Setelah mengalami gagal menikah, Xander Rey Lergan belum juga kunjung menikah di usianya menginjak 32 tahun. Namun, sebagai penerus tunggal, menikah adalah sebuah tuntutan. Tapi hatinya masih terikat dengan—Raisa.
Saat mengetahui Raisa telah menjanda kembali, Xander tak mau kehilangan kesempatan untuk kesekian kalinya. Kali ini, dia menggunakan kekuasaannya sebagai pewaris keluarga Lergan untuk menjerat Raisa sebagai istrinya. Xander sengaja, menyulitkan Raisa untuk dapat menekannya.
"Aku dapat memberikan darahku untuk kembaranmu. Dengan syarat, menikahlah denganku."
Raisa tak bisa menolak, dan dengan terpaksa dia menerima tawaran Xander demi saudaranya.
Mengetahui pernikahan Xander dan Raisa, menuai kemarahan keluarga Lergan. Mereka merasa, Raisa yang seorang janda tak pantas bersama Xander yang seorang perjaka dengan status pewaris.
"Keluargamu tak merestui, kita bercerai saja."
"Cerai? Kalau gitu ... aku hamili saja kamu sekarang! Agar, kamu tak bisa lari dariku—Raisa."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sambutan hangat dari istri tercinta
Tegar keluar dari toilet dan langsung memeriksa ponselnya untuk melihat isi rekeningnya. Senyumannya melebar saat ia melihat notifikasi gaji yang sudah masuk. Namun, saat ia melihat nominalnya, senyumannya langsung sirna dan digantikan oleh ekspresi syok. Mata Tegar membelalak, seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Kok nominalnya cuma segini?" batin Tegar, merasa bahwa gaji yang diterima tidak sesuai dengan yang seharusnya.
"Kep0t0ng setengah? Emangnya, apa kesalahanku?" Tak terima, Tegar buru-buru berlari menuju ruangan CEO. Kegiatannya, mengundang tatapan karyawan lain. Tegar tak perduli, dia ingin protes masalah nominal uang yang Xander berikan untuknya.
Brak!!
Xander tersentak kaget saat melihat Tegar berlari ke arahnya dengan ekspresi wajah yang memohon dan panik. Ia menduga bahwa Tegar datang karena ada masalah dengan gaji yang baru saja diterimanya. Dengan sikap santai, Xander menaikkan kakinya ke atas meja dan bersedekap dada, menanti Tegar untuk berbicara.
"Ada apa, Tegar?" tanya Xander dengan nada yang tenang, mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi.
"Tuan Xander yang terhormat! Kenapa bisa gajian saya hanya setengah dari biasanya? Seharusnya bulan ini saya dapat bonus, kok malah berkurang?!" Protesnya.
"Itu salahmu sendiri, "
"Salah saya?" Seingat Tegar, dia tak punya salah apapun. Kenapa bosnya justru mengatakan semuanya itu salahnya?
"Ya, salah kamu. Karena kamu sudah memberikanku ide yang enggak jelas! Gara-gara kamu, istriku jadi kembali canggung denganku! Aku sudah melakukan apa yang kamu sarankan, tapi—bukannya dapat jatah malah dapat malu." Omel Xander kesal.
Tegar berkacak pinggang, dia mencoba memahami situasi yang ada. "Tuan ajaknya pas kapan?" Tanya nya memastikan.
"Pas dia di dapur."
Jawaban Xander membuat Tegar meng4nga tak percaya, dirinya syok dengan tubuh menegang kaku. Baru kali ini dia menghadapi bos yang seperti Xander, tak dapat di tebak. Bagaimana bisa mengajak istri membuat bayi di dapur? Itu sangat aneh dan tentu saja menjadi canggung.
"Tuaaaaan, itu salah anda! Dengar ini, anda mengatakannya pas malam hari. Di saat anda dan dia akan tidur, kalian pasti akan tatapan-tatapan bukan? Dengan suasana romantis, anda katakan hal yang saya katakaaaan! Bukan saat di dapur, anda pikir bayi terbuat dari tepung?!"
Xander merubah ekspresinya menjadi serius, ia menurunkan kakinya begitu mendengar ide Tegar lebih lanjut. "Jadi harus malam hari yah?"
"Ya, dan jangan di dapur! Sekarang, berikan sisa gaji saya." Tegar meny0d0rkan ponselnya, tapi Xander hanya menatapnya saja.
"Ya nanti dulu, tunggu idemu sukses saya kasih lima kali lipat!"
Apakah ide yang Tegar berikan akan berhasil? Tegar sendiri ragu, apalagi mendengar hal yang Xander ceritakan tadi. Tak bisa memaksa, Tegar pun akhirnya pasrah. Apalagi, di iming-imingi 5 kali lipat. Siapa yang tidak tergiur?
"Pasrah lah, semoga sukses." Gumamnya.
.
.
.
Malam hari, Xander baru tiba di rumahnya. Ia turun dari mobilnya dan melangkah masuk. Pintu terbuka oleh seorang wanita paruh baya, yanh Xander yakini adalah pembantu yang dirinya panggil. Ia menganggukkan kepalanya saat wanita itu menyapanya. Lalu, dia melanjutkan langkahnya sambil memijat lehernya yang sedikit pegal.
"Baru pulang?"
