Larasati, sering di sapa Rasti atau Laras seorang dokter residen, yang sedang cuti dan bekerja di Beauty wedding planner and organizer. Dia bisa menjadi MC, fotografer, ketua tim Planner, bagian konsumsi. Bertemu kembali dengan Lettu Arjuna Putra Wardoyo, lelaki yang pernah menjadi cinta masa kecil saat masih SD.
Arjuna anak kesayangan papa Haidar Aji Notonegoro( papa kandung), dan ayah Wahyu Pramono( ayah sambung). "Kamu Laras yang pernah sekolah di?"
"Sorry, salah orang!" Ucap Rasti memotong ucapan Juna, sambil berlalu pergi dengan kameranya.
"Seorang Arjuna di cuekin cewek, ini baru pertama dalam sejarah pertemanan kita." Ucap Deri sambil memukul bahu Juna.
"Aku yakin dia Laras adik kelas ku, yang dulu ngejar-ngejar aku." Ucap Juna dengan pandangan heran.
Apa yang membuat Laras tidak mau mengenal Juna, padahal pesona seorang Arjuna tidak pernah ada tandingannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eed Reniati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Hancur Bersama
"Ini hasil tes darah milik Juna, yang kemarin baru di ambil ajudan papa." ucap Rio, yang sengaja menemui Laras di rumah sakit, karena setelah ayah Hanum kembali ke Semarang, Laras kembali ke kontrakannya dan tidak pulang lagi ke rumah dinas Rio.
"Kenapa papa kasih ke aku, kasih sama Juna atau om Haidar saja, sebagai bukti untuk menggugat Sherly."
"Kamu yang ambil darah Juna, dan berinisiatif untuk melakukannya. Apa sebaiknya tidak kamu aja yang memberikan ini, pada Juna atau om Haidar."
"Tidak perlu, papa aja yang memberikannya, kalau tidak papa hubungi salah satu Juna atau om Haidar untuk ambil di kantor papa."
"Baiklah, kalau itu mau mu. Apa kamu tidak mau pulang, dan tinggal bersama kami lagi."
"Aku nyaman tinggal di kontrakan, kalau tak ada yang penting aku mau pergi visit pasien."
"Ohh, baiklah papa pergi dulu, kalau gitu."
Setelah Rio pergi, Laras langsung keluar ruangan untuk melakukan visit pasien dengan di temani seorang perawat.
"Tumben ya, Mayjen Rio nyari dokter muda, biasanya selalu sama dokter senior Bambang? "
"Pingin lihat yang bening kali, kan dokter Laras masih muda dan lumayan cantik."
"Siapa bilang, dokter Laras itu sudah 30 tahun lebih, cuma ada duit aja jadi mukanya awet muda."
"Iya ya, muka orang berduit sama gak kaya kita, mah beda." suara obrolan yang di sertai tawa kecil, hingga tidak menyadari orang yang mereka obrolin ada di belakang mereka.
"Ehkmm, ekhm." Deheman perawat yang menjadi asisten Laras, menghentikan perawat yang sedang bergosip.
"Eh ... dokter Laras maaf, permisi." ucap mereka yang langsung pergi, membuat Laras hanya menghela nafas panjang. Mungkin ada baiknya jika Laras bicara kalau Rio adalah papanya, tapi Laras takut kalau kebenarannya suatu saat terungkap. Kebenaran tentang dia anak adopsi menurut negara, tidak masalah buatnya, tapi jika kebenaran tentang dirinya sebagai anak haramnya Rio, bagaimana? Laras takut untuk menghadapi itu semuanya, apalagi saat kecil tinggal di asrama militer, pernah ada seseorang tentara dipecat karena ketahuan punya anak di luar nikah. Masalalu kelahirannya, tidak hanya membawa aib, tapi juga merupakan bom waktu bagi Rio dan Hanum.
"Dokter Laras, tidak usah di pikirkan ucapan mereka."
Laras tersenyum dan menggeleng pelan. "Saya bukan tipe orang yang mudah baper kok, santaii aja. Ayo kasihan pasien yang sudah nungguin."
***
Hari ini Laras ada janji dengan Ninik untuk nonton bersama, dan Laras sengaja datang 1 jam lebih awal karena ingin membeli beberapa kebutuhan wanita.
"Sendirian aja, Ras?" sapa seorang yang baru datang.
Laras yang terkejut langsung melihat kearah tersebut. "Ehh Jun, tidak juga. Sebenarnya lagi janjian sama temen, tapi sengaja datang lebih awal karena ada yang mau aku beli." ucap Laras yang langsung kembali meneruskan memilih aroma parfum yang dia inginkan.
Juna tersenyum tipis dan bergeser berdiri di samping Laras. Biasanya para perempuan yang dia sapa, akan langsung dengan senang hati bicara dengannya, tidak seperti Laras yang kadang hanya menjawab seperlunya tapi juga kadang ramah. Juna juga berpikir, apa dirinya kurang menarik di mata Laras.
