Vampire Freak
JEPIT RAMBUT JIMAT PENERUS TITISAN DEWI KENTRING
Desa Ranca Codet, Tahun 1999.
Malam itu, suara denting dari lonceng delman yang terbuat dari kuningan beserta deru roda kayu yang dilapisi ban karet menggerus jalanan tanah berbatu. Kusir delman memacu kendaraannya dengan wajah serius hingga alisnya saling bertaut begitu dekat.
"Wan, lebih cepat lagi istriku sudah tidak tahan." panik Leman
"Ini juga udah dipacu Man, jalanan licin karena hujan. Daripada delmanku terjungkal ke jurang."
"Kangmas, aku gak tahan... Uughh saakiitt mas... sakitt!" teriak Nunung memegang perutnya yang membesar.
"Tahan mba, sebentar lagi kita sampai di klinik." ucap Wawan tatapannya kian fokus menatap ke depan.
"Tarik napas dek, terus buang. Ayo ikuti mas."
Di tempat lain.
Angin bertiup kencang menerbangkan kain-kain gorden di sebuah bangunan tua yang ada di tengah hutan. Suara gemerisik angin menderu dan dedaunan bergoyang saling bertubrukan menambah ketegangan memenuhi udara dalam bangunan itu.
"Denok... Cucuku akan lahir hari ini. Penuhi janjimu cahyu... " suara bisikan dari perempuan tua memenuhi ruangan, tentu saja hanya Denok yang mendengarnya.
Denok terkesiap, ia menegakkan punggungnya lalu berdiri dan melangkahkan kaki dengan beban berat di pundaknya, ia menyiapkan peralatan untuk membantu proses persalinan.
"Risma, vera bantu aku! sebentar lagi ada pasien penting akan datang ke sini." titah Denok.
Kedua anak buah Denok saling pandang, karena sudah hampir dua bulan klinik bersalin itu sepi tanpa pengunjung. Tidak ada orang yang memeriksa kandungan, memasang alat kontrasepsi atau imunisasi. klinik hanya di datangi orang yang akan menjalani proses menggugurkan kandungan. Itu pun dua bulan lalu, setelahnya klinik itu selalu sepi.
"Bagaimana dia tahu akan ada pasien yang mau melahirkan?Sejak tadi telepon tidak berdering, apa jangan-jangan dia punya firasat?" bisik Vera.
"Mungkin, nyi Denok kan aneh lihat aja setiap sudut di sediakan kopi pahit dan bunga tujuh rupa." jawab Risma.
"Apa yang kalian bicarakan!" suara Denok menggema, tiba-tiba wajah Denok sudah di depan Risma dan Vera.
"I-ibu bidan!! Tidak ada Bu, tidak ada." jawab Risma gugup.
Mereka berdua saling cubit, Wajahnya memucat.
Suara lonceng delman kian terdengar, Denok menyambutnya di depan pintu dengan wajah tersenyum.
"Selamat datang Nyimas kanjeng." ucap Denok seraya membungkukkan tubuhnya dengan tangan menangkup di depan dada.
Udara dingin berhembus kencang memasuki pintu, seperti ada energi kuat dan kental akan dunia mistis memasuki ruangan. Suara derap langkah menghantam lantai dengan keras, namun tidak ada sosok yang terlihat. Hanya Nyi Denok yang mampu melihat dan memberikan hormat.
Delman terhenti di halaman klinik yang memiliki penerangan terbatas. Turun dari atas delman dengan tergesa sepasangan suami istri. Sang istri sudah terlihat sangat lemah, Leman memapah istrinya hingga ke depan pintu. Selanjutnya ia serahkan kepala Nyi Denok.
"Kalian pulanglah, Nunung tidak akan kembali. Kantung hijau di bawah jok delman untukmu Wawan, dan kantong merah sudah aku letakkan di dalam rumahmu Leman." suara perempuan tua itu kembali terdengar. Suara yang ditujukan untuk Wawan dan leman.
"Nyai... Tidak bolehkan saya membawa pulang istri dan anakku?" ucap Leman gugup dan gemetar.
"Hahahah... Dasar manusia, kalian serakah. Dia bukan anakmu, tapi dia adalah cucuku, milikku bukan milik kalian."
