NovelToon NovelToon
TAKDIR CINTA SETELAH DIKHIANATI

TAKDIR CINTA SETELAH DIKHIANATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Angst / Romansa / Menikah Karena Anak
Popularitas:503.8k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Ketukan palu dari hakim ketua, mengakhiri biduk rumah tangga Nirma bersama Yasir Huda.

Jalinan kasih yang dimulai dengan cara tidak benar itu, akhirnya kandas juga ... setelah Nirma dikhianati saat dirinya tengah berbadan dua.

Nirma memutuskan untuk berjuang seorang diri, demi masa depannya bersama sang buah hati yang terlahir tidak sempurna.

Wanita pendosa itu berusaha memantaskan diri agar bisa segera kembali ke kampung halaman berkumpul bersama Ibu serta kakaknya.

Namun, cobaan datang silih berganti, berhasil memporak-porandakan kehidupannya, membuatnya terombang-ambing dalam lautan kebimbangan.

Sampai di mana sosok Juragan Byakta Nugraha, berulangkali menawarkan pernikahan Simbiosis Mutualisme, agar dirinya bisa merasakan menjadi seorang Ayah, ia divonis sulit memiliki keturunan.

Mana yang akan menang? Keteguhan pendirian Nirma, atau ambisi tersembunyi Juragan Byakta Nugraha ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 31

Amala bertanya mewakili sang ibu.

“Pengacara Aji sudah berjanji, dalam beberapa hari ini semua berkasnya telah selesai. Saya menginginkan pernikahan di hari Jumat, berarti kurang dari lima hari lagi,” ucapnya seenak hatinya sendiri.

Faktanya, pengacara Aji begitu frustasi. Hilir mudik menyambangi kantor kecamatan, rumah sakit tempat di mana Nirma melahirkan. Namun, hasilnya belum bisa maksimal, sedangkan sang klien terus menekannya lewat sosok bodyguard kembaran si Tuyul, tak ketinggalan Anggun pun selalu dibawa agar menyalak.

“Sebelumnya saya dan Nirma telah membicarakan hal ini. Kami menunda mengadakan resepsi, hanya syukuran dan dihadiri keluarga inti saja. Pesta pernikahan akan digelar selepas Kamal sembuh pasca menjalani operasi bibirnya. Supaya dia jua bisa menikmati saat-saat bahagia orang tua beserta para saudaranya” ujar juragan Byakta.

“Untuk ijab kabul akan dilaksanakan di rumah kota kecamatan. Namun, perihal resepsi menunggu rumah kami siap di bangun dulu,” Byakta sengaja menjeda kalimatnya.

“Rumah mana lagi, Nak?” Kening Mak Syam mengernyit.

“Saya berencana membangun hunian tepat di samping rumah Meutia Siddiq dan Ikram Rasyid. Beberapa bulan lalu, saya lah yang membeli tanah seluas 2.000 meter persegi itu.” Byakta Nugraha mengangguk menyakinkan.

“Betulan?” Dhien terperangah.

“Ini sungguhan ‘kan?” Mala sampai membekap mulutnya, ia terlihat begitu bahagia.

“Mas, tak lagi bercanda 'kan?” Nirma kembali menangis, menatap penuh calon suaminya. Sama sekali tidak menyangka mendapatkan kejutan luar biasa ini.

Mak Syam sendiri tak mampu berkata-kata, hanya untaian kalimat puji syukur yang terus ia lantunkan.

"Ini hadiah untukmu dikarenakan telah bersedia menerima lamaranku, Nirma. Lebih dari 10 kali saya mendengar bila engkau ingin sekali hidup berdampingan dengan Mamak, Mbak Mala, serta para sahabatmu. Diri ini pun tak keberatan, sebab lingkungan kampung Jamur Luobok sangat nyaman, bagus pula untuk perkembangan putra kita." Ia balas tatapan sendu itu dengan pancaran hangat.

“Alhamdulillah. Mimpi apa Mamak semalam ya, mengapa hari ini begitu spesial? Sampai sekarang rasanya masih belum percaya bila yang Mamak peluk ini betulan kau, Nirma. Wujud mu nyata, bukan cuma ilusi semata yang kadang-kadang terlihat sedang duduk, menyisir rambut.” Mak Syam usap pipi putrinya. Nirma balas menciumi telapak tangan keriput ibunya.

