4 Tes pek dengan harga berbeda, jenis berbeda, dan kualitas berbeda pula berjajar rapi diatas meja dengan tanda yang menunjukkan hasil yang sama.
Joana shock sampai tidak bisa berkata apa apa. Dirinya positif hamil sementara Joana sendiri baru saja putus dari pacarnya.
Sebagai remaja yang bahkan belum tamat sekolah, Joana tidak tau harus bagaimana. Di tambah lagi dengan status nya sebagai publik figur. Apa kata publik nanti jika tau bahwa Joana hamil di luar nikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Sejak mendapatkan larangan keras dari sang mamah, Daniel menjadi tidak bebas. Daniel bahkan di larang untuk melakukan aktivitas selain sekolah untuk sementara waktu. Dan untuk masalah perusahaan nya Amara sendiri lah yang menghandle.
Sementara untuk Dante, dia mendapatkan hukuman akibat dari ulahnya menyebarkan photo dan video syurnya dengan Joana. Namun itu hanya beberapa hari karena Dante mendapatkan kebebasan dari orang tuanya yang menjaminnya.
Meski berita panas itu sudah berangsur surut, namun hujatan untuk Joana semakin ramai. Karena hal itu Joana pun terpaksa menutup sementara akun sosial media nya. Semua itu Joana lakukan demi ketenangannya.
Untuk yang kedua kalinya Daniel tidak ada kabar. Namun kali ini Joana mencoba untuk tidak perduli. Toh memang sudah seharusnya Daniel tidak ikut terlalu dalam masalahnya. Apa lagi Daniel tidak tau apapun. Karena semua yang terjadi adalah sepenuhnya kesalahan Joana.
“Daniel nggak kesini?” Tanya Thomas yang berhasil mengalihkan perhatian Joana dari bintang pada dirinya.
Joana tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya.
“Mungkin dia sibuk pah..” Jawab Joana pelan. Meski merasa ada yang kurang dengan tidak adanya Daniel di sampingnya namun Joana mencoba untuk tidak bergantung pada siapapun.
Thomas mengangguk pelan. Sebenarnya Thomas merasa ada yang tidak beres. Apa lagi kemarin Amara mendatanginya dan menuduhnya memanfaatkan kepolosan dan kebaikan putra semata wayangnya. Daniel juga tidak pernah terlihat datang ke perusahaan nya beberapa hari ini.
“Yaa...” Thomas menghela napas pelan. Apapun yang terjadi ke depannya Thomas berharap semuanya akan baik baik saja.
“Ah ya sayang, besok adalah jadwal kamu untuk memeriksakan kandungan kan?”
Kedua mata Joana melebar sesaat. Itu artinya bulan ini kandungannya genap 8 bulan.
“Oh ya? Ya ampun pah, bahkan aku nggak ingat.”
Thomas terkekeh geli. Pria itu yakin putrinya tidak baik baik saja seperti yang selalu dia lihat. Apa lagi banyak sekali tekanan dan hujatan dari beberapa pihak. Bahkan hampir semua fans nya sekarang menghujat Joana.
“Masih kecil sudah pikun.”
Joana mengerucutkan bibirnya mendengar apa yang Thomas katakan. Cewek itu benar benar tidak menyangka waktu begitu cepat berlalu. Dan selama itu Joana merasakan kehidupan nya seakan hilang. Joana tidak bisa melakukan apa yang biasanya dia lakukan. Joana merasa kehilangan masa remajanya yang seharusnya dia isi dengan berbagai kegiatan dan aktivitas yang menyenangkan bersama teman temannya.
“Nggak kerasa banget ya pah, sebentar lagi aku akan menjadi ibu..” Senyum Joana sedih menatap perut buncitnya.
“Yah.. Dan papah akan menjadi kakek. Padahal papah masih merasa seumuran kamu loh. Papah belum tua.”
Joana menyipitkan kedua matanya dan menoleh lagi menatap Thomas yang entah kenapa tiba tiba mempunyai kepercayaan diri yang overdosis.
“Dih PD banget.” Joana akui papahnya memang tampan. Apa lagi papahnya adalah keturunan Belanda. Tidak heran jika Joana sendiri memiliki rupa yang menawan.
“Loh memang iya kan? Masa kamu nggak mau mengakui kalau papah kamu ini ganteng maximal sih? Bahkan Daniel saja kalah ganteng sama papah.”
“Iiihh.. Papah apaan sih? Kok jadi narsis banget gini..”
“Papah nggak narsis sayang.. Papah hanya sedang mengatakan apa yang sebenarnya. Dan kamu sebagai anak papah harusnya bangga dengan kenyataan yang ada.”
“Huuu.. Dasar narsis.” Sorak Joana.
