NovelToon NovelToon
Jenderal Reinkarnasi Kebangkitan Permaisuri Tak Dianggap

Jenderal Reinkarnasi Kebangkitan Permaisuri Tak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Romansa / Pembaca Pikiran / Balas dendam pengganti
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Fuan, seorang jenderal perempuan legendaris di dunia modern, tewas dalam ledakan yang dirancang oleh orang kepercayaannya. Bukannya masuk akhirat, jiwanya terlempar ke dunia lain—dunia para kultivator. Ia bangkit dalam tubuh Fa Niangli, permaisuri yang dibenci, dijauhi, dan dihina karena tubuhnya gemuk dan tak berguna. Setelah diracun dan dibuang ke danau, tubuh Fa Niangli mati... dan saat itulah Fuan mengambil alih. Tapi yang tak diketahui semua orang—tubuh itu menyimpan kekuatan langit dan darah klan kuno! Dan Fuan tidak pernah tahu caranya kalah...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 – Langkah Menuju Purnama

Langit pagi di Lembah Langit Tertinggi berselimut kabut tipis. Embun masih menggantung di dedaunan saat suara ketel mendidih dari dapur membuat Tong Lian terlonjak bangun.

“Aku lupa matikan api!” teriaknya sambil berlari ke dapur dengan rambut masih berdiri.

Yuyu sudah lebih dulu di sana, menatap panci yang mengeluarkan uap berwarna… ungu.

“Apa kamu lagi-lagi menaruh akar ketawa dan jamur kelap-kelip?” tanya Yuyu dengan suara setengah pasrah.

Tong Lian mengangkat dua jari. “Hanya setengah... untuk eksperimen minuman penguat spiritual yang menyegarkan!”

Yuyu mendesah, lalu mengisi satu cangkir dan memberikannya ke Tong Lian. “Kalau kamu berani buat, kamu juga harus berani minum.”

Tong Lian meneguknya. Seketika—HIC!—ia tersentak dan... dari mulutnya keluar gelembung bercahaya.

“...Oke, ini belum sempurna.”

---

Sementara itu di taman timur, Fa Niangli sedang menatap kolam refleksi, tempat dia biasa bermeditasi. Airnya tampak lebih dalam dari biasanya, memantulkan bayangan dirinya berselimut simbol cahaya.

Jiang Yuan datang membawa dua cangkir teh.

“Kamu belum tidur?” tanyanya.

“Aku bermimpi... tapi bukan milikku.”

Jiang Yuan duduk di sampingnya. “Mimpi tentang siapa?”

“Seorang anak dengan mata dua warna, duduk sendirian di salju. Rasanya... itu mimpi yang lama menunggu disampaikan.”

Mereka terdiam sejenak, hanya terdengar suara angin yang lembut.

Fa Niangli memegang cangkirnya erat. “Aku ingin kuat bukan hanya karena takdir. Tapi karena aku ingin melindungi mereka yang tak bisa bicara... seperti lembah ini.”

Jiang Yuan tersenyum. “Dan kamu sudah melakukannya, bahkan sebelum kamu sadar siapa dirimu.”

---

Di ruang latihan, Mo Qingluan sedang mengajarkan Xiao Er cara mengatur napas spiritual. Anak itu duduk bersila dengan mata tertutup, sementara Xiao Kuai—si ayam putih—berdiri tegak di depannya seperti pelatih.

Tiba-tiba, sebuah simbol kuno muncul di tanah di bawah Xiao Er. Tanah bersinar pelan, membentuk lingkaran formasi.

Mo Qingluan membelalak. “Kau... mengaktifkan formasi meditasi kuno?”

Xiao Er membuka matanya yang berbeda warna itu—satu biru, satu keemasan. “Aku... hanya membayangkan tempat yang tenang seperti mimpi... dan simbolnya muncul sendiri.”

Fa Jinhai datang tergesa. “Itu formasi tingkat tinggi yang bahkan banyak tetua sekte lama pun tak bisa buka dengan mudah...!”

Xiao Er menunduk. “Aku nggak sengaja...”

Fa Niangli yang muncul dari belakang hanya tersenyum kecil. “Atau mungkin... jiwamu hanya mengingat tempat yang dulu pernah kau datangi.”

---

Menjelang sore, para murid dan tetua berkumpul di aula utama. Fa Niangli membawa selembar naskah tua yang baru saja ditemukan dari ruang meditasi timur.

“Ini... ditemukan terlipat di balik dinding kayu tua,” jelasnya sambil membuka gulungan itu.

