Demi bisa mendekati cinta sejatinya yang bereinkarnasi menjadi gadis SMA. Albert Stuart rela bertransmigrasi ke tubuh remaja SMA yang nakal juga playboy yang bernama Darrel Washington.
Namun usaha mendekati gadis itu terhalang masa lalu Darrel yang memiliki banyak pacar. Gadis itu bernama Nilam Renjana (Nilam), gadis berparas cantik dan beraroma melati juga rempah. Albert kerap mendapati Nilam diikuti dua sosok aneh yang menjadi penjaga juga penghalang baginya.
Siapakah Nilam yang sebenarnya, siapa yang menjaga Nilam dengan begitu ketat?
Apakah di kehidupannya yang sekarang Albert bisa bersatu dengan Cinta sejatinya. ikuti kisah Darrel dan Nilam Renjana terus ya...
Novel ini mengandung unsur mitos, komedi dan obrolan dewasa (Dimohon untuk bijak dalam membaca)
Cerita di novel ini hanya fiksi jika ada kesamaan nama dan tempat, murni dari kreativitas penulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 : Kebenaran
Dalam Kebimbangan
"Inilah aku yang sebenarnya, Nilam." Albert yang ada di tubuh Darrel kini berdiri dengan tegak di hadapannya.
"Ini mimpi ... Ini pasti mimpi, iya benar ini hanya mimpi." Nilam menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Darrel menjatuhkan salahsatu sepeda motor di dekat Nilam.
Bruaakk.
"Ini bukan mimpi. Ini kenyataan." Ibu jari Darrel mengusap pipi Nilam dengan lembut.
Ia lalu mengajak Nilam berdiri dan meninggalkan parkiran dengan cara menghilang. Nilam memejamkan mata karena takut. Namun, sebuah kecupan memaksa ia harus membuka mata dan ingin memarahi Darrel. Saat ia membuka mata, mereka sudah berada di sebuah air terjun dan mereka berdiri di sebuah batu besar. Ia terpaksa berpegangan erat dengan Darrel kuatir tergelincir.
"Ngapain kita ke sini! Hari ini aku ada ulangan, Rel," gerutu Nilam.
"Hanya sebentar. Kita tidak mungkin membicarakan ini di lingkungan sekolah." Perlahan Albert merubah wujudnya menjadi Darrel. "Nilam, namaku Albert. Tubuh ini telah lama mati. Aku hanya meminjamnya agar bisa mendekatimu."
"Kamu bohong kan!" desak Nilam
"Itu yang sebenarnya. Kamu masih ingat saat kejadian di kamar mayat kan? Kamu melihat sendiri tubuh pemuda ini ada di sana bersama enam orang jenazah lainnya?!"
"Ja—jadi ... Orang yang selama ini menyentuhku, dekat denganku juga mencium ku, itu bukan Darrel? Tapi makhluk menyeramkan seperti kamu!" Ada nada penyesalan di suara Nilam.
"Aku pikir Darrel berubah, dia berani menyambut perasaan suka yang aku juga miliki. Bukan makhluk licik seperti kamu!" imbuh Nilam lagi seraya memukul dada Albert.
Albert merasakan kegetiran. Sakit hati.
Ia tidak menyadari jika hal ini akan melukai Nilam. Dia mundur selangkah. Lalu melesat ke atas langit, menjauh dari Nilam. Ia melampiaskan perasaan sakit hatinya dengan memutar tubuhnya seperti pusaran angin puting beliung, merusak hutan yang ada di sekeliling air terjun.
Suara dentuman dan bunyi batang pohon yang patah begitu nyaring terdengar hingga Nilam menggigil ketakutan.
Pohon-pohon tumbang, burung-burung mengepakkan sayapnya dengan tergesa melarikan diri dari zona nyamannya, hewan-hewan liar seperti monyet, tupai, dan lainnya berlari tunggang langgang. Albert mengejar kijang lalu menghisap darahnya hingga habis.
Kini, Albert berdiri di tepi jurang. Menatap lembah dalam yang masih berkabut dan gelap. Perasaannya hancur ditolak Nilam yang sudah ia pilih sebagai permaisuri untuk Kerajaannya. Tapi ia menyadari tidak ada kebaikan diantara kebohongan. Cepat atau lambat Nilam harus tahu. Mungkin, saatnya ia harus menjauh dan menjaga jarak, seperti saat ia patah hati karena Euis.
