NovelToon NovelToon
Aku Pergi Membawa Benih Yang Kau Benci

Aku Pergi Membawa Benih Yang Kau Benci

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Lari Saat Hamil / Single Mom / Obsesi / Ibu Mertua Kejam / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:41.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Dalam diamnya luka, Alina memilih pergi.

Saat menikah satu tahun lalu, ia dicintai atau ia pikir begitu. Namun cinta Rama berubah dingin saat sebuah dua garis merah muncul di test pack-nya. Alih-alih bahagia, pria yang dulu mengucap janji setia malah memintanya menggugurkan bayi itu.

"Gugurkan! Aku belum siap jadi Ayah." Tatapan Rama dipenuhi kebencian saat melihat dua garis merah di test pack.

Hancur, Alina pun pergi membawa benih yang dibenci suaminya. Tanpa jejak, tanpa pamit. Ia melahirkan seorang anak lelaki di kota asing, membesarkannya dengan air mata dan harapan agar suatu hari anak itu tahu jika ia lahir dari cinta, bukan dari kebencian.

Namun takdir tak pernah benar-benar membiarkan masa lalu terkubur. Lima tahun kemudian, mereka kembali dipertemukan.

Saat mata Rama bertemu dengan mata kecil yang begitu mirip dengan nya, akhirnya Rama meyakini jika anak itu adalah anaknya. Rahasia masa lalu pun mulai terungkap...

Tapi, akankah Alina mampu memaafkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter - 30.

Di rumah, Galang langsung melabrak Ratna. Sorot matanya tajam, tanpa basa-basi.

“Aku tahu kamu yang kirim pesan disertai foto ke ponsel Gendis! Aku juga sudah tau, kau yang fitnah Gendis dengan foto palsu! Sekarang setelah aku rujuk dengan Gendis, kau sengaja merusaknya!“

Ratna masih sempat memasang wajah polos, namun senyumnya segera berubah sinis.

“Galang... kau benar-benar naif. Setelah aku berhasil menjeratmu, kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja? Jangan mimpi! Kalau kau tak bantu proses perceraian antara aku dan Mas Raden, lalu menikahiku setelah cerai dari Gendis... aku pastikan semua rekaman kita sampai ke tangan atasanmu di instansi. Satu langkah salah darimu... dan kariermu akan tamat!“

Galang melangkah maju, amarahnya meledak. Tangannya mencengkeraam leher Ratna, membuat napas perempuan itu tersendat.

“Galang!” jerit Bu Ningrum dari ruang tengah, kaget melihat kejadian itu.

“Lepaskan, Lang! Dia bisa mati!” Pak Pram buru-buru menarik tangan putranya.

Galang melepaskannya. Ratna jatuh terduduk, terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya. Tapi bukan rasa bersalah yang terpancar dari wajahnya, melainkan senyum puas.

“Keluar dari rumah ini,” tegas Galang, matanya menatap Ratna dingin. “Kau adalah racun! Aku mulai sadar, mungkin kaulah juga penyebab hancurnya rumah tangga Mas Raden dan Mbak Viola! Dulu... aku sibuk pelatihan, dan percaya saja saat orang tuaku bilang mereka tak berjodoh hingga bercerai. Tapi sekarang semuanya masuk akal... karena kau juga lah yang merusak rumah tanggaku! Dan aku, terlalu bodoh untuk menyadarinya sejak awal.”

Ratna tertawa ringan, seolah semuanya hanya permainan.

Bu Ningrum masih berdiri di ambang pintu, wajahnya pucat.

“Lang... maksudmu apa?”

Namun Galang tidak menjawab. Ia berbalik, melangkah ke kamarnya, meninggalkan semuanya tanpa penjelasan.

Sementara Ratna, masih duduk di lantai dengan ekspresi menang. Ia tahu, ia belum kalah. Ia masih memegang kartu yang bisa menjatuhkan semua orang, jika ia mau.

.

.

.

Galang telah mencabut gugatan cerainya. Bukan karena menyadari kesalahan, melainkan karena tak rela kehilangan. Namun kali ini Gendis yang melangkah ke pengadilan, mengajukan gugatan dengan tegas dan mantap.

Selama proses persidangan berlangsung, Rama tak pernah muncul di ruang sidang. Namun kehadirannya tak pernah absen, mendukung Gendis dari belakang. Ia menjaga dari jauh, memastikan tak ada satu pun rumor murahan yang mencoreng nama Gendis. Ia tahu, perempuan itu pantas diperlakukan terhormat.

Persidangan berjalan berat, namun posisi Gendis tak tergoyahkan. Bukti-bukti yang dikumpulkan dengan telaten oleh Rama menjadi tameng sekaligus senjatanya. Bu Laksmi dan suaminya mendampingi putri mereka dalam diam yang penuh dukungan.

