Demon Dragon

Monster tua itu menghancurkan jiwanya sendiri dan melepaskan serangan jiwa dahsyat yang langsung melumpuhkan semua kultivator di medan pertempuran. Formasi Wanshui kehilangan kendali, dan secara alami runtuh, kembali menjadi tak kasatmata.

"Aku bukan orang baik. Dahulu aku berniat merebut tubuhmu untuk hidup kembali... Tapi kini kita terperangkap dalam Formasi Air Abadi ini, semua pasti mati. Daripada mati sia-sia, lebih baik menyelamatkanmu. Mungkin... mungkin kau bisa membawa harapan bagi ras iblis di masa depan. Jika aku memang gagal menghadapi kesengsaraan surgawi, aku seharusnya telah lenyap menjadi abu sejak lama. Ini... ini pasti kehendak Langit, kehendak Dao!"

“Monster tua…” Jin Lin merasa seolah-olah sebotol penuh lima rasa dituangkan ke dalam hatinya—pahit, manis, asam, pedas, dan asin bercampur menjadi satu. “Kau harus bertahan, monster tua...”

"Jiwaku telah hancur dan fondasi kultivasiku runtuh. Dalam waktu setengah jam, aku akan benar-benar lenyap dari dunia ini. Aku tak bisa bertahan lebih lama... Ular Emas Kecil, ingat baik-baik. Namaku adalah Zhang Baichi, bukan Zhang Baichi!"

"Monster tua..." Mata Jin Lin memerah. Ia musuhku, pikir Jin Lin. Ia pernah mencoba mengambil alih tubuhku. Tapi mengapa, saat ia sekarat, hatiku malah terasa berat?

Tiba-tiba, cahaya keemasan redup turun dari langit. Cahaya itu tak begitu menyilaukan, tapi mengandung kekuatan menembus hukum-hukum dunia.

Cahaya itu menyelimuti jiwa Zhang Baichi yang hampir lenyap. Ia tertegun sejenak, lalu tertawa kecil: “Itu... itu Cahaya Ilahi Duyin! Aku tak menyangka bisa mendapat kesempatan ini... Kesempatan untuk bereinkarnasi dan berkultivasi kembali. Hahahaha! Inilah takdirku!”

Begitu kata-katanya selesai, jiwanya sepenuhnya larut ke dalam cahaya keemasan itu. Cahaya tersebut melesat menuju barat, menghilang di balik cakrawala.

“Cahaya Ilahi... bereinkarnasi? Apa itu pemberian dari Dao Surgawi?” Jin Lin menatap langit, terpaku. Apakah pengorbanan monster tua itu menggugah Dao? Apakah Dao Surgawi benar-benar bisa membedakan antara kebajikan dan kejahatan, antara niat tulus dan tipu daya?

Namun Jin Lin tahu, tak ada waktu untuk memikirkan hal itu sekarang.

Di saat yang sama, kekuatan spiritual murni yang ditinggalkan Zhang Baichi membanjiri benaknya. Kekuatan murni ini tak memiliki sifat, tidak baik maupun jahat—energi netral yang dapat diserap oleh makhluk mana pun yang memiliki kecerdasan.

Justru karena energi ini tidak bermusuhan, Jin Lin tidak terkena dampak serangan jiwa Zhang Baichi sebelumnya. Namun sekarang, kekuatan itu seolah ingin memecah kepalanya!

Seperti wadah kecil yang dijejali air mendidih—jiwanya dipaksa meluap.

Sakit! Rasa nyeri menembus tengkoraknya.

Jin Lin buru-buru duduk bersila di tengah Aula Utama Wanshuimen dan mulai bermeditasi.

"Tahan... harus tahan!"

Kekuatan spiritual netral itu perlahan-lahan menyatu dengan jiwanya. Kesadarannya—divine sense—tumbuh dengan kecepatan menakutkan. Dalam sekejap, kekuatan jiwanya menerobos batas Jindan, langsung menembus tahap Yuanshen!

Awal Yuanshen... Tengah Yuanshen... Akhir Yuanshen... Puncak Yuanshen!

Tubuh Jin Lin masih berada di puncak Jindan, tapi kekuatan spiritualnya telah mencapai tingkat kultivator puncak Yuanshen!

Rasa sakitnya perlahan surut, seiring dengan “wadah” jiwanya yang kini jauh lebih besar. Namun masih ada sisa energi spiritual yang mengambang, menyatu jauh lebih lambat dari sebelumnya. Jika ingin menyerapnya sepenuhnya, ia akan butuh waktu berminggu-minggu—mungkin lebih.

Tapi sekarang bukan waktunya.

"Aku masih berada di tengah medan perang..."

Jin Lin membuka matanya. Kesadaran ilahinya yang baru dan tajam memancar keluar, mencakup seluruh Kepulauan Tujuh Bintang dalam sekejap. Semua menjadi jelas dalam pandangannya—seperti orang buta yang tiba-tiba bisa melihat dunia.

Ia mengamati sekeliling.

Formasi Wanshui telah runtuh, dan meski banyak korban berjatuhan, sebagian besar pembudidaya iblis berhasil bertahan. Para murid dan tetua Sekte Wanshui yang terkena serangan jiwa kini terbaring lemah, kehilangan kesadaran, tapi tubuh mereka tetap utuh.

Yang lain, baik dari pihak iblis maupun manusia, masih berjuang bangkit, namun tak punya lagi kekuatan untuk bertarung.

Pertempuran ini telah berakhir.

Jin Lin berdiri perlahan, napasnya tenang. Meskipun ia belum benar-benar memahami tindakan terakhir Zhang Baichi, ia tahu satu hal:

Monster tua itu telah menyelamatkannya.

Dan bukan hanya menyelamatkan Jin Lin—ia telah menyelamatkan seluruh ras iblis di Pulau Chixia.