Sila, seorang gadis karier dari dunia modern yang tajam lidah tapi berhati lembut, terbangun suatu pagi bukan di apartemennya, melainkan di sebuah istana mewah penuh hiasan emas dan para pelayan bersujud di depannya—eh, bukan karena hormat, tapi karena mereka kira dia sudah gila!
Ternyata, Sila telah transmigrasi ke tubuh seorang selir rendahan bernama Mei Lian, yang posisinya di istana begitu... tak dianggap, sampai-sampai namanya pun tidak pernah disebut dalam daftar selir resmi. Parahnya lagi, istana tempat ia tinggal terletak di sudut belakang yang lebih mirip gudang istana daripada paviliun selir.
Namun, Sila bukan wanita yang mudah menyerah. Dengan modal logika zaman modern, kepintarannya, serta lidah tajamnya yang bisa menusuk tanpa harus bicara kasar, ia mulai menata ulang hidup Mei Lian dengan gaya “CEO ala selir buangan”.
Dari membuat masker lumpur untuk para selir berjerawat, membuka jasa konsultasi percintaan rahasia untuk para kasim.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Di dapur utama, sudah lima hari tak ada yang bisa tidur. Permaisuri Mei Lin tiba-tiba ingin makan sesuatu yang rasanya seperti kenangan masa kecil, yang menurutnya “lembut seperti pelukan ayam tapi dingin seperti hujan pagi.”
Apa itu artinya? Tak ada yang tahu.
“Apa kita beri bubur ayam dingin?” usul seorang koki muda.
“Kalau salah, kita yang jadi bubur,” sahut kepala dapur.
Kaisar Liang Xu Suami Hebat, bagi mei Lin tapi tetap jadi Korban Ngidamnya
Kaisar Liang Xu adalah kaisar paling ditakuti di lima kekaisaran, tapi hanya satu orang yang bisa membuatnya bangun jam tiga pagi dan mencari rumput laut goreng yang bentuknya mirip kelabang tapi rasanya seperti kacang manis.
“Kenapa tidak beli saja dari dapur?” tanyanya sambil memakai jubah tidur dan sepatu kayu dengan mata setengah tertutup.
“Karena yang di dapur rasanya kayak kecewa,” ujar Mei Lin manja sambil meringkuk di ranjang.
Liang Xu menghela napas dan bangkit. “Baiklah. Aku akan menyuruh seluruh istana mengecek semua rumput laut.”
“Tapi aku pengen kamu yang cari.” Mei Lin menatapnya dengan mata memelas.
“...Aku adalah Kaisar…”
“Tapi kaisar suamiku.”
Liang Xu tidak berkutik.
Dan di pagi buta itu, sang kaisar dengan jubah kebesarannya berjalan mengendap-endap ke dapur kecil, diikuti oleh Si Tang yang membawa obor dan catatan ‘Camilan Favorit Permaisuri’.
Permintaan Tak Masuk Akal dan Solusi Tak Terduga
Ngidam Mei Lin berkembang menjadi makin aneh.
Pernah suatu malam ia minta mandi di kolam teratai sambil makan permen salju dan menyuruh para selir (yang kini jadi sahabat-sahabat pasrah) menyanyikan lagu kodok bersatu.
“Satu kodok… dua kodok… Lompat ke hati Permaisuri…”
“Aku rindu masa kecil,” kata Mei Lin dengan penuh perasaan.
Kaisar yang duduk di tepi kolam memijat pelipis. “Kenapa lagu kodok?”
“Karena waktu kecil aku suka nangis di sawah, dan ada kodok yang ikut nyanyi.”
Mendengar itu, Panglima Mo yang biasanya dingin pun hanya bisa memandangi bintang dan berpikir apakah ia salah jurusan hidup.
Satu Waktu yang Haru dan Kocak
Namun di balik semua kehebohan itu, ada satu momen yang membuat istana benar-benar hening.
Saat Mei Lin menangis saat melihat sebutir anggur.
“Kenapa kamu menangis, Lin’er?” tanya Kaisar sambil menggenggam tangannya.
“Karena anggur ini bulat… kaya perutku…”
Liang Xu bingung tapi langsung memeluknya, “Kalau begitu, aku akan tanam kebun anggur. Agar setiap kamu melihatnya, kamu ingat bahwa kita telah menanam masa depan bersama.”
Mei Lin menatapnya, lalu berkata, “Tapi aku maunya anggur ungu muda, yang dipetik jam tiga pagi, sambil diiringi musik kecapi...”
Dan seketika kaisar menyesal mengucapkan itu.
Meski semua orang di istana kewalahan, tak satu pun dari mereka yang mengeluh.
Karena di balik semua permintaan absurd dan tingkah aneh Mei Lin, semua tahu satu hal:
Ia mencintai anak yang ada dalam kandungannya.
Dan Kaisar mencintai dirinya tanpa syarat.
“Kalau nanti anak ini lahir…” kata Liang Xu suatu malam sambil membelai perut Mei Lin.
“Apa?”
“Aku akan minta satu hal padanya.”
“Apa itu?”
“Jangan mewarisi sifat ngidam ibunya.”
Mei Lin tertawa.
Dan istana kembali riuh dengan tawa dan kehebohan baru saat ia bilang, “Aku pengen soto… yang ada rasa jeruknya… tapi bukan jeruk!”
Bersambung
semoga sampe tamat ya Thor 🥰🥰
semangat nulisnya...
sehat selalu ya 🥰🥰