“Bang Byakta, apa ada yang bisa saya bantu?”

“Terima kasih atas tawarannya, Bang. Bila tak keberatan, boleh saya meminta tolong. Bantu pantau para pekerja kala membangun, sebab kami tak bisa sering-sering kesini. Selepas ijab kabul akan segera kembali ke pelosok kabupaten, memastikan persiapan tindakan medis terhadap Kamal berjalan lancar.”

Juragan Byakta sengaja meminta hal yang sebenarnya lebih dari bisa ditangani sendiri, tinggal memerintahkan salah satu orangnya saja. Namun, dirinya ingin mempererat silaturahmi dengan calon ipar.

Agam mengangguk. “Baik, bang. Terima kasih telah mempercayakan diri ini.”

“Mengapa tidak di RS kota kecamatan saja, ayahnya Kamal?” tanya Mala.

“Sedari awal Kamal sudah ditangani oleh orang medis RS saudara jauh saya. Tentunya mereka lebih paham menanganinya , dan sudah pula mengenal Kamal,” alibinya.

Mereka tidak menyadari senyum samar nan culas itu, tapi Nirma terlanjur melihatnya. ‘Terserah kau saja Mas! Aku sudah tak peduli dengan nasib mereka.’

Tiba-tiba pembahasan itu terhenti. Sosoknya memang belum tampak, tapi suaranya terdengar menggelegar.

“Hei Gundul Pacul! Mamak Bapak kalian tu ya, sudah punya buntut panjang pun, lagaknya macam lajang saja. Tak ingat anak, malah melalak entah kemana.”

“Astaghfirullah, Meutia! Kau pun tak nya ada menggendong si kembar, tapi mengapa cakapmu macam orang teraniaya saja!”

“Ck … Kak Yuni ini betulan tak asik lah, sesekali cobalah berlakon layaknya serial ‘Tutur tinular’ yang setiap hari kita dengar suaranya lewat radio,” protesnya dengan bibir mencebik.

Netra bulat itu terbelalak kala melihat sosok layaknya patung, duduk tenang.

“Abang tiang bendera! Apa sebab dirimu ada disini?”

Agam Siddiq berdiri, melangkah keluar. Ia harus segera bertindak sebelum adiknya merusuh.

“Meutia, taknya kau dengar bila adzan Dzuhur sedang berkumandang?” Agam mempersilahkan kedua pengasuh si kembar untuk masuk.

“Dengar, tapi rasa penasaran ini tak mampu dibendung lagi. Daripada tersimpan didalam sanubari, bukankah lebih baik diutarakan saja? Biar nantinya tak menjadi penyakit,” kilahnya mencari pembenaran diri.

Sosok mungil yang baru saja diturunkan oleh sang tante, Wahyuni. Terlihat berjalan tertatih dengan kaki sedikit melebar demi menyeimbangkan tubuh.

“EK TUA!” Intan Rasyid mengulurkan tangannya, menatap antusias kepada juragan Byakta yang dia panggil kakek tua.

“Anak gadis Ayah tua, mengapa hari ini hanya mengenakan celana dalam serta kaos singlet saja?” Ia beranjak mengikis jarak, menggendong bayi cantik berambut keriting berumur hampir 12 bulan.

Intan tertawa renyah kala pipinya digesek dagu juragan Byakta yang berjanggut tipis.

“Berapa kali Mamak bilang, Tan. Panggilnya tu Kakek kaya, biar uang jajan kau lancar jaya! Ini malah sebut kakek tua, walaupun benar adanya sih.” Meutia masuk ke dalam rumah, langsung saja dia melihat sosok yang telah lama tak dijumpai nya.

“Hei Paok! Kau kah itu, Nirma?”

Nirma berdiri, tangannya terulur hendak memeluk, tapi bukan dekapan yang ia dapatkan, melainkan pukulan lumayan keras di sisi bokongnya.

Plak!

“Sakit, Tia!” Ia usap bekas tangan sahabatnya tadi.