"Nyai, a-aku bersedia merawat dan menghamba pada cucumu. Ijinkan aku merawatnya." bujuk Leman.
"Pulanglah kalian!" bentak sosok yang dipanggil Nyai oleh leman. Kedua pria itu lari terbirit-birit menaiki kembali delman mereka.
Di kasur persalinan, Nunung berteriak kesakitan dengan suara yang memilukan. Denok dengan sigap membantu mendorong perut Nunung secara perlahan dengan tiupan angin yang sudah ia sematkan mantra-mantra.
Beberapa orang yang tidak kasat mata menyaksikan proses kelahiran tersebut, mereka ikut merasakan linu sekujur tubuhnya mendengar rintihan dan teriakan Nunung.
Setelah dua jam terlewati... "Oaakk... Oaakk... Oaakk...!!" suara tangisan bayi perempuan terdengar.
Bayi yang cantik dengan tanda berwarna putih di area punggungnya.
Risma dan Vera seakan terhipnotis oleh suasana, mereka hanya diam tanpa bersuara ikut membantu persalinan, meskipun di hati kecil mereka bertanya-tanya, siapa bayi merah ini mengapa kelahirannya begitu spesial hingga bidan kepala di klinik itu begitu hormat dan penuh kasih sayang pada sosok bayi itu.
Mobil ambulance terdengar di halaman depan. Jenazah Nunung segera di pindahkan ke dalam mobil untuk segera di lakukan pemandian juga penguburan secara layak.
Keesokan harinya...
Sebuah mobil Cadillac hitam memasuki halaman klinik, sepasang suami istri turun dengan seorang bayi berusia lima bulan. Mereka memasuki klinik dengan wajah sumringah.
"Mana bayiku, Nyi Denok." ucap Rangga.
"Ingat Rangga, aku titipkan dia padamu tidak gratis. Kalian harus menjaga dan menyayanginya hingga waktunya ia kami ambil kembali, jika ingkar... Anda akan menerima karma yang lebih dahsyat dari apa yang anda pikirkan." desis Denok.
"Tentu saja Denok, aku akan menjaganya seperti putriku sendiri." janji Rangga.
"Nyimas Ageng menamakan bayi itu Nilam Renjana. Dan berikan Jepit rambut Nyimas Dewi Kentring pada bayi itu setelah usianya lima belas tahun." pesan Denok.
Dengan wajah sumringah Rangga dan Ranti membawa bayi Nilam Renjana keluar dari klinik, bayangan kekayaan melimpah akan mewarnai kehidupan rumah tangga mereka.
💎💎💎
KS. Tubun, Tahun 2005
"Anak Wewe gombel... Nilam anak Wewe gombel!" seru anak-anak di lingkungan mereka tinggal, Nilam di arak anak-anak seusianya.
Hingga... Byuuurrr!! Nilam masuk ke dalam selokan karena di dorong oleh Rose.
"Rose, kamu jahat sekali!" Mariana panik melihat temannya masuk ke dalam selokan. Ia berusaha menggapai tangan Nilam untuk membantu Nilam naik dari selokan.
"Hei, kalian! Apa yang kalian lakukan pada Nilam!" teriak Bram.
"Bram! Kamu gak usah ikut campur ya, sana pergi!" rose mendorong Bram agar tidak membantu Nilam.
Bram balik mendorong rose hingga tubuh gadis berusia enam tahun itu terjungkal. Bram segera mengangkat tubuh basah kuyup Nilam dari dalam selokan.
Mariana dan Bram mengantar Nilam pulang, di halaman rumah... Rose sudah berdiri di samping Ranti sambil sesenggukan.
"Owhh jadi kamu yang mendorong putriku!! Dasar anak pungut!!" pekik Ranti lalu menarik tubuh kecil Nilam, ia memukuli Nilam dengan sendal kulit ke seluruh tubuhnya.
"Tante stop! Bukan Nilam yang mendorong Rose, tapi rose jatuh sendiri!" Bram menghadang Ranti hingga tubuh Nilam tertutupi oleh punggungnya.
