Zanna Kemal lebih memilih tinggal seorang diri setelah ayahnya meninggal dunia dari pada tinggal bersama ibu dan ayah tirinya, hidup dengan sederhana menjadi seorang perawat di rumah sakit swasta di kota Praha. Anna begitu ia disapa suatu hari terpilih menjadi perawat untuk merawat anak sang pemilik rumah sakit tempatnya bekerja yang bernama Kerem Abraham, ia sudah terbaring koma selama dua belas tahun akibat kecelakaan yang dialaminya.
Setelah beberapa bulan merawat Kerem, pria itu pun akhirnya sadar dari komanya, tapi sejak Kerem sadar mereka tidak pernah bertemu lagi.
Bagaimana kisah pertemuan mereka kembali sehingga keduanya terikat dalam sebuah pernikahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Melya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sangat menyebalkan
Jam pulang telah tiba, Anna pun menyimpan kembali semua barang-barangnya begitu juga dengan rekan suster lainya juga bersiap – siap pulang. Anna kembali mendudukan tubuhnya di sofa menunggu Elif yang masih
berada di toilet, baru saja Anna mendudukan tubuhnya disana satu pesan masuk ke ponselnya, Anna pun mengambil poselnya dari dalam tasnya ia meyipitkan matanya melihat pesan di ponselnya.
Aku tunggu di parkiran sekarang, harus cepat karena aku tidak suka menunggu.
“Iiihhh… dia selalu saja memaksa, memang kau siapa,” dengus Anna sangat kesal begitu membaca pesan Kerem yang suka sekali memerintahnya.
“Siapa yang suka memaksa,” Tanya Elif sudah berdiri di depannya.
“Oooo… tidak, bukan apa-apa,” sahut Anna memaksa tertawa menutupi kegugupannnya.
“Elif, sepertinya kita tidak bisa pulang bareng karena aku ada keperluan mendadak,” lanjutnya lagi dengan wajah memelas menatap Elif.
“Kemana?” Tanya Elif meraih tasnya di atas meja.
“Itu, mamaku… dia mengajak bertemu lagi,” ucap Anna kembali berbohong pada ELif.
“Ya sudah, pergilah.”
“Maafkan aku ya. Kau tak apa-apa kan,” ucap Anna tak enak hati.
“Iya, tak apa-apa,” tukas Elif.
“Terima kasih Elif,” ucap Anna dengan senyum merekah di bibirnya ia memeluk Elif sebelum meninggalkan ruangan itu dengan langkah terburuh-buruh. Elif yang mulai curiga dengan sikap Anna akhir-akhir ini
diam-diam mengikuti Anna.
****
Anna mencoba mempercepat langkahnya lagi tapi rasa nyeri pada bekas luka di kakinya membuatnya memperlambat langkahnya kembali, dari kejauhan ia melihat Kerem berdiri sambil menyandarkan tubuhnya pada mobilnya dengan kaca mata hitam bertengger di hidungnya yang mancung.
“Kau ini selalu saja membuatku menunggu,” dengusnya begitu Anna tiba di depannya. Ia pun bergeges membuka pintu mobilnya.
“Kau suka sekali menyalahkanku. Kakiku ini masih sakit membuatku susah untuk berjalan cepat,” balasnya tak kalah ketus, ia
menghentakan kakinya kesal berjalan membuka pintu mobil di sebelahnya. Dengan
wajah yang masih cemberut Anna menarik kasar sefety belnya.
“Eee, apa yang kau lakukan, hutangmu bisa bertambah padaku jika kau sampai merusaknya.”
“Biar, aku tidak peduli. Sekalian aku hancurkan mobilmu ini,” balasnya tak gentar sedikit pun.
“Sudah berani kau sekarang,” Kerem berucap menghadapkan tubuhnya pada Anna. “Coba saja kalau kau berani ,” ucapnya menatap dengan sorot mata tajam membuat Anna seketika ciut. “Kau ini, aku Cuma bercanda. Mana mungkin aku berani melakukannya,” ujarnya memasang senyum lebar menunjukan gigi putih dan rapinya.
Anna menarik senyumnya dan mengerucutkan bibirnya saat melihat Kerem yang tak mengalihkan tatapannya tapi malah ia semakin menatap menusuk pada Anna sehingga membuatnya bergidik ngeri, ia menelan ludahnyansambil sesekali melirik pada Kerem.
“Kau ini kenapa. Kenapa menatapku seperti itu,” Anna memberanikan diri untuk bertanya menatap manic birubpudarnya bergantian.
