Adrian adalah pemuda biasa yang berasal dari kampung. berkat kehebatan dan kejeniusannya, dia berhasil bangkit dan menjadi pemuda yang paling di takuti di dunia bawah tanah Eropa. bahkan negara-negara di benua Eropa maupun di luar Eropa, sangat menghargai Adrian berkat kejeniusan dan latar belakangnya sebagai raja bawah tanah Eropa.
Namun Adrian meninggalkan semua status dan gelarnya yang telah dibangunnya itu demi baktinya kepada bibinya. Namun, sebuah hal buruk terjadi pada kekasih dan keluarganya. dengan terpaksa, dia menggunakan kekuatan dan pengaruhnya lagi demi melindungi kekasih dan keluarga tercintanya.
Untuk kisah lengkapnya, silahkan lanjutkan membacanya di karya baru saya ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elang Malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 : Surat Perjanjian
“Ibumu?”, Adrian menatap Amanda dengan sedikit aneh, “Apa maksudnya?”.
Sebelum melanjutkan kata-katanya, Amanda mencoba menenangkan perasaannya dulu dengan menarik napas dalam-dalam dan membuangnya dengan perlahan, “sebenarnya permasalahan kita cukup sama, jika kencan buta saya ini gagal denganmu, ibu saya juga telah menyiapkan 21 pria lagi yang akan menjadi pasangan kencan buta saya selanjutnya!”. Setelah mengatakan kebenarannya, Amanda langsung menundukkan kepala dengan pipi yang memerah.
“dua puluh satu,,,!!!”, Adrian membelalakkan mata dan langsung tertawa dengan lepas, “Sepertinya ibumu benar-benar khawatir jika kamu tidak menikah. Sejujurnya, kamu itu harus cepat mencarinya, jangan sampai Kamu nantinya menjadi perawan tua!”.
“Apa peduli mu?, Amanda pun menatap tajam ke arah Adrian, “bukankah bibimu juga sama!. takut, jika kamu tidak dapat mendapatkan istri dan menjadi bujang lapuk!”.
Adrian tersenyum dan berkata, “kita jelas berbeda, saya baru berusia 22 tahun dan hidup saya baru akan dimulai. Saya akan segera masuk perguruan tinggi. Saat itu, saya dapat memilih gadis manapun yang saya inginkan. Tapi kamu berbeda. Usia Kamu sudah 25 dan sudah sepatutnya menikah. Jadi, Apa yang dapat kamu lakukan?”.
“Kamu tidak perlu khawatir tentang urusanku!”, Amanda berkata dengan nada dingin. “Kita dapat menjadi tameng satu sama lain. Selain itu, kita tidak akan saling mengganggu dan mencampuri urusan masing-masing. Jika kamu setuju, maka kita akan buat surat perjanjian. Jika kamu tidak setuju, maka saya akan mencari orang lain yang dapat diajak kerjasama.
“Surat perjanjian!”, Adrian menatap Amanda tanpa dapat berkata apa-apa lagi.
“Saya khawatir, jika kita hidup serumah tanpa ada surat perjanjian, saya khawatir kamu akan melakukan sesuatu yang tidak seharusnya terhadap saya!”.
“Kamu setuju atau tidak?”, tanya Amanda dengan suara dingin sambil menatap ke arah Adrian.
“Baiklah, saya setuju!”, Adrian mengangkat bahu dan membuat gerakan tak berdaya.
Setelah puas dengan jawaban Adrian, Amanda tidak bicara lagi, dia menginjak pedal gas dan melajukan BMW seri 7 itu menuju kawasan permukiman. Kawasan permukiman ini merupakan kawasan sekumpulan vila mewah yang berada di kota Guangzhou. Tidak lama kemudian, Adrian dan Amanda berhenti di depan sebuah vila mewah.
Ini adalah sebuah vila bergaya Eropa. Vila ini besar, megah, dan menawan.
Amanda membuka pintu vila dan langsung melangkahkan kakinya menuju ruang tamu vila. Sedangkan Adrian mengikuti Amanda dari belakang, tiba-tiba saja, dia menghentikan langkahnya setelah merasakan telinganya bergerak sedikit dan pada saat bersamaan, dia langsung mendengar erangan yang samar-samar.
Sedangkan Amanda yang hanyalah orang biasa, yang tidak memiliki kemampuan seperti Adrian, dia langsung duduk di sofa ruang tamu dengan menyilangkan kaki panjangnya dengan anggun sambil mengeluarkan beberapa lembaran kertas dari dalam tas dan meletakkannya di atas meja.
"ada apa, kenapa kamu masih bengong saja?. Asal kamu tau, saya tidak akan rela tinggal serumah dengan kamu sebelum kita tanda tangan surat perjanjian", Amanda mendengus dingin sambil melipat kedua tangan di dada.