Mediasi pun gagal, Gendis tak memberi ruang kompromi. Galang tetap bersikukuh menolak perceraian, tapi ia berdiri di atas pondasi rapuh. Pada sidang keempat, pengacara Gendis mengajukan ancaman resmi... jika Galang tak menyerah, bukti-bukti akan diajukan ke instansi militer. Bahkan Ratna yang kini sering berdiri di sisi Galang, menuntut hal yang sama agar Galang segera menerima perceraian.

Terjepit dari dua sisi, akhirnya Galang menyerah.

Di luar ruang sidang, ia mengejar Gendis. Tatapannya jatuh ke perut wanita itu, benjolan kecil yang mengisyaratkan ada kehidupan baru.

“Cuti Mas sudah habis, Ndis. Kabari Mas kalau akta cerai sudah keluar…”

Gendis menatap kosong ke arah Galang, tak ada kemarahan tersisa dan hanya ada kelelahan dari cinta yang sudah ternoda.

“Tak ada perempuan waras yang bercita-cita bercerai, Mas. Tapi aku... tidak bisa bertahan dengan suami yang mengkhianati kepercayaanku.”

Galang menunduk, suaranya rendah penuh penyesalan. “Maafkan... Mas. Sesuai keputusan sidang, Mas akan tetap menanggung seluruh kebutuhan anak ini. Maaf... karena sempat meragukan darah daging Mas sendiri. Tolong jaga kandunganmu. Mas tahu, Mas telah jatuh terlalu dalam... iman Mas ternyata selemah itu.”

“Aku harap, Mas konsisten dengan ucapan Mas hari ini. Meski kita tak lagi suami istri, jadilah lelaki yang benar. Di masa depan... jangan pernah mengusikku lagi. Tentang anak ini, hakmu sebagai ayah tetap ada. Tapi, jangan menyentuh hidupku.”

“Terima kasih… karena tidak menyeret Mas ke jalur hukum__“ Galang masih ingin mengatakan sesuatu, namun tiba-tiba Ratna berdiri di samping Galang.

“Sepertinya kita akan melahirkan dalam waktu yang tak beda jauh, Gendis. Aku juga positif hamil, baru tiga minggu. Selamat ya, Lang… kamu akan jadi ayah dari dua anak.” Dengan bangga Ratna menepuk perutnya, padahal setelah tiga tahun menikah dengan Raden dia tak pernah hamil.

Wajah Galang pucat, nafasnya tercekat. Ia menatap Ratna, lalu Gendis. Ia sadar... tak ada jalan pulang baginya.

Gendis diam, namun dari tatapannya sudah tak ada luka. Yang tersisa hanya kehampaan yang tak bisa dijelaskan, ia tersenyum tipis.

“Selamat, Mbak Ratna. Semoga kehamilan dari hasil menjual harga diri dan merusak rumah tanggaku... membawa berkah.“ Ucap Gendis tenang, lalu ia berbalik. Ia memilih pergi daripada harus berdiri lebih lama di hadapan dua pengkhianat.

“Ndis…!” Galang berteriak, mencoba menyusul namun Ratna menarik lengannya.

“Cukup, Lang! Sebelum kamu kembali ke barak, urus perceraian ku dengan Mas Raden! Anak ini harus masuk kartu keluarga, setelah pernikahan kita nanti. Jangan buat aku kehilangan kesabaran!" suaranya tajam, penuh tuntutan.

Galang terdiam, tertunduk lesu. Hatinya, seperti direnggut dari tempatnya.

Andaikan waktu bisa diputar… mungkin ia tak akan bermain-main dengan kesetiaan.

Akhirnya, keputusan pun ditetapkan. Gendis dan Galang resmi bercerai. Tanpa menoleh ke belakang, Gendis memilih memusatkan seluruh perhatiannya pada kehamilan yang tengah ia jaga sepenuh hati.

Sementara itu, Rama tetap menjaga jarak. Tak pernah melangkah terlalu dekat, namun tak pernah benar-benar jauh. Seperti biasa, ia mendukung Gendis dalam diam. Dari kejauhan yang tak terlihat, namun tetap terasa.

___

Sampai akhirnya, setelah proses persalinan Gendis selesai seminggu lalu. Rama pun pergi pamit pada seluruh keluarga Gendis, ia akan pulang. Jiwanya telah pulih dari luka masa lalu, terlebih sejak Davin dan Alina datang beberapa hari lalu setelah sekian lama mencari keberadaannya.

Gendis terpaku saat Rama berpamitan, ada yang menyesak di dadanya. Perasaan kehilangan yang tak bisa dijelaskan dengan kata. Rama, pria yang selalu ada di sisinya saat segalanya runtuh... kini akan pergi.

