"AH KAU! Kau yang menciumku saat aku bekerja lusa kemarin"
Mengernyitkan dahi nya, buronan itu mengingat-ingat, meski tertutup topeng, namun kerutan nya terlihat tipis.
"kau.. Aku tidak ingat"
"Ughh.. Dasar bajingan". Glamora menginjak kaki buronan itu hingga ia meringis kesakitan.
"Berhenti, wanita gila" Umpat nya.
"Kembalikan ciuman pertamakuu!!" Seru nya histeris, habis nya Glamora tak rela ciuman pertama nya diambil buronan sialan ini.
"Baik, kalau itu mau mu". Buronan itu mendekat kan langkah nya perlahan ke wanita yang ada dihadapan nya, sehingga Glamora terpojok dan tidak bisa kabur lagi, buronan itu mendekat kan wajah nya pada Glamora. Apa ini haruskah Glamora merasa terancam karena takut dilecehkan.
Cupp
Glamora melebarkan mata nya kaget, apa yang berusan terjadi, buronan itu tersenyum geli. Ia mengambil dagu Glamora dan menahan nya, lalu melumat bibir Glamora yang sedikit tebal. Glamora mendorong tubuh kekar buronan itu.
"Sialan kau!"
PLAKK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melza Apriliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Glamora melangkah kan kaki nya untuk pergi keluar rumah Agler, namun Agler yang melihat itu dengan cepat menahan tangan Glamora yang hendak membuka pintu nya.
"Kau tidak boleh pergi dari sini". Glamora menoleh pada Agler, dengan mengernyitkan dahi nya. "Kenapa?"
Agler menatap mata Glamora intens. "Kau harus tetap disini menemaniku, kau sudah nekat mengikutiku, jangan sampai jika aku melepas kau, kau melapornya kepada polisi". Ujar nya serius.
"Harusnya saat kemarin dipukul aku amnesia saja, biar tidak harus repot-repot seperti ini". Glamora memutarkan bola mata nya.
"Itu lebih bahaya". Jawab Agler sembari mengunci pintu, agar Glamora tidak bisa keluar.
"Kenapa begitu?, Bukanya bagus, jadi kau tidak perlu kwatir aku akan melaporkanya". Glamora berjalan ke ruang tengah. Ia duduk disofa yang empuk itu. Lalu menyetel siaran TV.
Agler menyusulnya dan ikut duduk disofa. "Tidak, suatu saat pasti kau akan mengingatnya". Agler menaruh tangan nya dibahu Glamora, ia hendak merangkulnya.
"Kau tidak sepenting itu dihidupku tahu". Jawab Glamora ketus. Ia berpindah ke sofa yang lain, sengaja menjauh dari Agler.
"Kejam sekali bicaramu". Agler mendekatkan diri nya pada Glamora. Tangan nya bertumpu pada sofa bagian kanan dan kiri, sehingga Glamora tidak bisa melarikan dirinya.
"Dasar wanita mesum". Tambah Agler yang sengaja berbisik ditelinga Glamora.
Glamora memalingkan wajahnya. "Kau yang mesum, selalu menciumku!". Kesal nya.
"Kau mau lagi?"
"Tidak lagi." Glamora mendorong dada bidang Agler, dan langsung beranjak pergi dari situ, ia membuka kulkas dan minum air untuk menghilangkan ketegangannya barusan.
Saat Glamora berbalik, Agler sudah ada didepan nya, ia memajukan langkah nya, sedangkan Glamora memundurkan langkahnya hingga kepala nya hampir terpentok kulkas, tapi terhalang oleh tangan Agler yang dengan cekatan melindungi kepalanya.
Agler dan Glamora kini saling menatap satu sama lain, namun berbeda, tatapan Agler seakan-akan ingin memakan Glamora, sedangkan Glamora menatap Agler takut, Glamora menahan nafas nya, seketika tangan Agler menarik pinggang rampingnya mendekat.
"Kau mau apa!" Seru Glamora sambil berusaha melepaskan tangan kekar Agler yang memeluk pinggangnya. Wajah nya memerah.
"Kenapa wajah mu merah begitu?". Pertanyaan yang dilontarkan Agler membuat Glamora salah tingkah. Glamora menundukan kepala nya.
"Kenapa kau melihat kesitu?, Kau mau?". Ujar Agler. Glamora mendongak mata nya terbelalak. "Tidak! Enak saja kalau bicara!", Glamora menguatkan tenaga nya agar bisa lepas.
Yaa tuhan.. tolonglah... Batin Glamora.
"Ya karena itu, langsung kita coba saja". Agler sedikit meremas bokong Glamora yang lumayan besar itu.
Glamora yang terkejut langsung mendorong tubuh Agler, entah kenapa tenaga nya langsung terkumpul tadi. Dengan cepat ia berlari ke atas, dan masuk ke dalam kamar, lalu menguncinya.
Dadanya terkompa sangat cepat. Ia mencoba menormalkan nafas nya. "Dasar pria nakallllll". Glamora mencabik-cabik selimut kasurnya.
