Ratih Tidak Percaya Kalau Pernikahannya Dan Akmal Akan Berakhir Hancur, Lima Tahun Bukanlah Waktu Yang Singkat, Namun Saat Ratih Telah Melahirkan Putri Pertama Mereka Yang Sudah Lama Mereka Dambakan, Namun kenyataan Pahit Menimpa Ratih, Akmal Berselingkuh Dengan Teman Dekat Ratih Seorang Janda Beranak Dua.
"Lihat Saja Mas, Akan Ku Balas Pengkhianatanmu." Ratih Gelapa Mata, Ia Bersekutu Dengan Seorang Dukun, Dan Merencanakan Pembalasan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANTET 21
"Tuan Jangan Lancang...." Ratih Ingin Menampar, Namun Tangannya Segera Ditepis Dan Digenggam Erat Oleh Tuan Zacky
"Jika Aku Tidak Bisa Menikah Denganmu, Akan Kubuat Dengan Caraku Sendiri." Tuan Zacky Menarik Paksa tangan Ratih, Ratih Tidak Bisa Berteriak Meminta Tolong, Ruangan Kamarnya Kedap Suara, Ditambah Jika Berteriak Apa Gunanya?, Dirinya Adalah Seorang Pelacur
"Tuan Zacky Hentikan... Baik Saya Mau Menikah." Ratih Terpojok, Matanya Merah Saat Tuan Zacky Memaksanya.
Tuan Zacky Langsung Menghentikan Serangannya.
"Tolong Jangan Seperti Ini Tuan, Jika Saya Hamil Diluar Nikah, Dan Tuan Zacky Menikahi Saya Setelah Saya Hamil, Reputasi Tuan Akan Jelek." Ratih Beranjak Dari Tempatnya Berbaring, Bajunya Berantakan, Karena Tuan Zacky Buas Memaksanya.
"Aku Tidak Perduli." Matanya Nyalang Menatap Ratih.
Ratih Menelan Ludah Menatap Manik Mata Hazel Tuan Zacky Yang Menggandung Hasrat.
"Kenapa Tuan Tidak Perduli?" Ratih Mulai Curiga, Ia Takut Cintanya Tuan Zacky Tidak Tulus, Semua Ini karena Hasrat.
Tuan Zacky Membuang Nafas Kesal, Hasratnya Dan Kemarahannya Yang tadi memuncak Kini Sudah Mulai Merendah. "Baik... Siapkan Kesiapan Mu, Minggu Depan Aku Datang Melamar" Ucap Tuan Zacky, Ia Langsung Keluar Dari Dalam Ruangan Ratih.
Setelah Tuan Zacky Pergi, Baru Ratih Bisa Membuang Nafas Lega. "Apa Yang harus Aku Jelaskan Padanya, Setelah Menikah Nanti, Kalau Aku Bersekutu Dengan Iblis. Ratih Memijat Keningnya Sendiri Yang Mulai Berdenyut Nyeri.
.
.
Pagi Hari Ratih Pulang Dengan Perasaan Kacau, Namun Saat Sudah Memasuki Jalanan Kampung Rawa Asem, Mata Ratih Terbelalak Saat Melihat Ibu Hamil Yang Sepertinya Sudah Memasuki Usia Sembilan Bulan. "Mau Kemana Kak?" Ratih Membuka Kaca Mobilnya Menawarkan Tumpangan.
"Mau Ke Puskesmas Kak." Ibu Muda Itu Sepertinya Hendak Periksa Kehamilannya.
Ratih Tersenyum Dalam Hati Mempunyai Niat Terselubung. "Mau Saya Antar Kak?" Ratih Membuka Pintu Mobilnya.
Kak Halimah Yang Kebetulan Dari Desa Sebelah, Jalan Kaki Seorang Diri, Karena Suaminya Hanya Buruh Dan Tidak Memiliki Kendaraan.
"Tidak Usah Kak Merepotkan." Kak Halimah Memang Tidak Terlalu Kenal Ratih, Karena Meskipun Satu Desa Dan Satu Lurah, Namum Mereka Beda Blok Dan Beda RT.
"Tidak Papa, Kak Halimah Kan-yah Namanya Kalau Ngak Salah?" Ratih Berusaha Membujuk Kak Halimah, Agara Mau Naik Kedalam Mobilnya Dan Ia Bisa Mencari Tahu Kalau Usia Janin Kak Halimah Itu Berapa Bulan.
"Iya Saya Halimah, Kamu Ratih Kan?Jandanya Almarhum Akmal, Dulu Beliau Kaka Kelas Saya." Halimah Terkekeh, Sambil Mengusap Perutnya Yang Bulat.
"Iyah Kah Kak?" Ratih Tersenyum Simpul, "Ayo Kak Kalau Begitu Mari Saya Antar, Kasihan Dedenya Kalau Dibawa Jalan Jauh-Jauh, Apa Lagi Ke Bidan Desakan Ada Diujung Sana, Blok Petung." Ratih Berusaha Keras Untuk Membujuk Halimah.
"Iya Sudah Kak, Kalau tidak Merepotkan Saya Akan Numpang." Kak Halimah Langsung Masuk Kedalam Mobil Ratih.
