Dhea mencintai Vean, tapi Vean menjalin kasih dengan Fio—sahabat Dhea.
Mencintai seseorang sejak masih SMP, membuat Dhea terus saja berharap kalau cintanya akan bersambut. Sampai akhirnya gadis itu menyerah dan memilih pergi saat pria yang dicintainya akan bertunangan dengan sahabatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ROZE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30 Apa Itu Alasannya? (Revisi)
"Kamu tidur saja, Dhea juga sudah tidur."
"Iya."
Clara duduk di sofa, dan mulai memejamkan matanya. Arya melihat Dhea dari posisinya saat ini, dan menghela nafas, tidak lama kemudian, dia juga ikut memejamkan matanya.
Di apartemen Vean
"Arya mungkin enggak ke sini lagi. Apa aku telepon saja?" tanya Juna, tapi Vean diam saja.
Sudahlah, susah juga bicara dengan dia.
Juna kemudian menghubungi Arya, tapi tidak bisa. Akhirnya dia dan Vean tidur setelah menonton bola.
Pagi harinya, Clara dan Arya bangun, dan melihat Dhea yang masih tidur.
"Aku cari sarapan dulu, ya?"
"Iya."
Clara melihat Dhea yang wajahnya masih pucat. Dia lalu ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Arya masuk ke dalam ruang perawatan, membawakan makanan dan minuman. Ada air mineral dan juga teh hangat untuk mereka.
"Oya, ini uang buat pegangan kalau butuh apa-apa." Arya menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah pada Clara.
Clara meringis, dia memang tidak membawa uang sama sekali karena tadi malam langsung pergi begitu saja. Baju yang dia pakai bahkan baju tidur.
"Makasih, maaf selalu merepotkan."
"Jangan bicara begitu, Dhea juga teman aku. Ayo makan dulu."
Mereka makan bersama dan tidak bicara.
"Kamu tidak pergi kerja?"
"Nanti, sebenarnya aku ada kuliah."
"Ya sudah, pergi saja."
"Tapi ...."
"Pergilah! Nanti kalau Dhea tahu kamu bolos kuliah, bisa-bisa kita berdua yang diomelin. Kamu juga pasti tahu kan, Dhea itu seperti apa."
"Ya sudah. Aku kuliah dulu ya, hanya satu kata kuliah saja lagi ini. Setelah itu aku akan ke sini lagi. Kamu tidak apa kan di sini sendiri?"
"Ya, tidak masalah. Aku kan memang biasanya berdua saja dengan Dhea. Kami sudah terbiasa saling menjaga."
Arya akhirnya pergi ke kampus. Bisa saja dia tidak kuliah, tapi dia juga harus mengumpulkan makalah pada dosen. Mata kuliah yang Haris dia jalani juga tinggal sedikit.
Di loby, Juna melihat Arya yang jalan dengan tergesa-gesa. Ingin memanggilnya, tapi pria itu pergi dengan cepat.
"Siapa yang sakit?" gumamnya.
Di dalam kamar, Clara merasa bosan. Dia lalu pergi keluar, mungkin ada sesuatu yang bisa dia beli untuk dia juga untuk Dhea nanti.
Juna melihat Clara, dan berpikir dengan cepat.
Jangan-jangan yang sakit, Dhea?
Juna langsung mencari tahu ada di ruangan berapa Dhea dirawat.
"Mba, pasien yang bernama Dhea, ada di ruangan mana?"
"Sebentar ya, Dok."
"Nama lengkapnya siapa, Dok."
"Dheara ... Dheara siapa, ya? Cari saja yang ada nama Dheara-nya."
"Ada di kamar Anggrek nomor satu, Dok."
"Oke, makasih."
Juna langsung menuju kamar rawat itu, mengintip dari pintu dan ternyata benar itu Dhea. Juna masuk ke dalam melihat kondisi Dhea, setelah itu dia langsung keluar lagi.
[Fio, Dhea sakit. Sekarang dirawat di kamar Anggrek nomor satu.]
[Kok kamu bisa tahu? Kemarin pas kita mengantarnya, dia baik-baik saja.]
[Sepertinya tengah malam tadi dia sakit dan Arya yang membawanya. Tadi aku juga melihat Arya dan Clara.]
[Ya sudah, makasih sudah memberi tahu aku.]
Di kampus
"Arya, kamu kenapa tidak memberi tahu aku kalau Dhea dirawat di rumah sakit? Aku ini kan sahabatnya."
"Lupa."
Fio malah semakin kesal mendengar jawaban Arya.
"Ayo Yang, kita ke rumah sakit." Fio langsung menarik tangan Vean dan mengajak pria itu ke rumah sakit.
Arya juga akhirnya pergi bersama mereka.
Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menuju kamar Dhea. Clara menoleh ke pintu saat pintu itu terbuka.
"Hai, Clara," sapa Fio. Mereka melihat gadis itu yang masih memakai pakaian tidur.
"Kamu tidak membawa baju ganti?"
"Enggak, tadi malam kami buru-buru."
"Biar aku pesankan online saja, ya."
"Makasih."
Arya meletakkan buah-buahan di atas meja.
Mata Dhea akhirnya terbuka juga setelah lama tidur. Yang pertama kali dia lihat adalah Vean, dan gadis itu langsung mengalihkan pandangannya.
"Akhirnya kamu bangun juga, Dhe," ucap Clara.
"Maaf sudah bikin kamu cemas."
"Sudah, jangan mikir macam-macam."
Dhea, Clara dan Arya mengobrol bersama. Fio merasa tersisihkan, dia merasa semakin jauh saja dengan Dhea.
"Kalian pulang saja," ucapnya pada Fio dan Vean.
"Kamu mengusir kami?" tanyanya kesal.
Suasana menjadi hening.
"Bukan begitu, tapi di sini sudah ada Arya dan Clara. Kalian berdua pasti sangat sibuk."
"Apa karena sekarang kamu memiliki teman baru, kamu jadi seperti ini? Apa kamu marah pada kami karena kami bertunangan?"
Oke, Clara langsung paham masalah apa yang terjadi dengan mereka tanpa perlu bertanya.
"Apa karena itu juga kamu pergi?"
Awalnya Dhea memang sedikit merasa berat untuk pergi, takut semakin jauh dengan pria itu, takut merindukannya, dan takut semakin kehilangannya.
sy mencari2 cerita yg berbeda..kebanyakan sama....hy beda nama tokok dan sedikit alur..trus klaim mrk yg awal membuat cerita..muak saya.
terima kasih thor,membuat cerita yg bagus..ah,knp baru nemu sy cerita bagus gini
cintanya dipupuk hingga subur
dimana nih rasa malunya
aku juga pernah lho namnya cinta dalam diam sama pacarnya sahabat sendiri tapi gk kyk Dhea terang²an dengan mengejar seseorang yang tak pasti!!
sakit hati kan rasanya ditolakk !!,,
udah baca 3 kali, udah tau Endingnya kek mana, tapi kenapa gk bisa nahan air mata