Tangan kanan kelvin kemudian masuk ke dalam Dress ,dan mulai membelai lembut.
"Mhhh," Tubuh brianna menggeliat ke kanan kiri, tiap kali merasakan tekanan pada area sensitif nya .
"Heh, apa itu nikmat," Ledek kelvin sembari menghentikan permainan tangan nya, membuat Brianna benar benar malu sekaligus Geram .
"Fuck you bastard," Umpat nya .
Kelvin hanya tersenyum kemudian bangkit dan mencuci tangan nya di westafel.
Membuat Brianna benar benar tersiksa antara ingin dan malu .
Kelvin kemudian menghampiri brianna yang kacau di sofa.
"Kamu butuh aku Marya,"
"Cih jangan merasa bangga bung, aku bahkan bisa melakukan nya sendiri untuk ku,"
"Oh ya,"
"Ya,"
"Baiklah ...kalau begitu lakukan sendiri sisanya," Kelvin kemudian bangkit dan keluar dari hotel Brianna,
Brianna benar benar geram dan mengutuk nya dengan sumpah serapah. Kemudian ia bangkit mengunci pintu nya dan masuk ke kamar menuntaskan hasrat nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nickname_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
warning +21
Setelah memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, Felix lalu meninggalkan kamar dengan hati-hati.Ketika melangkah keluar, matanya tertumbuk pada Tari yang sedang mengepel, posisi menunggingnya tidak sengaja memancing gairah dalam benak Felix. "Hey kamu," panggil Felix dengan suara dingin. "Saya, Tuan." "Kemarilah," "Tentu, Tuan," sahut Tari tanpa menoleh, suaranya setia dan patuh.Mendengar jawaban itu, Felix menggiring Tari ke lantai atas. Di dalam kamar, Renata terbaring lemah tak berdaya, seolah-olah jiwa telah meninggalkan raganya, serupa orang pingsan yang hilang ingatan. Tari melangkah masuk, tak menyadari perangkap yang telah disiapkan Felix untuknya.
"Ada apa, Tuan?" ujar Tari dengan suara lembut, mendengarkan perintah Felix. "Sikat wastafel di kamar mandi," perintah Felix dengan nada yang tegas. Tari, dengan langkah gontai, hendak memasuki kamar mandi milik nona. Tapi, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang tidak pantas—tangan Felix terasa menerkam bokongnya. "Lo, bersihin juga kaca yang kotor itu," kata Felix, suaranya berat seolah mendorong tubuh Tari. Tari berusaha bertahan, menahan gejolak dalam hatinya, berpikir mungkin ini adalah kecelakaan tak sengaja. Dengan nafas yang berat, Tari memasuki kamar mandi dan segera menyemprotkan cairan pembersih pada kaca. Namun, keadaan menjadi semakin tak terduga ketika Felix mengikuti masuk ke dalam, sengaja membuka resleting celananya dan tanpa perasaan malu, ia buang air kecil di samping Tari. Tari dengan cepat memalingkan wajahnya, menghindari pandangan yang memalukan dari Felix, sambil tetap fokus membersihkan kaca di depannya, berusaha keras menyembunyikan rasa tidak nyaman yang menggelayuti hatinya.
Felix dengan sengaja membuka celana jeans dan pakaian nya serta hanya menyisakan boxer yang ia kenakan. Kemudian berjalan ke arah Tari dan menekan Tari dengan tubuh nya, seraya menggenggam tangan Tari dan mengajari nya cara yang benar dalam membersihkan cermin. "Cara nya itu begini, lo musti cepat bersihin nya," bisiknya di telinga Tari. Tari merasa tidak nyaman dengan kedekatan mereka, ingin sekali ia berontak namun takut dengan Felix, belum lagi jika sampai Renata yang tertidur kemudian bangun alamat ia akan dipecat hari ini juga lantaran dikira menggoda kekasih majikannya. Tari mencoba menggeser tubuh nya karena risih namun Felix justru menekan pinggul nya. "Tuan maaf Tuan, tolong percayakan pada saya, saya pasti akan membuat kamar mandi ini bersih, Tuan bisa kembali bersama Nona," ucapnya dengan takut-takut. "Diam dan fokus pada kerjaan lo , gue hanya sebatas mengawasi pekerjaan lo supaya bersih,"
Lirih nya sengaja di tengkuk Tari,membuat bulu kuduk Tari meremang, dan tak dipungkiri ada rasa nikmat di sana.
tari kemudian pasrah dan mencoba fokus pada pekerjaan nya.
namun saat ia mengangkat tangannya untuk membersihkan bagian kaca yang tinggi,tiba tiba tangan Felix meremas bagian dadanya.
Membuat nya kaget dan segera menepis tangan Felix.
"Tuan tolong jangan Tuan," teriak nya kemudian seraya berbalik.
membuat Felix menyeringai karena ia tak suka dengan penolakan.
Felix kemudian mendorong tubuh Tari hingga membentur wastafel kemudian mencekram tangan Tari membuat dada Tari naik turun keringat dingin nya bercucuran karena rasa takut terhadap pacar majikan nya.
"Gue gak suka penolakan mengerti? dan gue bisa bilang ke Renata jika lo sengaja masukin obat tidur ke minuman nya supaya lo bisa leluasa menggoda gue,"
"Dan dapat dipastikan lo bakal di pecat, lo mau itu?"