Di sana tertulis dengan tinta perak:

"Pemurni akan bangkit bersama Penjaga Kabut. Bila gerbang terbuka, dua kekuatan sejati akan kembali menyatu, mengakhiri kabut panjang dan menuntun cahaya ke tanah suci."

Tong Lian mengangkat alis. “Dua kekuatan sejati? Siapa satunya? Jangan-jangan... ayam?”

Xiao Kuai mengeluarkan suara “kukuk”—lalu bersin kecil yang mengeluarkan percikan petir.

Semua menatap.

“...Ayam ini makin mencurigakan,” kata Zhu Feng.

---

Malamnya, ketika Fa Niangli kembali ke kamar, dia mendapati sepucuk surat tergelincir di bawah pintu.

Tulisan tangan halus, dengan tinta merah:

> “Saat purnama menyatu dengan gunung salju, kebenaran yang lama dikubur akan menggugah para pelindung lama. Jangan sendirian. Yang lama mencintaimu masih menunggumu.”

Fa Niangli menggenggam surat itu erat.

Ia menatap ke jendela. Di kejauhan, di balik gunung, sinar purnama mulai naik pelan-pelan. Ia tahu... waktu terus bergulir menuju sesuatu yang besar. Tapi kali ini, ia tidak takut.

Ia hanya... ingin semua orang tetap bersamanya.

---

Di dapur, Tong Lian meminum lagi racikannya.

HIC!

Gelembung cahaya keluar lagi.

“Kurasa... efek sampingnya bisa dijual sebagai lampu malam.”

---

Pagi hari setelah surat misterius muncul, Fa Niangli kembali ke taman belakang. Angin bertiup lembut, membawa aroma akar wangi dan bunga spiritual. Ia berdiri di antara pepohonan, menatap langit yang mulai cerah.

Di tangannya masih tergenggam surat tinta merah dari malam tadi.

“Seseorang tahu lebih banyak dari yang terlihat,” gumamnya pelan.

Jiang Yuan mendekat sambil membawa dua gulungan naskah kuno dan secangkir teh hangat.

“Aku memeriksa kembali catatan Sekte Lama,” katanya. “Tinta merah seperti itu hanya digunakan oleh Tetua Pemantau Bintang. Tapi mereka sudah lama menghilang sejak Perang Kabut Besar.”

Fa Niangli menerima teh itu. “Mungkinkah ada satu yang selamat?”

“Mungkin... atau mungkin mereka tak pernah benar-benar hilang.”

---

Sementara itu di ruang latihan, Tong Lian mencoba lagi eksperimen teh spiritualnya.

“Kali ini aku menambahkan madu awan, kelopak bulan, dan satu tetes... air mata naga air palsu!” katanya bangga.

Zhu Feng menatap ramuan biru berkilau itu. “Palsu?”

“Ya, cuma air sungai dari belakang dapur. Tapi psikologinya penting.”

Mo Qingluan menatap gelas, lalu... diam-diam menyelinap keluar sebelum dipaksa jadi tester.

Ayam Xiao Kuai diam-diam menjatuhkan daun ke dalam ramuan, lalu... meletuskan gelembung sabun dari paruhnya.

Tong Lian panik. “AYAMKU MENYIHIR RAMUANKU!!”

---

Di tempat lain, Fa Jinhai tengah melatih sekelompok kelinci roh untuk membawa pesan cepat.

“Kamu ke arah timur. Kamu ke utara. Dan kamu... jangan tidur di atas surat!”

Salah satu kelinci malah berbalik dan menaruh surat di atas kepala Fa Jinhai.

Yuyu lewat sambil membawa baskom. “Kamu terlihat seperti kepala pos dengan telinga berbulu.”

Fa Jinhai memutar mata. “Paling tidak mereka cepat. Tidak seperti Tong Lian yang pakai balon panas waktu ngirim surat terakhir.”

---

Saat malam mulai turun, Fa Niangli memanggil Jiang Yuan ke aula meditasi.

“Aku ingin tahu... tentang masa lalu yang kau sembunyikan,” katanya tenang.

Jiang Yuan menghela napas. “Aku bukan siapa-siapa sekarang. Tapi dulu, aku adalah penjaga kuil timur—tempat perlintasan antara dua ranah. Kami menjaga keseimbangan antara dunia cahaya dan kabut.”

Ia menunduk.

“Tapi aku gagal. Aku mempercayai orang yang salah. Kuil hancur. Murid-muridku mati.”

