sambil menghampiri Clara.
"Nona Clara kamu cantik sekali, ciptaan seindah dirimu akan serasi dengan hadiah bunga ini," ujar Dion.
"Aku tahu nona Clara sangat menyukai bunga, jadi aku sengaja membeli bunga mawar pelangi ini untukmu," sambung Dion sambil memberikan buket bunga mawar di tangannya.
Buket mawar di tangan Dion terlihat sangat indah sekali dengan bunga mawar yang berwarna-warni seindah pelangi. Selain indah, bunga-bunga mawar itu juga mengeluarkan aroma wangi yang sangat khas.
"Mawar pelangi, bukankah itu adalah jenis mawar yang di tanam di kota selatan, terlebih lagi ini bukanlah musimnya, produksinya juga sangat terbatas, pasti sangat sulit sekali untuk mendapatkannya," ujar salah seorang karyawan di sana yang melihat itu.
"Mawar pelangi itu sangat indah sekali, setangkai saja harganya berkisar 1 jutaan, dengan sebanyak itu, paling tidak nilainya mencapai 100 juta lebih," ujar karyawan yang lain.
"Tuan Dion memang sangat hebat, dirinya begitu sangat royal dalam mengejar nona Clara," ujar karyawan yang lain lagi.
"Apa yang kalian bicarakan, mawar pelangi ini hanyalah barang biasa saja, tidak sebanding dengan kecantikan nona Clara," Dion menanggapi perkataan orang-orang.
Dion tampak begitu puas dengan reaksi orang-orang di sana. Dirinya memang susah payah untuk bisa mendapatkan buket mawar pelangi ini. Dirinya harus memesan terlebih dahulu dan menunggu hampir 1 minggu lamanya baru bisa mendapatkannya. Tapi hal itu sepadan jika bisa mendapatkan hati dari Clara.
Clara diam menekuk sedikit bibirnya. Clara masih mengingat kejadian di mana Dion melamarnya di malam itu di depan semua orang. Kini dion bahkan berani terang-terangan mengejarnya di depan karyawannya.
Sejujurnya Clara sangat enggan untuk bertemu dengan Dion, tapi perusahaannya sedang mengalami masalah keuangan. Mempertimbangkan hal itu, Clara juga tidak ada pilihan lain. Dirinya hanya bisa untuk meminta bantuan dari Dion.