“Kemarin malam itu kau benar hanya pergi membeli gaun pengantin saja, kau tidak singgah kesuatu tempat dulu.” Wajah Anna seketika berubah begitu mendengar pertanyaan Kerem, ia berpikir keras biar tidak
terpojokan oleh Kerem.
“Iya, aku singgah dulu. Memang kenapa?” balasnya dengan suara sedikit ketus menyembunyikan kegugupannnya.
“Kau singgah kemana?”
“Aku mau singgah kemana itu bukan urusanmu,” sahutnya sarkas yang membuat Kerem semakin marah melihat sikap Anna padanya.
“Aku Tanya kau singgah kemana.” Nada suara Kerem sedikit meningggi saat mengulang kembali pertanyaanya. Entah kenapa Anna begitu heran melihat kemarahan kerem pada hal ia tau Kerem tak ada hak untuk memarahi dan mengaturnya.
“Kau tidak berhak mengatur aku pergi kemana karena kau bukan siapa-siapaku.”
“Bukan siapa-siapamu?” ulangnya menautkan kedua alisnya semakin mendekatkan wajahnya pada Anna sehingga refleks Anna memundurkan tubuhnya. “Iya…iya, aku itu kekasih pura-puramu ,” jawabnya pelan sambil
menelan ludahnya.
“Selama kau masih terikat perjanjian itu, aku berhak tau kau pergi kemana dan pergi dengan siapa,” tegasnya lagi dengan penuh penekanan.
“Sekali lagi kau pergi ke tempat seperti itu tanpa memberitahuku kau akan menerima hukumannya.” Anna hanya menganggukan kepalanya dengan wajah diliputi ketakutan bagaimana
Kerem bisa tau kemana ia pergi, apakah Kerem memasang mata-mata.
“Kenapa kau bisa tau?”tanyannya memberanikan diri bertanya saat nelihat Kerem mulai melajukan mobilnya keluar dari parkiran rumah sakit.
“Kau tak perlu tau,” ucapnya tanpa mengalihkan tatapannya.
“Itu pertama kali aku kesana dan juga untuk terakhir kalinya karena aku benci tempat seperti itu,” lanjutnya dengan wajah tertekuk. Tak ada sahutan dari Kerem yang focus mengemudikan mobilnya di jalan raya yang ramai. Cukup lama mereka tak bersuara seakan sibuk dengan pikirannnya masing-masing taknubah seperti sepasang kekash sungguhan yang sedang merajuk sampai akhirnyabterdengar kembali suara Anna memecahkan kesunyian diantara mereka.
“Kau ini mengajakku kemana? Sepedaku tertinggal di rumahbsakit.”
Anna merengut kesal melihat Kerem mengacuhkan pertanyaannya
jangankan untuk menjawab melirik saja sedikit pun tidak, masih dengan wajah
kesal Anna menurunkan kaca jendela mobil membiarkan udara dingin penghujung
musim panas menerpa kulit wajahnya, ia melipat kedua tangannya meletakkan diatas
jendela mobil menumpuhkan dagunya pada
tangannnya menikmati pemandangan sore di
depannya, Kerem melirik sekilas pada Anna yang terlihat begitu menikmati perjalanan mereka.
Anna menolehkan wajahnya pada Kerem saat mobilnya memasuki halaman Mall yang perna mereka datangi sebelumnya,” mau apa kau kesini,”btanyannya lagi tapi sama seperti sebelumnya Kerem hanya diam tak beniat
menjawabnya.
“Kerem…kau tidak lagi sariawan bukan, setiap kali aku tanyabtak ada jawaban,”Tanya Anna lagi tapi ia hanya menadapat balasan satu lirikanbdari Kerem.
“Iiihhsss… benar-benar menyebelkan….”
Setelah mobilnya terpakir dengan sempurna Kerem pun keluar dari mobilnya, tapi Anna yang masih sebal dengan Kerem tetap tak bergeming daribduduknya, ia sengaja membiarkan Kerem berdiri menunggunya sedangkan ia memilih memainkan ponselnya. Melihat Anna tak kunjung keluar dari mobil Kerem menolehkan wajahnya pada Anna yang masih betah duduk dalam mobilnya dengan ponsel ditangannnya.
Kerem berjalan mendekat lalu membuka pintu mobilnya,” apabyang kau lakukan tidak kau lihat aku sudah menunggumu,” ujar Kerem dengan nada kesal apalagi melihat Anna seperti tak mendengar perkataannya sibuk dengan ponselnya.
