NovelToon NovelToon
Dunia Dzaka

Dunia Dzaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Trauma masa lalu
Popularitas:592
Nilai: 5
Nama Author: Bulan_Eonnie

Aaron Dzaka Emir--si tampan yang hidup dalam dekapan luka, tumbuh tanpa kasih sayang orang tua dan berjuang sendirian menghadapi kerasnya dunia.

Sebuah fakta menyakitkan yang Dzaka terima memberi luka terbesar sepanjang hidupnya. Hidup menjadi lebih berat untuk ia jalani. Bertahan hidup sebagai objek bagi 'orang itu' dan berusaha lebih keras dari siapapun, menjadi risiko dari jalan hidup yang Dzaka pilih.

Tak cukup sampai di situ, Dzaka harus kehilangan salah satu penopangnya dengan tragis. Juga sebuah tanggung jawab besar yang diamanatkan padanya.

Lantas bagaimana hidup Dzaka yang egois dan penuh luka itu berlanjut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan_Eonnie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DD 12 Rekaman dan Bukti

Suara pintu yang dibuka membuat mereka menoleh bersamaan. Saat tubuh tegap itu terlihat membelakangi mereka, Ziya segera berlari menuju kamarnya tanpa berucap apa pun.

“Loh ada Dzaka sama Raffa?” Ayah Zain berjalan mendekat dan duduk bersisian dengan ketiga pemuda itu.

“Eh, iya, Yah.” Dzaka, Raffa dan Tanvir akhirnya bergantian menyalami Ayah Zain sebelum akhirnya lelaki paruh baya itu beranjak menuju kamarnya.

Dzaka menatap Tanvir yang terus menatap pintu coklat di lantai dua yang bertuliskan ‘kamar Ziya’. Entah mengapa saat ayahnya pulang gadis itu malah berlari ke kamarnya, bukannya menyambut dan menyalaminya.

“Bantu gue ke kamar dong. Kita lanjut ngobrolnya di kamar aja,” ujar Tanvir yang langsung dibantu berdiri oleh Raffa dan Dzaka.

Tidak ada yang bersuara sejak memasuki kamar bernuansa coklat itu. Mereka seolah sibuk berperang dengan ego dan pikiran mereka masing-masing. Hingga getaran di kantong hoodie-nya membuat Dzaka segara melangkah keluar kamar.

“Den Dzaka. Bi Edah cuma mau menyampaikan pesan guru les barunya Den Dzaka. Katanya lesnya diundur jam 5.”

“Bi Edah. Makasih udah disampaikan ke Dzaka, Bi.” Setelahnya panggilan diputuskan oleh Bi Edah secara sepihak.

Netranya tak sengaja menangkap seorang gadis yang sibuk membuka bungkus makanan yang tadi dibawa oleh Ayah Zain. Yang membuat Dzaka tertarik bukanlah hal itu, melainkan gerak-gerik gadis itu yang gelisah dan was-was.

Kaki Dzaka melangkah turun dan mendekati dapur dalam diam. Netranya masih tak beralih dari gadis itu sedetik pun. Namun, saat dia baru saja sampai, suara pintu dibuka membuat gadis itu menoleh ke belakang dan terkejut dengan kehadiran Dzaka.

Mata gadis itu membulat saat melihat tepat ke belakang Dzaka. Dia segera bersembunyi di bawah meja dapur dengan tubuh yang gemetar. Wajah gadis itu bahkan terlihat pucat pasi.

“Lagi ngapain di sini, Dzaka?” tanya seseorang yang membuat Dzaka menoleh dengan raut terkejut.

Sebelum menjawab Dzaka menggeser posisi berdirinya menutupi gadis itu dan tersenyum canggung. “I-itu, Yah. Dzaka mau ngambil air,” ujarnya sopan.

Ayah Zain terlihat mengangguk paham dan mengambil gelas serta jus jeruk dari lemari pendingin. Setelahnya pria paruh baya itu kembali ke kamarnya membuat Dzaka menghela napas lega.

Dzaka menyejajarkan dirinya dengan gadis yang masih betah duduk memeluk lutut di bawah meja. “Ayah Zain udah pergi. Lanjutin aja kerjaan lo,” lirih Dzaka yang hanya mampu didengar oleh mereka berdua.