"Tu Tuan jangan Tuan saya mohon,saya masih ingin bekerja, ibu saya butuh uang untuk pengobatan tuan," Isak nya kemudian
"Kamu cuma perlu diam dan menikmati manis,"
"Ta tapi Tuan,"
Felix tampak tidak peduli dan kembali menyentuh Tari dengan cara yang membuatnya merasa tidak nyaman. Tari, yang merasa takut dan terkejut dengan perlakuan kekasih majikannya itu, mencoba untuk berontak namun tidak berhasil. Felix terus berusaha mengintimidasi Tari dengan kenikmatan sentuhan tangan nakal yang semakin membuatnya merasa tidak berdaya. Akhirnya, Tari hanya bisa pasrah saat Felix terus menjamah bagian sensitifnya. Ini adalah pertama kalinya Tari merasakan sentuhan langsung dari seorang pria, dan meskipun situasinya jauh dari yang diharapkan, ada perasaan aneh yang menjalari dirinya. Tari, yang biasanya hanya sendiri dalam memuaskan hasratnya, kini berada dalam situasi yang sangat berbeda. Dengan mata terpejam, ia mencoba menikmati situasi tersebut, sementara Felix tampak puas dengan reaksinya. Felix kemudian semakin berani dengan melepaskan beberapa pakaian Tari, yang pada akhirnya hanya bisa pasrah dengan keadaan.
"Nikmatin manis," Lirih Felix di telinga Tari
Felix kemudian kembali membelai Tari dengan lembut, menyentuhnya dengan penuh perhatian sambil bergantian membuat Tari merasa sebuah sensasi yang tak terlukiskan. "Ah... Tuan ...," gumam Tari dengan suara yang penuh perasaan. Felix mempercepat gerakan tangannya, membuat napas Tari semakin cepat dan tangannya mencengkeram erat wastafel. Sejenak kemudian, tubuh Tari bergetar dan ia tampak kelelahan namun puas. "Ah...," desah Tari saat ia merasa sebuah gelombang kepuasan melanda dirinya. Ia kemudian menunduk malu saat Felix menatapnya dengan senyum hangat. "Kamu ingin merasakan lebih lagi, bukan?" tanya Felix. "Tuan, maaf, cukup Tuan," jawab Tari dengan suara lirih. Namun Felix, hanya tersenyum smirk, dan kembali membelai Tari dengan lembut, membuat Tari menutup matanya menikmati sentuhan tersebut. Felix merasa posisi mereka yang berdiri kurang nyaman, ia kemudian menggendong tubuh Tari dengan hati-hati.
"Tuan, mau kemana Tuan?" bisik Tari dengan suara lembut. Felix hanya diam dan menarik Tari untuk berbaring di samping Renata yang tampak tertidur pulas. "Tuan, tapi..." Tari mencoba berkata lagi namun Felix meletakkan jari di bibirnya, "Sssttt... tenang saja dan nikmati momen ini," bisik Felix pelan. Tari masih tampak ragu, "Tuan, bagaimana jika nona bangun?" Felix hanya menggeleng, "Sudah, jangan khawatir." Felix dengan hati-hati mendekatkan diri, mencoba menenangkan Tari yang tampak gugup. "Sakit, Tuan," bisik Tari pelan, merasakan ketegangan. "Tenang, manis... ini akan segera menjadi kenangan indah," Felix berusaha menenangkan sambil terus berusaha membuat Tari merasa nyaman dan rileks. Setelah beberapa saat, Tari mulai merasa lebih tenang dan Felix mulai bergerak melancarkan aksinya. Tari, meskipun masih dengan rasa gugup, mulai merasakan sensasi yang berbeda, sebuah perasaan baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Felix menunggu hingga Tari merasa cukup nyaman, kemudian dia mulai menenggelamkan miliknya dan bergerak lembut. Tari, yang awalnya merasa takut, kini mulai larut dalam sensasi yang Felix ciptakan, sebuah perjalanan baru yang membuatnya merasa dihujani kenikmatan.
Obat tidur Felix sepertinya bekerja dengan baik,karena Renata justru semakin mendengkur meski di samping nya Felix membuat guncangan .
Setelah puas Felix kemudian mencabut miliknya yang terdapat darah segar milik Tari.
"Beresin baju lo dan kembali ke dapur, jangan sesekali cerita tentang apa yang kita lakukan,"
"Apalagi kulihat kau begitu menikmatinya jalang, dan sepertinya akan ketagihan," ucap Felix membuat hati Tari perih.
Tari pun bangkit dengan mata yang nanar,ia baru saja kehilangan mahkota nya. namun dengan bodoh nya ia menikmati permainan Bejat Felix dan memang benar, rasanya begitu nikmat menjalar seluruh tubuh.
Tari merangkak perlahan menuju kamar mandi, tubuhnya menahan rasa nyeri yang menyengat. Felix segera mendekat, matanya menunjukkan rasa prihatin sekaligus ketegasan. "Ingat untuk minum ini," bisiknya pelan, sambil menyerahkan dua butir pil pada Tari. "Aku tak ingin bertanggung jawab atas konsekuensi lainnya." Tari hanya mengangguk lemah, matanya berkaca-kaca, sementara Felix beranjak untuk mengambil segelas air. Dia memastikan Tari menelan pil di depan matanya sebelum wanita itu kembali ke kamarnya dengan langkah gontai.Felix, selesai membersihkan diri, melepas lelah di samping Renata yang terlelap dalam tidur yang damai. "Aku akan sering datang ke sini, Nat," gumamnya lirih. Ya, kunjungannya bukan untuk Renata, melainkan untuk si pembantu baru yang kini menyimpan rahasia bersama dia dalam kenikmatan tersembunyi.
(Hi Readers, jika berkenan bantu vote & follow karya ku , thank you sudah berkenan baca salam kenal untuk kalian semua📌)