Ratih Tersenyum Puas. "Akhirnya Selangkah Lagi, Jika Bayi Ini Tidak Lahir Hari Ini, Setidaknya Disana Aku Bisa Melihat Ibu-ibu Yang Hendak Bersalin." Ratih Terseyum Samar
"Kak Ratih Kerja Di kecamatan Yah Sekarang?" Halimah Duduk Tenang Sabil Bercakap-Cakap Dengan Ratih Yang Sedang Fokus Menyetir
"Iya Kak, Kebetulan Dalam Masa Keterpurukan Kala Itu, Saya Langsung Dapat Pekerjaan, Dan Diberi Kepercayaan Buat Jualan Mobil Perusahaan."
"Alhamdulillah Yah Kak,,, Semoga Rezekinya Lancar Terus Yah Kak..." Ujar Halimah Sambil Kembali Mengelus Perutnya Yang Mulai Begah.
"Oh-iya kak, Usia kehamilan Kakak sekarang berapa Bulan?" Ratih Nampak Sangat Antusias.
"Satu Minggu Lagi Kayanya Sudah Masuk HPL Kak... Soalnya Saya juga ini baru mau berangkat Posyandu." Halimah Terseyum Simpul.
Wajah Ratih seketika Nampak kecewa, Harapannya adalah anak yang dikandung Halimah Akan lahir hari ini. "Oh-Gitu yah, saya pikir mau lahiran hari ini kak." Ratih Terseyum Getir
"Ngak Kak, yang lahir hari ini Anaknya Bu Salma, anak Keduanya. kayanya sekarang sudah mulai mules." Mendengar Ucapan Halimah, seperti angin segar yang menembus ulung hati.
Sorot mata Ratih berbinar, Ia mulai yakin malam ini akan kembali menjalankan aksinya.
Ratih Menurunkan Halimah di halaman Rumah ibu bidan, "Kak Halimah, Nanti ini ongkos buat pulang yah, jangan jalan kaki lagi cape nantinya." Ratih mengulurkan beberapa lembar uang untuk Halimah.
Mata Halimah berbinar, uang yang diberi Ratih jumlahnya lumayan Banyak, seperti bayaran suaminya buruh kerja dua hari. "Kak Ratih sungguh kah?" mata Halimah Berbinar
"Sungguh kak Halimah, ambillah saya tidak pernah Main-Main." Ratih Terseyum Hangat Kearah Halimah.
Halimah Langsung Mengambil uang dari tangan Ratih, Sambil berterima kasih, sudah diantar Ke Rumah bidan, kini ia Juga diberi ongkos untuk Pulang yang jumlahnya lumayan banyak.
Ratih pulang dengan perasan senang, Ia Langsung mengintai rumah Salma, sengaja saat lewat ia putar balik, Karena rumah Salma ada di dusun sebelah, dekat blok pring gading.
Ratih melihat jalan sekelilingnya, Agar nanti malam ia bisa melancarkan aksinya, Karena blok pring gading Jika Malam Hari, biasanya banyak pemuda yang masih nongkrong hinga larut malam.
"Jalanan Disini, sangat padat penduduk untuk menuju rumah Salma, bagimana caranya agar nanti aku bisa lolos dari mata para warga?" Ratih Berfikir Keras, Ditambah Malam nanti adalah malam Jumat Kliwon, mungkin banyak para Bapak-Bapak yang wara-wiri kemushola.
.
.
Malam Hari Setelah Acara Tahlilan Dirumahnya selesai, Ratih Langsung melancarkan Aksinya, Ia Sengaja jalan kaki dari rumahnya sampai Blok Pring Gading.
Udara malam ini begitu dingin, Ratih memakai Syal rapih, Seperti bisa Mengunakan Pakian serba hitam, sebelum pergi. ia Menengok kearah kamar ibunya yang Sudah terlelap tidur bersama anaknya.
"Syukurlah Mereka Berdua sudah terjaga." Ratih Langsung mengendap, malam ini adalah malam Jumat Kliwon, para warga Rawa Asem, Dan Tetangga Ratih ternyata tidak ada yang berani keluar Rumah. ditambah teror mengenai arwah gentayangan mereka masih percaya.
bahakan sebenarnya Ratih juga masih Takut Jika mengingat mimpinya, Namun semua ini Ia lakukan juga karena mimpinya.
"Malam Ini Ki'Jambu Arsa, Aku Akan Membuat Mu kembali muda, Agar kau tidak ingat janji akan melindungi ku, dengan tubuh Mudamu itu." Gumam Ratih penuh harap.
Ia Berjalan menyusur kegelapan malam, tampa senter, hanya mengandalkan cahaya bulan yang terang pada tangal lima belas bulan jawa. "Semoga saja malam ini anaknya Salma Benar-Benar hendak melahirkan."
Ratih berjalan dibelakang Rumah Para Warga, terkadang juga mengumpat disemak-semak. saat mendengar suara orang berbisik-bisik, padahal hanya Halusinasinya Saja. karena ia takut kepergok Warga. "Semoga Saja malam ini Benar-Benar sepi, tidak akan ada orang yang masih diluar rumah." Ratih berharap, Karena Ia sudah masuk diblok Pring Gading, menuju kediaman Rumah Salma.
Ternyata benar didalam Rumah Joglo tua itu, terdengar Suara perempuan merintih yang hendak melahirkan;