“Haii…kau mendengarku atau tidak,” suara Kerem sudahbmeninggi merasa kesal dicuekin oleh Anna. Tapi Anna tetap tak bergeming seakan ingin membalas Kerem karena telah mencuekinya sepanjang perjalanan.
“Hai, apa yang kau lakukan,” teriak Anna saat Kerem merebut ponsel dari tangannya dan menyimpan dalam saku jasnya.
“Kembalikan ponselku,” seru Anna berusah merebut ponselnya kembali dari Kerem tapi pria itu telah melangkah pergi.
“Aku akan menguncimu dalam mobil jika kau tetap tak keluar,” ancamnya dengan kedua tangannya dipinggangnnya.
“Kunci saja, kalau aku mati aku akan menghantuimu seumur hidupmu,” maki Anna kesal.
“Baiklah,” Kerem berkata sambil merongoh kunci mobilnya dari saku jasnya, Anna bergegas turun melihat Kerem tidak main-main dengan ucapannya.
“Kau ini, pria paling menyebalkan yang pernah Tuahn ciptakanbdi dunia ini,” umpat Anna sambil menutup pintu mobilnya kembali. Ia pun segerabmenyusul Kerem yang sudah berjalan mendahuluinya.
“Kita naik tanggga saja, aku tak mau satu lift denganmu.”
“Kau banyak bicara sekali,” Kerem berkata sambil menarik paksa tangan Anna masuk kedalam lift dan segera menutup pintunya.
“Kerem… kau ini suka sekali memaksa,” maki Anna sambil menghentakan kakinya kesal. Kerem yang seakan tidak peduli dengan protes Anna padanya. Beberapa detik saja pintu lift kembali terbuka Kerem segera meraih tangan Anna menggenggam erat jari tangannya dan melangkah keluar dari lift.
Beberapa orang yang berpapasan dengan mereka tampak memperhatikan keduanya karena terlihat begitu serasi, beberapa wanita muda yang berselisih dengannya menatap Anna dengan tatapan iri. Ia terus mengikuti langkah Kerem tanpa bicara hanya sesekali melirik pada Kerem, tapi dengan cepat ia memalingkan wajahnya kembali karena kalau seringbdilihat seakan ketampanan Kerem selalu bertambah, jadi sebelum ia terpesona
padanya ia menahan dirinya untuk tidak lama-lama menatapnya.
Kerem mengajak Anna masuk kesalah satu toko perhiasan yang paling besar di mall itu, ia bingung untuk apa Kerem mengajaknya ke toko perhiasan, ia pun mendekatkan bibirnya ketelingan Kerem,” mau apa kita kesini.” tanyanya penasaran.
“Dua hari lagi mommyku ulang tahun, kau bantu aku mencarikan hadiah untuknya.”
“Oohhh,” sahut Anna bernapas lega.
“Kau kenapa, kau pikir kita membeli cincin nikah,” ucap Kerem mencubit hidung mancung Anna seulas senyum tipis menghias bibirnya.
“Kau ini bicara apa, siapa juga yang berpikir seperti itu,” sanggah Anna pada hal memang itu yang sempat terlintas di kepalanya. Ia melangkah mendekat pada etalase yang memajang perhiasan, tatapan kekaguman terpancar di mata Anna melihat perhiasan-perhiasan yang begitu menyilaukan matanya.
“wahh…ini indah-indah sekali,” puji Anna melihat deretan kalung disana. Anna hanya menelan ludahnya saja tak akan pernah sanggup membeli perhiasan mahal seperti itu.
“Kira-kira mana yang cocok untuk mommy,” tanya Kerem tiba-tiba telah berdiri di belakangnya.
“Tunggulah sebentar,” sahut Anna tampak mengalihakn tatapannya. Kerem memperhatikan wajah Anna saat memintah pelayan toko itu mengambilkan beberapa kalung dan cincinbyang menarik perhatiannya, wajahnya yang polos membuat Kerem mengulum senyumnya melihat tingkah Anna, yang tak henti berguman mengagumi perhiasan itu.
“Nona, kalung ini indah sekali,” pujinya mengangkat kalung ditangannya sambil menunjukan pada pelayan toko itu.
“Tentu saja, ini kalung liontinnya tebauat dari berlian yang sangat langkah.”
“Benarkah, pasti ini sangat mahal sekali,” ucap Anna meletakan kembali kalung itu. Matanya perpindah pada deretan cincin berlian di sebelahnya.
“Kerem, aku suka yang ini untuk ibumu,” ucap Anna sambil menunjukan cincin berlian itu pada Kerem.
.
.
.
.
Bersambung
langkah seribu si ana👻