Gadis itu menoleh ke arah Dzaka dengan genangan air di sudut mata indahnya. Tak lama genangan itu sudah mengalir membasahi pipinya. Kini gadis cantik itu menangis tanpa suara tepat di depan Dzaka.

Dzaka tersenyum hingga lesung di sudut senyumnya ikut terbit. “Nangis sebanyak yang lo bisa. Supaya setelah ini pundak lo terasa lebih ringan dan bisa tersenyum lagi.” Tangan Dzaka terangkat untuk mengusap puncak kepala Ziya.

Namun, tiba-tiba tubuhnya membeku saat jari lentik Ziya beralih ke perban di pelipisnya. Gadis itu bahkan tersenyum dengan air mata yang masih terus mengaliri pipinya. “Maaf dan makasih, Bang Dzaka.” Ziya menjauhkan jarinya dari perban Dzaka dan menatap wajah Dzaka yang tegang.

“Bang Dzaka sampai kapan mau di sana?” Pertanyaan itu membuat Dzaka langsung menoleh dan menggaruk pangkal hidungnya yang tak gatal. Saat ini Dzaka benar-benar canggung. Seseorang yang sejak tadi tersenyum di ujung tangga melihat interaksi Dzaka dan Ziya langsung kembali ke kamar saat melihat mereka keluar dari dapur.

“Bang Tanvir. Itu makan siangnya udah ada di bawah. Jangan lupa makan! Sekalian aja ajak teman-temannya,” ujar Ziya setengah berbisik dan kembali melanjutkan perjalanan menuju kamarnya.

“Adek lo ngapa bisik-bisik deh, Vir? Ini kan rumah dia?” tanya Raffa yang merasakan ada yang ganjal di sana.

Tanvir menghela napas berat membuat Raffa dan Dzaka menoleh bersamaan. “Sebenarnya inti dari semua masalah dan kebohongan gue adalah Ziya,” ujar Tanvir lesu.

Raffa dan Dzaka mengernyitkan kening heran. “Maksud lo apaan deh, Vir?” tanya Raffa yang masih saja belum paham.

Dzaka berjalan mendekat dan duduk di samping Tanvir seraya menepuk pelan pundak sahabat baiknya itu. Melihat bagaimana Tanvir menghela napas berat berkali-kali, bahkan tubuhnya semakin lesu, Dzaka yakin beban Tanvir begitu berat untuk dipikul sendirian.

“Lo bisa cerita kapan pun lo siap, Vir,” ujar Dzaka mencoba memberi keyakinan pada Tanvir.

Tanvir mengangguk pelan dan memilih mengajak Dzaka dan Raffa makan siang di bawah. Setelah makan, mereka berniat kembali ke kamar Tanvir untuk mengambil tas. Namun, atensi mereka teralihkan oleh seorang gadis yang sedang berjalan ke luar gerbang.

“Itu adek lo lewat mana, Vir? Kok tiba-tiba udah di luar aja?” tanya Raffa yang memang tidak bisa membendung rasa penasarannya sejak tiba di rumah ini.

“Ada tangga di balkon kamarnya,” balas Tanvir seraya melanjutkan langkah. Dia berusaha menghirup oksigen sebanyak yang dia bisa, karena dadanya mulai terasa sesak.

Dzaka dan Raffa langsung saja mengambil tas mereka dan bersiap keluar dari kamar sebelum Tanvir menghentikan mereka. “Ada yang mau gue omongin sama kalian,” ujar Tanvir seraya mendudukkan diri di tepi ranjang.

Dzaka dan Raffa saling berpandangan sebelum memilih duduk di atas permadani menghadap Tanvir.

“Maaf gue nyembunyiin kalau Ziya udah balik. Soalnya Ziya balik sendiri ke sini. Kalau ada yang tau Ziya gak sama paman gue lagi, mungkin aja Ziya terancam, begitu pula karier paman gue. Juga ... ada sebuah kebenaran yang terungkap di sana.” Tanvir memulai ceritanya dengan menatap kosong pada sudut kamarnya.

“Tapi kami sahabat lo, Vir. Kami tau alasan Ziya di sana dan gimana hancurnya keluarga kalian saat itu. Berita baliknya adek lo itu bener-bener sesuatu yang besar bagi kami,” sela Raffa membuat Tanvir menghela napas berat.

