Bayi Taruhan Sang Mafia Playboy

Perjalanan yang sangat singkat, tentu saja dua orang yang sedang mencari keberadaan Naren tidak melewati jalanan biasa. Dengan kemampuan yang mereka miliki, teleportasi menjadi pilihan yang tepat untuk mengejar waktu.

Mendarat di atas sebuah pohon tinggi menjadi andalan seorang Javer. Bahkan dia lupa sedang membawa wanita hamil bersamanya saat ini.

"Javer... Memangnya tidak ada tempat mendarat yang lebih manusiawi untukku?"

"Di sini cukup manusiawi dan tentunya aman untuk tempat bersembunyi."

"Masalahnya perut aku semakin besar Javer, kamu tidak lupa kan jika aku sedang berbadan dua."

"Astaga, maaf Sofia. Memantau dari ketinggian sudah menjadi kebiasaanku, jadi aku lupa kalau ada kamu."

"Kalau saja tenagaku tidak lemah, pasti aku bisa pergi sendiri. Kamu harus bertanggung jawab melindungi bayi taruhanku." Ucap Sofia mengancam.

"Sepertinya kamu bangga hamil bayi taruhan?" Ucap Javer dengan sinis.

"Tentu saja, itu artinya aku maupun bayiku adalah sesuatu yang sangat berharga. Makanya menjadi bahan rebutan semua orang, terkecuali kamu."

"Sofia... Tolong jangan diungkit dulu soal itu. Kamu tidak tahu saja betapa tersiksanya aku menyimpan rasa cinta hingga bertahun-tahun."

"Emang apa peduliku, kamu saja yang bodoh. Jika cinta itu diperjuangkan, bukan justru dilepaskan pada pria playboy seperti Alessandro. Di sini aku yang rugi Javer, aku yang terluka." Ucap Sofia.

"Aku minta maaf untuk luka yang tak sengaja tertoreh akibat kebodohanku. Aku janji jika waktunya sudah tepat, aku pasti akan berjuang dan menikahi kamu Sofia."

"Aku tunggu janjimu Javer, dan aku berharap sebelum bayi ini lahir kamu sudah membuktikan cintamu."

"Memangnya usia bayi dalam kandunganmu sudah berapa bulan?" Tanya Javer.

"Hari ini, tepat 12 minggu bayi taruhan ini tumbuh di rahimku. Kamu tidak lihat perutku sudah sebesar buah melon Javer?"

"Ada berapa bayi di dalam perutmu Sofia? Mengapa baru 3 bulan saja sudah sebesar itu."

"Entahlah, dokter tidak mengatakan apa pun. Hanya bilang bayiku sehat." Jawab Sofia sambil mengelus perutnya.

"Kalau menurut perkiraanku, bayimu lebih dari satu. Mungkin ada tiga."

"HAH...Yang benar saja tiga."

"Tidak tahu benar atau tidaknya Sofia, tapi aku melihatnya begitu."

"Kamu sepertinya bisa menerawang Javer?"

"Iya, kemampuan yang aku sembunyikan dari semua orang terkecuali kamu. Bahkan Tuan Dario tidak tahu.

"Kenapa harus disembunyikan?" Tanya Sofia.

"Karena aku tidak ingin dimanfaatkan lebih dari yang sudah terjadi. Jika orang berkuasa itu tahu, pasti aku akan diminta untuk membaca pikiran musuhnya. Bahkan bisa jadi aku disuruh mencari tahu strategi perang pihak yang menjadi lawannya. Dan itu sangat merepotkan."

"Ternyata hidup dengan banyak kemampuan tidak selamanya membuat merasa hebat."

"Benar, seringkali menjadi alasan untuk dijadikan boneka orang yang berkuasa, diincar untuk menjadi penyokong kekuatan pihak tertentu seperti dirimu itu. Karena kekuatan yang kamu miliki, Tuan Dario berambisi ingin kamu menjadi pendamping hidup Alessandro, mengikat dengan ikatan kuat bayi taruhan."

"Ya, jika mengingat itu rasanya sangat kesal, terlebih kesal denganmu."

"Ah... Sudahlah, jadi ngomong itu terus. Malas aku jika sebagai seorang pria kamu pun tak ingin memperjuangkan wanita yang kamu cinta. Lebih memilih tunduk mengikuti semua keinginan orang yang kamu anggap berjasa dalam hidupmu. Sedangkan, seandainya pun kamu tidak diasuh mereka aku yakin kamu masih bisa tetap hidup dan sukses.

"Benar, jika dipikir ulang sejatinya semua kesalahan terletak pada keputusanku hari itu. Tapi kita tidak bisa memutar waktu untuk kembali."

"Dan karena itulah, aku menunggu kamu memutuskan yang terbaik untuk kita. Aku ingin bersamamu Javer, aku ingin menghabiskan waktu denganmu. Mungkin terdengar naif, tapi aku membutuhkanmu untuk menyembuhkan luka batinku."

