"Setelah bertahun-tahun diabaikan dan diperlakukan tidak adil oleh keluarganya sendiri, senja Aurelie Wijaya anak kandung yang terlupakan memutuskan untuk bangkit dan mengambil alih kendali atas hidupnya. Dengan tekad dan semangat yang membara, dia mulai membangun dirinya sendiri dan membuktikan nilai dirinya.
Namun, perjalanan menuju kebangkitan tidaklah mudah. Dia harus menghadapi tantangan dan rintangan yang berat, termasuk perlawanan dari keluarganya sendiri. Apakah dia mampu mengatasi semua itu dan mencapai tujuannya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ariyanteekk09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 14
Mentari sore mulai merunduk, meninggalkan langit berwarna jingga lembut. Senja, gadis enam belas tahun dengan mata sebening lautan, melesat meninggalkan rumahnya. Tiga kakak laki-lakinya, yang selalu mengikutinya kemana pun, membuatnya merasa tercekik.
senja pun pamit sama Helena untuk keluarga sebentar, tanpa sepengetahuan siapa pun senja pergi ke rumah pemberian kakeknya.
Tak jauh dari sana, Dirga, bersiap menuju markas geng motor "Blak Cobra". Ia melihat mobil Senja memasuki rumah tersebut. "Senja? Ke rumah itu?" gumamnya heran. Rasa penasaran menggelitik, tapi Dirga harus segera pergi. "Blak Cobra" menunggunya.
ternyata senja dan Dirga mempunyai rumah di kompleks yang sama karena komplek itu adalah perumahan orang-orang kaya..
Di dalam rumah, Senja menceritakan keluh kesahnya pada Raihan. "Aneh, Pah. Kakak-kakakku tiba-tiba baik padaku, dan mereka tak peduli lagi pada Caca," katanya, merujuk pada adik tirinya yang merupakan anak pungut. "Mami juga berubah. Apa karena Eyang Mami di sini?"
Raihan mendengarkan dengan saksama. Ia tahu, keluarga Senja selama ini selalu mengabaikannya sejak kehadiran Caca.
"Papa mau bicara apa sampai ngajak ketemu segala?" tanya Senja,
Raihan menghela napas. Ia mengeluarkan sebuah amplop berisi foto-foto dan pesan singkat. "Ini tentang Caca, sayang. Aku punya bukti... dia bukan gadis polos yang kau kira."
Senja mengambil amplop itu tanpa ekspresi. Ia membuka perlahan, melihat foto-foto Caca bersama beberapa pria yang jauh lebih tua darinya. Pesan-pesan singkat menunjukkan transaksi keuangan yang mencurigakan. Senja mengerutkan dahi, tetapi tidak menunjukkan keterkejutan atau keprihatinan yang mendalam. Hubungannya dengan Caca selalu dingin dan penuh perselisihan.
"Jadi?" tanya Senja, suaranya masih datar.
Raihan menjelaskan, "Caca terlibat dengan beberapa pria kaya sebagai sugar baby, sayang. Ia menerima uang dan hadiah sebagai imbalan atas... perhatiannya." Ia memilih kata-kata yang halus, tidak ingin terlalu gamblang menjelaskan hal tersebut di hadapan Senja.
Senja mengangguk pelan. Ia masih terlihat tenang, tanpa emosi yang berlebihan. "Lalu?" tanyanya lagi, masih dengan nada datar. Sikapnya membuat Raihan sedikit terkejut.
" kamu bisa jadikan bukti semuanya ini untuk membongkar kebusukan caca di depan keluarga mu. " kata raihan.
Senja berdiri, siap untuk pergi. "Aku tidak peduli. Aku dan Caca tidak pernah akur." Ia meninggalkan rumah mewah nya itu, meninggalkan Raihan dengan pertanyaan yang menggantung. Apakah Senja benar-benar tidak peduli, atau ada sesuatu yang tersembunyi di balik sikap acuhnya? Mungkin, ada luka lama yang tak pernah terobati, atau mungkin, ada rencana lain yang tengah ia rencanakan. Hanya waktu yang akan menjawabnya.
" saat ini caca lagi berada di hotel untuk melayani sugar daddy. " ucapan raihan membuat senja kembali duduk dan ingin melihat apa yang di lakukan caca.
*******
" sayang layani aku sore ini. aku sudah pengen menikmati tubuh indah mu ini. " ucap om perut buncit itu dengan nafsu yang menggebu-gebu.