“Mungkin kata maaf gak cukup buat ngobatin rasa sakit dan kecewa kalian ke gue. Tapi gue gak punya pilihan. Kalian kemaren juga liat kan gimana tante gue memperlakukan Ziya. Informasi tentang Ziya harus bener-bener dibatasi supaya gak ada korban.” Tanvir mengalihkan tatapannya pada kedua sahabatnya yang ikut menatapnya.

"Gue takut! Gue merasa bersalah setiap harinya! Gue bener-bener capek! Harusnya baliknya Ziya jadi kebahagiaan, tapi nyatanya rumah ini bener-bener suram, Fa! Ka!" Tanvir terisak keras di hadapan Dzaka dan Raffa yang membatu.

“Setidaknya lo jangan nyimpen semuanya sendirian, Vir,” ujar Raffa yang masih merasa kecewa dengan sikap Tanvir.

Dzaka mengusap bahu Raffa pelan mencoba menenangkan. “Yang penting sekarang Tanvir udah jujur. Gak ada lagi yang perlu ditutup-tutupi setelah ini.” Ucapan Dzaka diangguki oleh keduanya.

“Terus kebenaran apa yang lo maksud?” tanya Raffa lagi.

“Ini tentang meninggalnya buna.” Tanvir menghela napas dalam dan mengembuskannya perlahan. “Pelakunya itu ... Paman Aksa dan Tante Liya.”

Bola mata Dzaka maupun Raffa sontak membola hingga pertanyaan dari Raffa membuat keadaan semakin tegang. “Maksudnya gimana sih? Bukannya Buna Khaira itu meninggal karena serangan jantung, ya?”

Tanvir tersenyum sendu sebelum menjawab pertanyaan Raffa. “Buna meninggal karena serangan jantung, tapi itu karena suruhan paman.” Akhirnya genangan itu meluruh semakin deras mengakhiri ucapan Tanvir.

Dzaka terdiam melihat kerapuhan Tanvir. Dia tahu tak mudah untuk berpura-pura baik-baik saja saat seseorang itu tak terbiasa melakukannya.

“Kita bisa jebloskan mereka ke penjara kalau ada bukti, kan?” Raffa langsung terpancing mendengar kekejaman yang sudah dilakukan pamannya Tanvir.

Tanvir mengambil sebuah alat perekam dari laci dan mendengarkan rekaman itu bersama-sama. Setelah rekaman berakhir Dzaka menghela napas membuat sahabat-sahabatnya itu menoleh. “Rekaman yang diambil tanpa izin kayak gini gak bisa jadi bukti. Kita butuh sesuatu yang lebih.”

“Liontin, buku tabungan buna dan dokter itu! Kita harus mulai bergerak secepatnya kalau gak mau Ziya dalam bahaya!” Ucapan Raffa langsung disetujui Dzaka dan Tanvir.

“Liontin Buna Khaira itu edisi terbatas. Kita bisa mulai dari sana.” Dzaka langsung berpindah ke meja belajar Tanvir dan menyalakan laptop yang ada di sana. Jemarinya mulai mengetikkan sesuatu hingga keluar apa yang mereka cari.

“Cuma ada dua toko yang jual liontin itu dan cuma bisa dijual ke sana.” Dzaka langsung menggeser laptop di hadapannya agar Tanvir dan Raffa bisa melihat alamat toko yang Dzaka maksud.

Dzaka menoleh pada jam di dinding kamar Tanvir. “Kayaknya gue harus pulang sekarang. Gue ada les di rumah jam 5.” Dzaka langsung mengambil tasnya dan berpamitan pada Raffa dan Tanvir.

Saat Dzaka melewati sebuah rumah, netranya menangkap sosok Ziya dan seorang perempuan. Gadis itu tersenyum begitu manis dan tertawa lepas membuat hati Dzaka berdesir. Bahkan lengkung bibirnya muncul di balik helm full face-nya.

“Gue buru-buru!” Dzaka kembali melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

1
Jena
Bener-bener bikin ketagihan.
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak❤️ Nantikan terus updatenya ya kak😊
total 1 replies
bea ofialda
Buat yang suka petualangan, wajib banget nih baca cerita ini!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak sudah mampir❤️
total 1 replies
Mamimi Samejima
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih sudah mampir kakak❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!