"Secara tidak langsung kamu turut andil memberi luka hingga trauma. Aku ingin hidup normal Javer, kamu tahu perilaku hyper sex ku terkadang bisa sangat mengganggu. Dan hanya kamu yang membuatku merasa nyaman saat berhubungan badan. Aku merasa puas dan nikmat hanya dengan sekali permainan. Tidak butuh banyak waktu dan tenaga."

"Kalau begitu keputusanmu, maka aku juga akan mengambil keputusan. Aku akan ikut pergi bersamamu, jika kamu berani dengan lantang memutuskan ikatan tali cintamu dengan Alessandro. Tapi tanpa membawa namaku sebagai pengganti. Karena aku tegaskan sekali lagi, aku bukan pilihan apalagi pria pengganti karena pelarian semata. Aku ingin kamu bisa mencintaiku."

"Jika aku katakan sebenarnya aku pernah mencintaimu apa kamu percaya?"

"Apa yang kamu katakan Sofia, sudah jelas kamu mencintai Alessandro."

"Justru yang sebenarnya adalah Alessandro yang kujadikan pelarian karena kamu menjauhiku saat itu. Aku lebih dulu mencintaimu, tapi karena aku anggap bertepuk sebelah tangan jadinya aku berpaling dan mencari penggantimu."

"Maaf..." Mendengar pengakuan Sofia membuat rasa sesal di hati Javer semakin menumpuk. Semua masalah yang terjadi, runutannya tetap dia yang mulai membuat menjadi serba salah.

"Terima kasih sudah memberikan pengakuan yang luar biasa. Aku jadi semangat untuk memperjuangkan yang seharusnya menjadi milikku sejak awal. Tunggulah Sofia, kita akan hidup bersama."

"Tunggu, bukankah itu Betrand? Rupanya dia akan pergi keluar rumah. Waktu yang tepat untuk mencari keberadaan Naren di rumah ini. Aku yakin Naren sedang di sekap di dalam sebuah kamar." Ucap Sofia memberikan analisa pikirannya.

"Kalau begitu berpeganglah dengan tubuhku. Aku akan membawa kamu turun dari pohon ini." Ucap Javer.

Bukan berpegangan tangan seperti apa yang dipikirkan Javer, justru Sofia masuk ke dalam dekapan tubuh pria itu. Memeluk erat dari depan dan menempelkan kepala di dada bidang pria cinta pertamanya.

Wusshhh...

Sofia dan Javer menghilang dari pohon, dan entah mendarat di mana di rumah Betrand.

"Kita sudah di dalam Sofia."

"Ah iya, memelukmu membuatku nyaman Javer. Ternyata jantungmu berdebar kencang saat aku memelukmu. Kamu tahu, suaranya seperti melodi yang menenangkan."

"Dan mulai sekarang, aku ingin kamu terus memeluk tubuhku. Hanya aku satu-satunya yang ada di dalam hati dan pikiranmu."

"Tentu Javer, semuanya milikmu. Hati, pikiran dan juga tubuh sexyku."

"Hmm..." Wajah Javer memerah tersipu malu. Wanitanya sungguh pandai merayu. Ya, Javer sudah mengklaim Sofia sebagai miliknya mulai hari ini.

"Kita cari kamar yang mencurigakan Sofia, kamar yang memiliki kunci ganda pada pintunya dan dijaga ketat oleh anak buah Betrand."

"Kita serang mereka tanpa menyentuh, kamu masih sanggup kan Sofia?"

"Tentu, jika hanya melumpuhkan lawan aku masih punya sedikit tenaga."

Dengan langkah pelan Sofia dan Javer berpencar mencari ruangan yang mereka duga sebagai tempat penyekapan.

Tatapan mata Sofia tertuju pada paviliun di belakang rumah. Bangunan kecil itu memiliki jendela besar tapi tertutup rapat, sedangkan saat ini masih terhitung siang hari.

"Aku menemukanmu Naren, aku harap keadaanmu masih bisa aku selamatkan."

Dengan tenaga gaibnya, Sofia mencekik satu persatu penjaga yang bertugas. Tidak butuh lama, karena sistem keamanan di sekitar paviliun longgar. Setelah memastikan semua penjaga tumbang, Sofia mendobrak pintu kamar itu. Dan benar saja, terlihat Naren yang diikat di sebuah tiang.

Bukan rantai yang mengikat kedua kaki dan tangan Naren yang membuat Sofia murka. Tapi tubuh sahabatnya yang dipenuhi banyak luka dan tanpa menggunakan selembar kain.

Naren di telan jangi lalu, kemungkinan dia bukan hanya mendapatkan kekerasan fisik, tapi juga sudah mengalami pelecehan seksual. Melihat pemandangan yang memilukan, membuat Sofia murka.