Xander berhenti melangkah saat matanya menangkap sosok wanita cantik yang memakai gaun malam merah dengan cardigan yang mempercantik penampilannya. Warna merah yang kontras dengan kulit putih wanita itu membuatnya tampak sangat mempesona. J4kun Xander bergerak naik turun, napasnya terasa berat saat ia menatap wanita itu dengan kekaguman.
"Mas?" Raisa menepuk bahu Xander. Saking larut dalam pikirannya, Xander sampai tak sadar akan keberadaannya.
"Maaf, maaf. Aku pulang terlambat karena banyak kerjaan. Jam berapa ini? Kenapa belum tidur?" Xander telihat salah tingkah, ia juga jadi banyak bertanya.
"Baru jam sebelas, anak-anak udah tidur. Sudah makan?"
Xander menggeleng, "Biar nanti aku minta Bibi masak, itu pembantu baru kita kan?"
Raisa mengangguk, dia berdiri di hadapan Xander dan mengambil tas kerja pria itu. Xander terdiam merenung, dia menurut saja saat Raisa mengambil tasnya dan membantunya melepas dasi. Aroma parfum mawar yang begitu menggoda, membuat tubuh Xander menegang.
"Tadi aku sempat masak ayam kecap, Bibi baru aja datang. Kasihan kalau langsung di suruh masak. Mau makan dulu atau mandi dulu?" Tanya Raisa setekah melepas dasi suaminya itu.
Xander masih terbengong, dia tak percaya dengan apa yang Raisa lakukan padanya. Pertama kalinya, wanita itu memakai gaun malam seperti ini. Karena biasanya, Raisa memakai piyama panjang. Yah walaupun, harus tertutup cardigan. Di tambah, Raisa melayaninya ketika pulang bekerja. Sebelumnya, tidak ada adegan seperti ini.
"Mas!"
"Mau makan kamu dulu!" Latah Xander dan menutup mulutnya. Saking kagetnya, dia sampai asal bicara sesuai dengan isi pikirannya.
Raisa terkejut, matanya membulat sempurna. Melihat itu, Xander segera membenarkan apa yang dirinya maksud. Walaupun, pikiran sesuai dengan apa yang ia katakan tadi.
"Maksudku mau makan masakanmu dulu. Ayo, aku sudah lapar." Xander buru-buru pergi ke ruang makan, meninggalkan Raisa dalam keheranan.
Raisa melayani Xander dengan baik, ia mengambilkan pria itu makan malam tanpa bertanya. Setelah piring di berikan pada Xander, Raisa tak pergi. Dia justru duduk di sebelah pria itu dan menumpu dagunya dengan tangannya. Xander yang akan memakan makanannya jadi canggung saat Raisa menatapnya dengan begitu lekat.
"A-apa kamu tidak mengantuk?" Tanya Xander gugup.
Raisa menggeleng, "Aku menunggu suamiku kenyang."
Jangan di tanya bagaimana Xander saat ini. Dia sudah merasa terbang melayang tembus ke langit, mengepakkan semua sayapnya dengan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Xander rasanya ingin berteriak keras, mengatakan pada dunia hal yang membuatnya bahagia.
"Raisa ...." Xander meraih tangan Raisa dan menggenggamnya lembut, tatapannya terlihat penuh cinta.
"Bisakah malam ini kita ...,"
"Bundaaaa, kok tuluuuun!"
Hancur sudah suasana romantis yang Xander ciptakan karena sosok yang tidak pernah dia harapkan untun datang. Raut wajahnya sudah terlihat datar, tak ada raut wajah penuh rona ceria seperti tadi. Akibat bocah menggemaskan yang saat ini beralih duduk di pangkuan Raisa.
"Bang Centeeeel, balu pulang? Kay dali tadi di cuapii makan, di temenin tidul, Abang? Pacti cama Om cetegal kalang kan?"
"Bocah gentong!"
"Ekheee, Bundaaaa!"
"Hais, jangan berdebat. Kay, sebentar. Bunda siapkan air hangat untuk Ayah mandi." Raisa meninggalkan Kayden bersama Xander. Ia lalu pergi untuk menyiapkan air mandi untuk suaminya.
Sementara itu, kedua pria berbeda usia itu saling melirik dengan tajam. Tapi tiba-tiba, Kayden merubah ekspresinya. "Abang nda tahu kaaaan?"
"Enggak tahu apa huh?"
"Tadi Kay ikut ke lumah cakit, tahu ndaaaa? Ada Doktel laki-laki mau makan baleng cama Bunda telcayang!"
"Hah? Dokternya ganteng gak? Gantengan siapa? Abang atau dokter itu?" Tanya Xander dengan raut wajah yang panik.
Kayden berpikir keras, keningnya sampe mengerut dalam dengan alis yang menukik tajam. Seolah, dia akan menjawab sesatu yang sangat serius. Xander pun sudah menunggu, dia sampai mendekatkan wajahnya pada sepupunya itu.
"Gantengan ... Kay." Kayden menujuk dirinya sendiri dengan kedua tangan gembulnya.
"Abang atau dia?!"
"Kay!"
"Astaga, antara Abang sana dia!"
"Kaaaay paling ganteng teltampan cejagat layaaaa!" Setelah mengatakan itu, Kayden turun dari kursi dan berlari ke kamarnya. Meninggalkan Xander yang menepuk keningnya frustasi.
"Astaga, siapa dokter geniit itu? Besok, pokoknya aku harus cari tahu. Enak aja dia geniit sama istri orang." Gumamnya.
______
Triple yah😍