Albert menghela napas dengan berat. Berteriak sekencangnya dengan tangisan yang menggema. Setelah amarahnya reda, ia kembali menemui Nilam.
Albert berdiri di atas batu jauh dari Nilam yang masih berdiri dengan gigil ketakutan. Ia tidak berani mendekat. Hanya menatap Nilam dengan tatapan teduh dari kejauhan.
"Kita kembali ke sekolah."
Ia membuka portal untuk memindahkan tubuh Nilam ke sekolah. Sementara ia, melesat ke atas langit dan kembali ke kerajaannya untuk menenangkan diri.
Di sekolah Nilam seperti orang kebingungan. Tubuhnya masih gemetar halus dan bola matanya bergerak kesana kemari seperti mencari sesuatu. Hingga jam pelajaran berlangsung hati Nilam tidak juga bisa ditenangkan.
Saat melewati kelas Darrel, ia tidak melihat sosok Darrel ada di sana. Motor sport warna merahnya masih berdiri dengan tenang menunggu pemiliknya. Nilam ragu apa dia masih bisa bekerja di perusahaan Darrel atau tidak. Ia mencoba menghubungi pak Leo. Namun jawaban pak Leo membuat Nilam tercengang.
"Anda dipecat nona Nilam, pesangon anda sudah di transfer divisi keuangan ke nomer rekening anda."
Edinburgh, Kastil Stuart.
"Artinya aku gagal lagi mendapatkan menantu?" sindir Natasya.
"Katty masih menunggumu, Al. Dia rela menjadi bagian dari kita dan merelakan darahnya di hisap oleh ibumu." Robert berusaha mempengaruhi Albert. "Kalau kamu menikah dengan Katty, bukan hanya kami memiliki menantu. Tapi kami bisa menguasai seluruh bisnis keluarga Katty."
"Biarkan aku sendiri, mom... Dad."
"Aku lihat Reagent Matteo membawa 'penganggu', siapa mereka?!" tanya Natasya.
"Jangan ganggu mereka. Itu urusanku." Suara Albert terdengar berat dan penuh otoritas.
"Albert, kau memang dipilih Alexander menjadi raja kami. Tapi bukan berarti kami tidak boleh tahu urusan keamanan kerajaan. Kami orangtuamu," hardik Robert dengan suara lantang.
"Biarkan aku sendiri!" balas Albert.
Robert dan Natasya merasa tersinggung dengan bentakan Albert, mereka pergi bukan meninggalkan. Namun, mereka baru saja mengambil kesempatan untuk merusak otoritas kerajaan selama ditinggalkan Albert. Ada rencana gelap di manik matanya yang kini berubah merah saga.
Regent Matteo yang sejak tadi menunggu di depan pintu dapat melihat kemarahan dan dendam yang kedua orangtua Albert bawa. Kedua makhluk itu bukan orangtua kandung Albert. Mereka seringkali memanfaatkan kekuasaan di saat Albert pergi.
"Albert, bolehkah aku masuk?" ucap Matteo.
"Masuk!"
Matteo berjalan dengan langkah berat, setiap hentakan sepatunya menyentuh lantai seakan membawa kabar yang sulit untuk dijabarkan. Ia masih tertunduk saat Albert membalik tubuhnya menghadap Matteo.
"Apa yang terjadi?!" tanya Albert seperti sudah mengerti apa yang membuat bupati paling setianya itu menunduk dalam.
"Robert dan Natasya merencanakan pemberontakan dan bekerjasama dengan klan Asia tenggara untuk membunuhmu juga wanitamu. Lalu ... Felix. Dia coven yang paling di takuti di Asia, dan dia tidak mau tunduk pada aturan kerajaan vampire pusat."
"Matteo, utus orang-orang pilihanmu untuk melindungi Nilam dan keluarga Darrel. Aku ingin menenangkan diri di sini dan mengurus urusan kerajaan yang terbengkalai," perintah Albert.
"Baik, aku akan mengutus Ragent Darren untuk mengawasi Felix, Natasya dan Robert." Matteo memundurkan langkah sebelum membalik tubuhnya meninggalkan Albert.