“Akhirnya setelah sekian lama kau minggat, ingat pulang jua dirimu.” Wanita berbusana muslimah cream itu memeluk sahabatnya.

“Macam mana aku bisa pergi lama, sebab hanya disinilah tempat ku diterima sepenuhnya.” Nirma membalas pelukan mereka.

“Yah Yah! Huwwa …!” Kamal yang selama ini tidak pernah melihat sang ayah menggendong anak sebayanya, terlihat begitu marah kala ada sosok mungil memeluk erat leher pahlawan nya itu.

Danang sampai tidak sanggup menahan badan Kamal, beruntung Agam sigap mengambil alih.

“Intan, gantian dengan adik ya, Nak?” pintanya seraya mendekatkan Kamal kepada ayahnya.

“MOH!” Lebih erat lagi membelit leher sosok baik hati.

“YAH!” Jeritan Kamal terdengar melengking, tangannya berhasil menarik kaos singlet Intan, menjadikan leher bayi cantik itu ikut tertarik, secepat mungkin ia membalas dengan menjambak rambut Kamal.

“Kamal!”

“Intan!”

Suasana haru biru berubah menjadi riuh, dimana Intan tetap bertahan menjambak sejumput rambut. Sedangkan Kamal menarik kaos singlet menggunakan kekuatan penuh ala bayi.

“Ambil bangku Wee! Ada tontonan seru ini!” Ayek berseru lantang, begitu antusias melihat pertunjukan.

Akibat suara berisik, si kembar yang sedang menyusu di dalam kamar, bersamaan menangis kencang.

***

Nirma menimang anaknya yang terlanjur tantrum, tidak mau digendong siapapun selain ibunya.

Sementara Intan asik mengunyah agar-agar di atas karpet, penampilan bayi pemberani itu sudah acak-acakan, rambut keritingnya mengembang, pipi terdapat goresan samar akibat kuku Kamal.

Juragan Byakta , Agam Siddiq, Ron beserta trio Cebol, pergi ke mushola.

.

.

Sore hari.

Nirma dan juragan Byakta, ikut juga trio Cebol, tidak ketinggalan Kamal beserta Intan, sedang berkunjung ke rumah Wak Sarmi. Sayangnya wanita tua itu tengah di ladang, yang ada hanya putranya saja.

“Kalau boleh tahu, apa penyebab kecelakaan yang Abang alami ini?”

“Sewaktu mengendarai kereta lewat perkebunan sawit, tiba-tiba ada kawanan lembu yang dikejar Anjing gila berwarna hitam campur coklat.”

“Anjing gila? Mengapa dia sampai mengejar Lembu, Bang ...?”

.

.

Bersambung.

1
Julidarwati
UD segitu hidup Masi jg bercaci maki TK org
BigDeal
ohhh tentu bedaaaa, siapa dulu yg punya. Juragaaaan
BigDeal
gapapa, masih idup kok. cuma malu nya aja gak ketulungan 🤣
BigDeal
itu baru jari giren, belum jari anggun
BigDeal
iri? bilang bosssss
BigDeal
dusta terus kau baaaang
BigDeal
ciut juga nya kau 🤣
BigDeal
eh tolong ya juragan, kasian si duda itu dengernya 🤣
BigDeal
jangan ren, nanti cerita ini cepat tamat 🙂‍↔️
BigDeal
enak itu, apalagi pakai sambal teri
BigDeal
ngadi² kau ren
BigDeal
🫣🫣🫣🫣🫣🫣🫣🫣🫣
BigDeal
SUKURIN ANDAAAA
BigDeal
karna kang mas mau ngasih dedek~
kaylla salsabella
wuhaaaa... kan.. kan ketahuan 🤣🤣🤣
BigDeal
itu yang nyetir fokus ya, jangan oleng pula mobil.
BigDeal
kayaknya juragan mau ngikut juga 🙂‍↕️
BigDeal
Mau saingan sama lu, Nir.
BigDeal
Dia kepengen azab yg lebih dahsyat lagi, Nirma.
Bang Fay
lariiiii ayo yg makan ayam goreng siap siap macan betina ngamuk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!