"Terimakasih sudah membantuku, terlepas dari jebakan Sherly."
"Tidak masalah, aku juga akan melakukannya meskipun itu bukan kamu." Meski Laras menjawab, tapi dia tidak melihat sama sekali kearah Juna.
Laras sendiri sadar, Juna itu memiliki sejuta pesona untuk menarik perempuan, baik dengan wajahnya, tubuhnya atau seragamnya. Kalau finansial, mungkin hanya sedikit yang tahu kalau dia anak tunggal sekaligus pewaris pengacara kondang, yang asetnya mencapai milyaran. Belum lagi ayah sambungnya yang juga pengusaha tempat wisata dan Hotel, di Jogja dan Jawa Tengah.
Karena itu lelaki model Juna ini, salah satu yang harus dia hindari, meski Laras sadar dia juga nyaman jika di samping Juna.
"Biar aku yang bayar, sebagai ucapan terimakasih." ucap Juna, yang sengaja mengikuti Laras ke kasiran.
"Oh, terimakasih." jawab Laras, tanpa drama penolakan. Karena percuma juga menolak, yang ada dia malu jadi tontonan mbak kasir.
"Habis ini mau beli apa lagi?" Aku yang bayari, sebagai ucapan terimakasih."
"Boleh, siapkan uang yang cukup banyak." ujar Laras tanpa rasa malu dan jaim.
"Wah tentu dengan senang hati."
"Kenapa kamu ikutin aku, bukannya itu teman-temanmu," ucap Laras, sambil menujuk kearah beberapa tentara yang berada di dalam rumah makan Korea food, yang ada di sebrang tempat Laras membeli parfum tadi.
"Sengaja, karena kebetulan bisa bertemu denganmu."
"Jangan gombal, gak mempan buatku." ucap Laras terhenti, saat melihat sosok Hanum berjalan ke lorong bertuliskan toilet, yang anehnya diikuti Cindy di belakangnya.
"Aneh, mereka kan sahabat baik, kenapa jalannya berpisah seperti tidak kenal gitu," pikir Laras
" Jun, nitip sebentar belanjaanku, aku mau ke toilet." ucap Laras dengan memberikan 2 kantong kecil pada Juna, sebelum berjalan pergi tanpa menunggu jawaban dari Juna.
Laras berjalan cepat, dengan mengambil masker di dalam tas sebelum masuk ke dalam toilet. Begitu masuk nampak Cindy sedang merapikan make-upnya, dan Hanum tidak terlihat yang Laras tebak ada di dalam salah satu bilik toilet yang tertutup. Laras masuk ke dalam toilet yang paling dekat, dengan kaca supaya bisa mendengar obrolan mereka dan benar dugaan Laras, tidak lama Laras masuk ke dalam toilet, terdengar suara Hanum.
"Aku tidak bisa melakukan apapun, lagian salah Sherly yang berani menjebak Juna."
"Tidak tahu siapa yang salah, tapi jika sampai anakku mendekam di penjara, aku akan ungkap kebenaran siapa Laras."
"Cin, bukannya kamu sudah berjanji akan menyimpan rahasia itu, kalau aku mau merawat Sherly sampai dia bisa kembali jalan, dan aku sudah lakukan itu. Sekarang Sherly sudah bisa berjalan, jadi tepati janjimu."
"Hahaha, dan membiarkan anakku mendekam di penjara, karena ulah suami dan anakmu, iya? Tidak, jika hancur kita hancur bersama."
"Demi persahabatan kita, Cin."
"Kamu bilang sahabat, tapi tidak pernah mendukung dan membantuku. Aku mau rujuk dengan mas Haidar kamu gak mau bantu, aku mau anakku nikah dengan Juna, kamu juga tidak mau membantuku. Apa itu yang bisa di sebut sahabat?"
"Hati dan perasaan orang tidak bisa di paksakan, Cin, kamu tahu itu."
"Cih, kalimat itu tidak cocok keluar dari mulutmu. Sedangkan kamu sendiri juga melakukan hal yang sama, dengan mengusir Nurul yang masih menjadi kekasih Rio, hanya untuk menikah dengan Rio!"
"Aku tahu itu, aku sadar dan sekarang aku sudah menerima akibatnya. Kamu tahu, sejak mas Rio tahu semuanya, pernikahan kami cuma status dan setiap saat bisa aja berakhir." ucap Hanum, dengan suara serak menahan tangis. "Jika bisa di ulang, aku tidak mau ini semua, dan aku tak akan memisahkan mas Rio dengan Nurul."
Melihat Hanum menangis, Cindy hanya tersenyum miring. "Penyesalanmu tidak ada gunanya." disertai dengan langkah kaki menjauh.
"Cin, tunggu dulu!"
bisa bahaya Juna,,, ayok Laras bongkar kebusukan BSI Serly dan emak nya
dasar jalang