Fa Niangli tidak menjawab, hanya menyentuh lengannya perlahan. “Kau tidak sendiri sekarang. Dan kau bisa menebusnya, bukan dengan penyesalan... tapi dengan perlindungan yang kau berikan sekarang.”

Jiang Yuan menatapnya. Ada sesuatu di matanya—lembut, takut, dan... berharap.

---

Keesokan paginya, surat kedua datang.

Kali ini warnanya emas, dan simbolnya... lambang naga putih dengan awan.

> “Pemilik Pemurnian. Jalan menuju Gerbang Langit tidak bisa dilalui hanya oleh cahaya. Kau butuh bayangan untuk menjaga langkahmu.”

> Datanglah ke Gua Cermin Jiwa. Dan bawa mereka yang paling kau percaya.”

Fa Niangli menunjukkan surat itu pada semua tetua dan murid.

“Kita akan pergi. Tapi hanya tim kecil.”

Ia menunjuk: “Jiang Yuan. Zhu Feng. Mo Qingluan. Tong Lian. Dan... Yuyu.”

Yuyu berseru, “Saya?!”

“Karena kita butuh seseorang yang bisa masak kalau kita nyasar seminggu.”

Tong Lian: “Kalau nyasar sebulan?”

“Masak dua kali lebih banyak.”

---

Sebelum berangkat, Fa Niangli menulis surat dan menitipkannya pada Fa Jinhai.

“Jika kami tak kembali dalam tujuh hari, siapkan rencana darurat.”

Fa Jinhai mengangguk. “Kau yakin mereka cukup kuat?”

Fa Niangli tersenyum. “Belum... tapi mereka belajar lebih cepat daripada siapa pun.”

---

Perjalanan ke Gua Cermin Jiwa dimulai menjelang senja. Langit membara dengan warna jingga dan merah muda. Kapal spiritual melayang perlahan di atas hutan kabut.

Tong Lian berdiri di depan sambil menuding ke awan.

“Kalau aku dapat kekuatan dari gua itu, aku mau jadi penulis puisi... dan pahlawan... dan mungkin juru masak terkenal.”

Zhu Feng menjawab, “Kamu mau jadi semuanya?”

Tong Lian nyengir. “Kenapa pilih satu kalau bisa semua?”

Mo Qingluan, yang duduk di belakang sambil memeluk Xiao Kuai, berkata, “Aku cuma mau tempat yang tenang... dan jamur yang nggak kabur waktu dipetik.”

Yuyu menimpali, “Dan aku mau pulang dengan rambut tetap rapi!”

---

Fa Niangli menatap ke depan. Di ujung cakrawala, kilauan cahaya membentuk lengkungan... seperti pintu di udara.

“Gua Cermin Jiwa,” bisik Jiang Yuan. “Tempat di mana seseorang bisa melihat versi terdalam dirinya.”

Fa Niangli meraih simbol di jubahnya yang berdenyut lembut.

“Kalau begitu,” katanya tenang, “saatnya melihat siapa kita sebenarnya.”

Bersambung

1
Nitnot
penulis kesayanganku ga pernah gagal.. sukaaa
inda Permatasari: terima kasih bunda 🌹
total 1 replies
Osie
makin seru dna perjalanan masih panjang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Eehh si tong lian nih aya2 wae
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Hhmm kirain udah mulai buka gerbang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Baguuss ada lucuna juga 💞💞
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
/Joyful//Facepalm//Facepalm/ Aya2 wae
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Rasana beda dari novel2 mu sebelumna thor
Dewiendahsetiowati
Tong Lian murid yang paling nyleneh sendiri dan bikin suasana ceria🤣🤣
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Waahh 😃 calon jodoh ni kayana
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wahh kejutan menanti
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Siapa lagj tuh
Wahyuningsih
klau jln critanya bisa d tebak gk srulah y gk thor dtnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma2 semedinya thor ntar lumutan loh 😁😁 sellu jga keshtn tetp 💪
Ai Shiteru
novel pertama yang alurnya susah aku tebak, biasanya bisa ketebak baru awal2 baca, tapi ini luar biasa ceritanya, terima kasih thor.
Osie
fa niangli capek bgt ya
Osie
tong lian emang saingan ma tong makan nih/Facepalm/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Sudah dibuktikan mao apa lagi coba 😏
Dewiendahsetiowati
Tong Lian mesti bikin kisruh dan aneh sendiri
Cindy
lanjut kak
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Mereka hanya iri
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Ujian na bikin dilema
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!