Di tempat lain, dua Minggu sudah Darrel atau Albert tidak menunjukkan batang hidungnya. Nilam mulai merasa kehilangan. Ia seringkali mengintip kelas Darrel setiap kali lewat saat akan ke toilet. Hatinya mulai dilanda kebimbangan. Siapa sebenarnya yang ia inginkan. Darrel atau Albert.
Sentuhan, kata-kata manis, kemesraan dan kecupan yang Albert berikan dalam wujud Darrel seringkali membuatnya kedinginan di ruang rindu. Malam-malam tidak sehangat dulu lagi, hari-hari tidak semanis saat ada Albert di sisinya. Lelaki itu hanya fokus pada dirinya, seakan ia adalah dunia Albert, dijadikan sosok yang sangat diinginkan, dicintai dan dihargai.
Berbeda saat dengan Darrel yang sebenarnya, ia merasa kecil diantara perempuan yang selalu mengelu-elukan ketampanannya. Dipandang mesra hanya dari kejauhan. Tidak pernah dibela saat Rose dan para Genk nya menghina dan membully dirinya. Darrel hanya menonton semua kejahatan yang menghampirinya.
Kerinduannya pada Albert semakin menggila.
'Rumah Yang Salah'
Sah!
Sah!!
Seuntai ijab Kabul baru saja dilantunkan Dirga pagi itu di depan para jamaah dan murid pesantren milik Ali dan Arini. Ratusan jamaah memenuhi Masjid yang berada di kediaman keluarga Ali Assegaf karena cucu pertama Abi Ali baru saja melaksanakan pernikahan.
Kedua pengantin tersenyum bahagia saat semua doa dan wajah bahagia terpancar ditujukan pada mereka. Namun, saat pembacaan ayat suci Al-Quran, kedua mempelai terlihat gelisah dan mengeluarkan keringat hingga bercucuran seperti habis lari marathon.
"Re, kipasi aku!" pinta Dirga sambil mengibaskan telapak tangannya ke wajah.
"Kulitku terasa terbakar, Aga. Ada apa denganku?!" keluh Rere.
Kegelisahan kedua mempelai diperhatikan oleh Euis. Setelah pulang dari rumah sakit, Euis menolak bicara dengan Dirga. Dia mengunci bibirnya dan menolak bersikap manis pada putranya. Ia merasakan sesuatu yang ganjil dengan sosok Dirga yang ada di depannya.
"Ada apa dengan mereka?" bisik Prasetya.
"Dia bukan anakku!" Keras Euis mengatakannya.
"Neng, jangan begitu. Dia anak kita," sanggah Prasetya.
"Dia bukan anakku, A... aku ibunya. Aku tahu tanda yang ada di tubuh putraku. Dirga tidak memiliki tanda berwarna merah di punggung tangannya. Yang memiliki tanda merah adalah Megantara. Aku masih ingat betul. Sementara bayi itu sudah meninggal saat di lahirkan. Jadi siapa sosok yang ada di sana, A.. !" tuntut Euis dengan wajah marah.
"Dan, gadis itu! Siapa dia sebenarnya... "
Prasetya memejamkan matanya sebentar. Ia tahu ini akan terjadi. Kartono, bapak mertuanya pernah mengatakan sebelum meninggal. Jika tumbal keluarga Kartono akan terus terjadi meskipun sudah diupayakan sedemikian rupa, kecuali... Membiarkan 'manusia abadi' itu hidup seperti manusia normal di keluarganya hingga beranak pinak, baru tumbal bisa digantikan dengan sarana lain.
Akan tetapi, ini bukan sekedar masalah keluarga Kartono. Tapi masalah besar bagi keluarga Abi Ali Assegaf. Penerus pesantren dan mengemban amanah ribuan jamaah. Prasetya tidak bisa tinggal diam jika keluarganya dimasuki mahkluk yang bersekutu dengan jin dan iblis. Ketauhidan menjadi taruhannya.
"Kita harus Islamkan Jin Kafir itu, Euis!" bisik Prasetya.
Euis menoleh pada suaminya. Matanya berkaca-kaca. "Tapi iblis selalu penuh tipu daya. Haruskan kita usir mereka?" nada suaranya bergetar.
Seketika suara gaduh terjadi di pelaminan. Dewi Renjana berteriak histeris kesakitan.
"Panaaasss... Berhenti!! Panaaaassss .... !!" jerit Rere berusaha membuka siger melati di kepalanya.