Adrian hanya dapat menghela napas dengan berat. Dia kemudian menghampiri Amanda dan meraih surat perjanjian yang berada di atas meja untuk dia tanda tangan. "dasar gila!, apakah perlu buat surat perjanjian segala, untuk tinggal serumah demi kepura-puraan ini?", Adrian mengungkapkan kekesalannya dengan suara pelan. Dia kemudian menaikkan ujung bibinya sedikit ke atas sambil tersenyum dengan tipis, " kecuali untuk tinggal satu kamar dengan kamu, boleh lah untuk tanda tangan perjanjian ini", Adrian menambahkan kata-katanya sambil meraih pulpen untuk menanda tangan surat perjanjian itu. Sedangkan dengan Amanda, pipinya mulai memerah lagi dan langsung menundukkan kepala, setelah mendengar pernyataan Adrian.
"aduh,,!! Sakit,,!!"
di saat Adrian menggoreskan tanda tangannya pada surat perjanjian itu, tiba-tiba telinganya kembali bergerak sedikit. Suara samar-samar yang awalnya dia dengar saat masuk vila, saat ini suara itu terdengar lagi dan semakin jelas terdengar di telinganya. dia memutuskan untuk tidak melanjutkan tanda tangan dan meletakkan kembali surat perjanjian ke atas meja.
"Adrian!, apa maksud kamu dengan tidak mau tanda tangan?", dengan wajah kesal, Amanda langsung berdiri dan membentak Adrian dengan suara tinggi, "jangan harap kamu dapat tinggal di vila ini, sebelum tanda tangan surat perjanjiannya!", dia terus menceramahi Adrian dengan menggebu-gebu tanpa henti, sudah seperti cacing kepanasan.
Namun Adrian tidak menggubris ocehan Amanda yang menggebu-gebu itu, dia semakin memfokuskan pendengarannya pada suara yang samar-samar.
"tolong,,,!!"
Tanpa pikir panjang lagi Adrian berdiri dan melangkahkan kakinya sambil berlari-lari kecil menuju asal suara, setelah suara itu terdengar jelas di telinganya.
"Sialan,,!! Adrian, apa yang mau kamu lakukan, kamu jangan macam-macam di tempat tinggal saya. Berhenti, jika kamu tidak berhenti, saya berjanji akan menghubungi pihak keamanan", Amanda terus berteriak dan mengumpat dari belakang sambil mengikuti Adrian.
Begitu Adrian tepat berada di depan pintu sebuah kamar dan asal suara minta tolong itu itu, dia langsung mendobrak pintu kamar tersebut dan terlihatlah seorang gadis kecil sedang meringkuk di tempat tidur sambil memegang pipi yang memerah dan ke kebiru-biruan, seperti bekas tamparan telapak tangan.
"Andini,,!!"
Amanda langsung berteriak dari belakang, dia bergegas menghampiri gadis kecil yang meringkuk di tempat tidur. Sampai-sampai, dia mendorong Adrian yang berada di depannya itu ke samping dengan sedikit keras, demi bergegas menghampiri gadis kecil. Melihat perlakuan Amanda kepadanya, Adrian hanya dapat mengelus dada, setelah melihat wajah Amanda yang pucat dan terlihat kekhawatiran di wajah cantiknya.
"adek!, kamu kenapa, apakah dia memukul kamu lagi?", dengan sedih dan berlinang air mata, Amanda langsung mendekap dan memeluk adiknya. Gadis kecil yang di panggil Andini itu mendekap dan membalas pelukan Amanda.
Sedangkan Adrian yang menyaksikan momen haru antara kakak dan adik itu, dia tidak ingin mengganggu mereka berdua dengan kehadiran dirinya di tempat itu, dia memutuskan memberi Amanda waktu menenangkan adiknya dan menunggunya di ruang tamu.
sesampainya kembali ke ruang tamu vila yang mewah itu, Adrian mengeluarkan ponsel dari dalam saku dan memutuskan memainkan game online, mengisi waktu luang sambil menunggu Amanda yang sedang menenangkan adik kecilnya itu.
45 menit pun berlalu, Adrian menunggu Amanda di ruang tamu. Namun, Amanda belum juga keluar dari dalam kamar. Adrian mencoba memusatkan lagi pendengarannya ke dalam kamar, tempat Amanda dan adiknya berada, dia hanya dapat menghela napas dengan pelan. Ternyata, Amanda dengan adiknya masih berbincang-bincang yang terdengar sayu-sayu oleh Adrian. Dia menyimpan kembali ponselnya dan memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya di sofa. Tanpa terasa, Adrian pun tertidur dengan nyenyak di atas sofa itu hingga pagi hari.