"Minggir kamu gak usah ikut campur!" bentak Ranti sambil mendorong tubuh kecil Bram.
"Masuk kamu Nilam!" amarah Ranti semakin meledak-ledak.
Di dalam rumah, Nilam semakin di siksa dengan berbagai macam alat untuk membuat gadis kecil itu mengiba dan meminta maaf. Tangisan anak kecil itu semakin menyayat kalbu bagi siapa saja yang mendengarnya.
Malam hari, saat Nilam tertidur di lantai kamar mandi, ia merasa tubuhnya diguncang lalu bisikan halus terdengar. "Keluar nduk... Berjalanlah ke Utara... " bisikan itu bersuara lembut.
Nilam kecil mengucek matanya yang sembab, ia mengikuti arahan suara lembut yang terus memberikan instruksi. Hingga sampailah ia di sebuah bangunan berusia ratusan tahun yang di bangun dengan marmer hitam.
Kuburan tua yang ikonik dan megah dimana di sana terkubur sepasang saudagar tebu kaya raya tahun 1820, bangunan itu diberi nama Mausoleum OG KHOUW.
"Duduklah di lantai satu bangunan itu, nduk... Tunggulah para penjagamu akan menghampirimu." suara lembut itu terdengar kembali.
Setiap langkah kecil Nilam menimbulkan getaran pada lantai, angin berbisik kencang berputar pada satu titik, dinding batu bergetar seakan berderak dan berdenyut, ribuan wajah menempel di dinding berebut ingin melihat siapa yang hadir hingga sebuah altar sudah disiapkan dengan begitu teliti.
Nilam terduduk ditengah, hamparan marmer berbentuk kotak itu seumpama altar yang siap menyambut titisan sang penguasa.
Perlahan cahaya berpendar berwarna keemasan hingga terang benderang. Wajah kecil Nilam mendongak menatap cahaya yang menyorotnya dari atas langit.
Kabut putih turun dengan cepat memenuhi ruang bawah tanah yang kini hanya ada tubuh ringkih dan kecil seorang Nilam. Wajah kecil itu memucat saat di depannya kini berdiri sosok perempuan cantik dengan memakai baju kerajaan berwarna hijau, mahkotanya dihiasi batu-batu sapphire dan rubi, rambutnya terurai indah hingga semata kaki. Sosok itu tersenyum pada Nilam lalu tangannya terulur untuk menyambut tangan mungil Nilam.
"Sini nduuukk... Cahyuuku." lembut suara itu menggema seakan memeluk tubuh Nilam yang gemetar.
Perempuan cantik itu menimang Nilam dalam buaiannya yang hangat, mengajaknya berkeliling dan terbang di atas langit yang bertabur bintang dan bulan.
Hingga mata Nilam tertutup rapat dan mendengkur halus...
Satu Minggu telah berlalu...
"Nilam... Papa bawa boneka!" seru Rangga di depan pintu setelah melepas sepatunya.
"Pppp... Pa—pa... Ni—lam hi... Lang." gugup Ranti dengan wajah takut.
"Apa?!" kaget Rangga dengan melotot dan wajahnya tegang. Seketika kecurigaan menghantamnya, ia mendorong tubuh Ranti ke tembok. "Apa yang kamu lakukan Ranti! Kamu pasti menyiksanya lagi, iya kan?!" Rangga mencengkram leher atas Ranti hingga wajah perempuan itu memerah. "Kamu tanggung akibatnya jika kali ini anak itu diambil kembali oleh Nyimas!" Rangga menghempaskan tubuh Ranti ke lantai dengan mata yang memerah.
...Hai Readers, ini adalah karya terbaruku di genre horor komedi. Mohon dukungan like, komen dan subscribenya ya.. 🩷🩷...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Miu Nih.
syukurlah bayinya cantik. aku takut bayinya lahir ngeri ngeri sedep gituu... merinding~
2025-06-09
2
Miu Nih.
ini kalo di film gitu auranya berat bangettt... 'kencring... kencringg... kencrinngg... ugh! serem'
2025-06-09
2
Dinar Almeera
Kakakkk selamat dan sukses untuk karya terbarunya 🌟🌟🌟🌟🌟
2025-06-06
2