Keduanya kemudian tertawa bersama. Thomas sebenarnya sengaja mengajak putrinya bercanda agar membuat perhatian Joana teralihkan. Thomas tidak mau Joana terus merasa tertekan dengan segala hujatan yang di tujukan padanya.
*****
Sementara itu Daniel benar benar merasa sangat frustasi dengan kekangan kedua orang tuanya. Cowok itu bahkan mendapat pengawalan kemana mana. Saat pulang sekolah pun Daniel harus langsung menuju ke rumah.
“Ya Tuhan... Kenapa semuanya menjadi seperti ini sih? Kenapa juga mamah menjadi begini?”
Daniel menghela napas kasar. Terbiasa dengan aktivitas padatnya sehari hari membuat Daniel merasa waktu begitu cepat berlalu. Tapi sekarang sebaliknya, Daniel merasa waktu begitu lama berjalan. Di tambah dengan rasa bosan dan jenuhnya karena tidak bisa kemana mana. Parah nya lagi sekarang ponsel Daniel juga di sita oleh mamahnya. Itu membuat Daniel tidak bisa menghubungi siapapun termasuk Joana.
Daniel mencoba mencari akal. Daniel tidak akan bisa jika terus terusan seperti itu.
“Ah.. Bibi.. Aku pinjam handphone bibi aja buat telepon Joana.” Daniel tersenyum lebar saat mendapat ide yang menurut nya bagus.
“Ah dasar bego. Kemana aja aku seminggu ini sampai nggak kepikiran buat pinjam handphone sama bibi..”
Dengan antusias Daniel keluar dari kamarnya. cowok itu tidak sabar ingin menelepon Joana dan mendengar suara Joana yang membuatnya terbelenggu rindu selama beberapa hari belakangan.
Daniel tersenyum saat mendapati bibi sedang beres beres di lantai bawah. Daniel pun segera menuruni anak tangga dan menghampiri bibi.
“Eumm.. Bi..” Panggil Daniel hati hati. Cowok tampan berkaos biru tua itu berdiri di belakang bibi yang sedang berjongkok mengelap meja kaca.
“Eh iya tuan muda..” Bibi yang merasa di panggil pun segera menghentikan sesaat pekerjaan nya. Wanita tua itu berdiri menghadap Daniel dengan kepala sedikit menunduk.
“Ini bi, aku boleh nggak pinjam handphone bibi sebentar?”
Pertanyaan Daniel membuat bibi refleks mengangkat kepalanya. Bibi menatap Daniel dengan penuh tanda tanya.
“Handphone aku di sita sama mamah bi. Jadi aku nggak bisa telepon Joana.” Daniel memilih untuk bercerita apa adanya. Daniel yakin bibi tidak akan mengatakan apapun pada mamahnya.
“Oh ya ya tuan.. Sebentar.”
Daniel tersenyum merasa lega saat bibi mengiyakan. Daniel menunggu dengan tidak sabar saat bibi merogoh saku daster warna coklatnya. Dan begitu bibi mengulurkan handphone miliknya, Daniel menerimanya dengan sangat gembira.
“Terimakasih ya bi.. Tapi aku minta tolong sama bibi yah, jangan ngomong apapun sama mamah. Jangan bilang aku pinjam handphone bibi.” Daniel menatap penuh harap pada bibi agar bisa di ajak bekerja sama.
“Baik tuan. Bibi nggak akan bilang sama nyonya.” Sahut bibi tersenyum disertai anggukan kepalanya.
Daniel tersenyum semakin lebar. Senang sekali rasanya karena bibi mau menolong nya.
“Ya sudah aku pinjam dulu ya bi..”
“Iya tuan muda, silahkan.”
Daniel kemudian berlalu menjauh dari bibi. Dia melangkah menuju taman belakang rumahnya untuk menelepon Joana.
“Halo... Joana, ini aku Daniel.” Daniel sangat antusias saat Joana mengangkat telepon darinya. Cowok itu kemudian mencari tempat duduk yang nyaman agar bisa mengobrol dengan santai.
“Kamu lagi apa?” Tanya Daniel kemudian.
“Aku lagi di rumah sakit sama papah.” Jawab Joana dari seberang telepon.
“Apa? Di rumah sakit? Kamu sakit?” Daniel bertanya dengan nada khawatir. Cowok itu panik seketika mendengar jawaban atas pertanyaan nya pada Joana.
“Enggak, aku baik baik aja kok. Aku lagi cek kandungan.”
Daniel terdiam. Dia bahkan tidak ingat bahwa hari ini adalah jadwal Joana mengecek kandungan nya. Padahal seharusnya Daniel sekarang yang menemani Joana.
“Ya sudah Daniel, sudah dulu ya... Aku udah di panggil.”
Telepon di matikan oleh Joana. Daniel hanya bisa diam saja. Cowok itu merasa dirinya benar benar tidak berguna sekarang.
TBC