Glamora merendamkan wajahnya ke dalam tumpukan bantal. Selang beberapa menit ia tertidur pulas.
.
.
.
.
"AAAAHHHH... KAU! KENAPA KAU ADA Di Kasurku?!". Teriak Glamora histeris, yang mendapat Agler sedang tertidur pulas disampingnya.
Agler membuka mata nya saat mendengar alarm yang berasal dari mulut Glamora. "Kau lupa ini rumahku?". Pertanyaan Agler membuat Glamora terdiam, benar juga.
"Tapi gimana kau bisa masuk?". Tanya nya panik.
Agler mengeluarkan kunci yang ia selipkan dibawah bantal tidur, lalu menunjukannya pada Glamora. "Menggunakan kunci cadangan". Ucap nya santai.
"Tapi tetap saja, kau masuk ke dalam kamar yang ada wanita nya, tanpa izin pula.". Geram Glamora. Ia melemparkan satu bantal ke wajah tampan milik Agler.
"Ah, kau cerewet sekali". Ujar Agler yang terganggu.
"Biar, aku tidak pedu-". Ucapannya terpotong saat tiba-tiba, ia ditarik ke dalam dekapan Agler.
"Kenap-" Ucapannya terpotong lagi, ketika Agler tambah merendamkan wajah Glamora ke dalam dadanya.
"Kau ini..". Lirihnya, melanjutkan omongannya yang tadi perpotong.
"Lepas.. Aku tidak bisa bernafas tahu"
"Tidak"
"Kau ingin aku mati?"
"Tidak juga, jika kau mati, yang akan menikah denganku siapa?"
"Lalu.."
Agler merenggangkan dekapan nya, sehingga Glamora dapat beranjak dari kasur itu, ia mengambil sembarang baju yang ada di lemari, lalu membawanya masuk ke dalam kamar mandi.
Selang beberapa menit, Glamora keluar dengan memakai baju yang ia ambil tadi, baju kaos yang terlalu besar sehingga menutupi badan nya yang mungil, dan celana boxer hitam bermotif tengkorak.
"HAHA". Agler tertawa saat melihat Glamora dengan tampilan seperti itu.
"Kenapaa?!, ini bajumu tahu!"
"Iyaa aku tahu, namun itu membuatmu sangat menggemaskan"
"Cih"
"Hei.. Mulutmu itu perlu disumpal"
"Sumpal saja!, aku tidak takut". Ujar nya menantang perkataan Agler.
"Sini jika kau berani".
Mendengar hal itu, Glamora langsung menghampiri Agler, yang masih rebahan diatas kasur.
"Mana? Katanya mau menyumpal mulutku". Glamora memunculkan wajah meremehkan.
Agler bangun dan langsung menindih Glamora. "Mau disumpal pakai apa?".
Tidak tahu mengapa, pikiran Glamora tiba-tiba saja menjadi kemana mana, karena yang diucapkan Agler sedikit ambigu.
"M-mmaksud mu?". Tanya nya berpura-pura lugu.
"Pakai bibirku, atau aku yang kecil?". Jawab Agler sedikit nakal.
"Hah?"
Agler langsung menggenggam tangan Glamora, ia mengunci tangan Glamora agar tidak bisa kabur.

Lalu Agler mulai menciumnya, melumatnya dengan lembut. Glamora yang awal nya segan, lama kelamaan mulai terbawa suasana, sehingga ia menerima lumatan itu, mereka saling berciuman, melilitkan lidah mereka satu sama lain. Glamora mencoba melepas tangan Agler yang tengah menggenggam pergelangan tangan nya. Sampai berhasil, lalu mengalungkan tangan nya ke leher Agler.
Agler melepas lumatan nya, ia menatap Glamora yang sedang menatap nya dengan tatapan sayup.
Singkat saja, Agler melanjutkan aksinya, ia turun kebawah, mencium leher jenjang milik Glamora. Shh
Agler membuka baju Glamora hingga terlihat buah dada besar wanita, yang ada di hadapannya sekarang. Glamora malu, refleks ia menutup wajah nya dengan bantal.
Agler tertawa geli. Glamora sangat menggemaskan, jika ada yang menolak Glamora, pria itu pasti buta.
Agler meraih bantal yang menutupi wajah Glamora, terlihat sekali wajah Glamora seperti wanita nakal yang sedang menggoda.
"Jangan menatapku seperti itu...". Ucap Glamora malu. Agler hanya tersenyum.
Ia mulai membuka bra yang dikenakan Glamora, pada awalnya Glamora menahan tangan Agler yang hendak menyentuh salah satu buah dada nya, tapi ia juga sudah kelewat nafsu nya, mau tak mau mengikuti permainan ini.
Tangan Agler mulai meremas bagian kanan, dan mulutnya bekerja pada bagian kiri. "Shh ahh.. Agler..". Desah Glamora membuat Agler mengerang.
Glamora meremas rambut bagian belakang milik Agler. Ia membusungkan dada nya, agar Agler gampang melakukanya.
Agler yang terlanjur gemas, sengaja menggigit puting Glamora.
"Akh.. Sakit, kau nakal".