" dengan senang hati aku akan bikin om puas yang penting bayaran nya mahal. " ungkap caca, dia pun langsung membuka gaun seksinya.
setelah polos, om itu pun langsung menerkam nya,, caca sangat menikmati sentuhan sugar daddy nya itu..
kamar itu di penuhi dengan desahan mereka berdua yang penuh kenikmatan.. tanpa mereka sadari aktivitas panasnya itu sudah terekam camera yang tersembunyi.
bukan itu saja, anak buah raihan pun langsung melakukan panggilan video dengan bosnya.. anak buah raihan sangat jijik melihat itu semua.
Pria tua yang baru saja meninggalkannya tertidur pulas di ranjang besar itu, hanya satu dari sekian banyak 'klien' yang telah memberinya kemewahan. Ia pandai memainkan perannya, menciptakan ilusi gadis muda yang polos dan membutuhkan perlindungan. Ia bahkan menikmati permainan ini, menikmati kekuasaan yang datang bersama uang dan perhatian yang ia terima.
Setelah pria itu tertidur, Caca tak langsung pergi. Ia memeriksa isi tasnya, memastikan semua barang bermerek kesayangannya aman tersimpan. Ia tak pernah merasa bersalah. Ia menganggap ini sebagai imbalan atas kerja kerasnya, atas kepandaiannya dalam berakting dan memanipulasi orang-orang kaya dan berpengaruh. Ia bahkan merasa sedikit kasihan pada mereka, terjebak dalam kesendirian dan kekosongan yang hanya bisa ia isi dengan uang dan perhatian palsu.
Ponselnya berdering. Nomor tak dikenal. Caca menjawabnya dengan suara ceria. "Halo? Ya, saya Caca... kapan kita bertemu?" Ia kembali memainkan perannya, dengan suara manja dan sedikit menggoda. Uang akan terus mengalir, kehidupan mewah akan terus berlanjut. Ia tak perlu merasa bersalah. Ini adalah pilihannya, dan ia menikmati setiap detiknya.
Senja merasa mual. dengan kelakuan caca itu, tetapi juga karena jijik yang menjalar dari lubuk hatinya. Foto-foto dan video di ponselnya menampilkan Caca, adik tirinya, berinteraksi dengan pria-pria tua yang jauh lebih tua darinya. Caca tertawa, bermanja-manja, melakukan hal-hal yang membuat Senja merasa muak. Senja tak menyangka Caca selicik ini. Kemampuan aktingnya luar biasa, mampu menutupi semua itu dengan sangat baik.
Senja mengusap mulutnya, mencoba untuk menghilangkan rasa mual yang tak kunjung hilang. Ia heran, bagaimana mungkin keluarga angkatnya—orang tua yang kaya dan berpengaruh—tidak pernah menyadari kelakuan Caca? Apakah mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri? Atau, mungkin mereka memang sengaja menutup mata? Senja tak bisa membayangkan betapa lihainya Caca menyembunyikan semua ini. Ia berhasil membodohi semua orang, termasuk orang tua angkatnya yang kaya dan berpengaruh. Senja menghela napas panjang. Ia harus melakukan sesuatu. Ia tidak bisa membiarkan Caca terus melakukan hal ini. Ia harus menghentikan Caca, sebelum semuanya terlambat. Tetapi bagaimana caranya? Senja masih memikirkan langkah selanjutnya, kepalanya penuh dengan berbagai macam rencana. Ia harus hati-hati. Ia harus pintar. Ia harus lebih cerdik daripada Caca.
Sebuah senyum sinis mengembang di bibir Senja. Bayangan wajah ayahnya, Rudy saat mengetahui kebenaran tentang Caca, tergambar jelas di benaknya. Kekecewaan, kemarahan, mungkin juga rasa malu. Senja menikmati bayangan itu. Selama ini, Caca hidup bergelimang harta, kehidupannya bercukupan bahkan lebih dari cukup. Lalu apa yang mendorongnya menjadi sugar baby? Rasa ingin tahu Senja memang terjawab, tetapi rasa jijik dan amarah menggantikannya.
"Dasar perempuan murahan," gumam Senja, suaranya hampir tak terdengar. Ia menggelengkan kepala, memperkuat tekadnya. Cukup sudah Caca bermain-main. Permainan ini akan segera berakhir. Senja akan membuat Caca hancur. Ia akan memastikan Caca merasakan penderitaan yang sama, bahkan lebih buruk. Ia akan membongkar semua rahasia Caca, menghancurkan reputasinya, dan membuat Caca kehilangan segalanya. Senja tersenyum lagi, kali ini lebih dingin dan penuh dendam. Rencana balas dendamnya telah terpatri di benaknya. Ia akan membuat Caca membayar semua perbuatannya. Permainan telah dimulai. Dan Senja akan menjadi pemenangnya.