Hari itu, rumah kontrakan yang biasanya sunyi berubah jadi ajang reuni keluarga Mahesa. Nyonya Ayunda hadir dengan senyum khasnya yang setengah menyebalkan, Tuan Yudistira dan bahkan Viola juga ikut serta anak-anak.

Selama berbulan-bulan, keluarga Mahesa memang sibuk memburu jejak Rama sambil mengacak-acak perusahaan keluarga Rama yang ternyata penuh borok. Dua bulan lalu, perusahaan milik Dita dinyatakan kolaps. Bangkrut seketika, seperti balon pecah karena paku.

“Jangan marah ya, Ram. Kami hanya ingin menunjukkan bahwa... karma itu nggak harus menunggu tujuh turunan.”

Rama tertawa pelan, meski ujung matanya menyiratkan kelelahan. “Tidak apa-apa, aku sudah tahu semuanya sejak awal. Tentang sa-botase perusahaan, tentang niat kalian menghancurkan... tapi aku memilih diam. Orang tuaku memang harus menerima akibat dan semua ganjaran. Sayangnya… ya itu, aku jadi pengangguran sekarang.”

Davin menimpali cepat. “Eh, nggak juga. Kami sudah akuisisi perusahaan itu, tapi sekarang namanya Mahesa Group cabang tengah. Kau... masih bisa jadi CEO. Tapi pemilik saham terbesarnya adalah Alina. Karena aku, menghadiahkan perusahaan itu untuk istriku tercinta.”

Rama berdecak, setengah geli. “Kau sedang pamer padaku karena bisa membahagiakan Alina, ya?”

Tawa pun meledak.

Suasana mencair, seolah semua sudah berdamai dengan masa lalu.

Namun, momen itu mendadak hening ketika langkah kaki terdengar dari arah luar kontrakan.

Gendis masuk, menggendong bayinya. Wajahnya merah, entah karena gugup atau nekat. Dia berdiri di tengah ruangan, menatap Rama lurus-lurus.

“Mas Rama nggak boleh pergi! Mas harus tanggung jawab padaku!” suaranya nyaring, membuat semua kepala menoleh.

Suasana yang tadinya ramai oleh celotehan mendadak beku, bahkan jam dinding pun seolah lupa berdetak. Semua mata menatap ke arah Gendis... lalu perlahan-lahan turun ke arah bayi dalam pelukannya.

Alina yang biasanya kalem kini berseru kaget, “Mas Rama! Kamu menghilang selama ini karena menghamili orang?!”

Rama membuka mulut, siap menyanggah tapi Gendis lebih cepat.

“Mas! Jangan pergi… jangan tinggalkan aku dan anak kita.”

Glek!

Rama menelan ludah dengan susah payah, sekujur tubuhnya menegang.

Kini semua pandangan tertuju padanya, satu pertanyaan menggantung di udara...

Benarkah bayi itu... anak Rama?

1
Zenun
bagus dong
Zenun
jangan maooo, udah di anuin Ratna🤭
Zenun
udah biarin aja, biar kamu bisa bersatu sama Gendis
Fani Indriyani
Syukur banget deh kalo Ratna mengirim foto2 itu ke Gendis biar Gendis ga asal nerima Galang lagi,jijik banget deh ma Galang...msh mending Rama walaupun dia bego tapi dia ttp setia ma Alina walaupun Erika selalu nempel
Fani Indriyani
Cih,najis banget kamu Lang..semoga Gendis ga mau menerima kamu lagi
Fani Indriyani
Kucing dikasih ikan asin ya dimakan pdhal ada ikan segar malah dibuang 🤦‍♀️🤦‍♀️nasibmu Lang ga beda ma kakakmu,buang berlian demi batu kali
Fani Indriyani
Wow ternyata...ya sdh Gendis ma Rama aja ya,tapi Rama jg harus berubah jgn cepet percaya dgn apa yg dilihat dan didengar,selidiki dulu ... semoga ingatan Rama kembali dan bs berjodoh ma Gendis
Tiara Bella
kan biar seru ceritanya jd ngedrama dl....klu langsung cerai tar ceritanya hbs deh hehehhee....
Tri Yoga Pratiwi
gak usah, mending sama Rama 🤔
Mineaa
Gaaaaaakkkkkkkkk.........😡
Eli sulastri
saudara seayah
Lot 59
jangan diterima. Galang dah selingkuh.. Biar Gendis dengan Rama.
nonoyy
mampusss si galang suami ngak ada akhlak
Rita
iyalah gitu donk
Rita
good
Rita
olahraga b2
Rita
kapokmu mbojo
Rita
bagus
vj'z tri
tuman lah author ini bikin akoh penasaran pake banget loh 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
hahahahhahahahaha pelindung gendis gak main main bro 😎
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!