Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
Om Arif menyelimuti ku. "Tidur lah !!! Jangan takut apapun." Ujarnya.
Aku mengangguk. Ku baringkan tubuh ku di samping nya. Dia benar, aku tidak takut apapun selama berada di samping nya.
"Om masih disini??? Belum kembali???" Tanyaku.
Om Arif yang juga tengah berbaring membelakangi ku, menoleh memutar tubuhnya menghadap ku.
"Dia tiga hari lagi. Setelah memastikan sendiri kamu aman disini." Ucapnya.
DEGH!!!!
Dia sungguh sangat mengkhawatirkan ku.
Om Arif menarik nafas berat. "Sesungguhnya aku tahu kalau Aldo datang ke sini. Dia memberi tahu ku jika dia sedang dalam perjalanan ke tempat kos kamu. Tapi, aku lega kalian tidak sampai bertemu. Aku melihat kamu menemui teman kamu. Aldo juga mengeluh jika kamu tidak bisa di temui nya. Aku pikir kamu akan aman di tempat baru itu. Aku terlalu dini menyimpulkan. Maaf, seharusnya aku...."
"Om tahu aku pindah kos???" Sela ku.
Om Arif mengangguk. "Maaf aku tidak bermaksud untuk menguntit kamu, aku hanya...."
Grep
Aku menyeruak masuk ke dalam pelukannya. Om Arif terlihat terkejut dengan ulah ku yang tiba-tiba. Tubuhnya terasa menegang dan kaku.
"Aku boleh tidur dengan memeluk Om malam ini???" Cicit ku sembari menyembunyikan wajah ku di dada bidangnya.
"I- iya." Sahut nya.
Aku melingkarkan kedua tangan ku di pinggang nya. Entahlah, kali ini aku ingin bersandar pada seseorang.
*
**
" Astaghfirullah, Aurel!!!!" Suara Om Arif menggelegar.
"Balik badan kamu cepat!!!"
Aku yang sempat nge lag langsung memutar tubuh ku menghadap ke arah pintu yang tadi ku buka dari luar. Menuruti perintah nya.
"Kenapa kembali???" Tanya Om Arif terdengar panik.
"Jangan berbalik!!!"
Sura teriakan nya lagi dan lagi membuat ku urung memutar tubuh ku.
"Bukankah kata kamu, kamu mau menunggu di restoran bawah saja??? Tetap di posisi kamu. Aku belum selesai."
Aku menggeleng nafas panjang. Astaga, dia kenapa sih??? Cuma ke gap sedang melepas kaosnya saja mencak mencak kayak anak perawan.
"Ponsel ku ketinggalan, Om." Ujar ku
"Ponsel??? O, iya, ada di kasur. Sebentar. Aku hampir selesai." Sahut nya.
"Sudah. Ambillah. Aku sudah selesai."
Aku membalikan tubuh ku. Ku lirik penampilan nya yang sudah rapi dengan kemeja putih, dasi dan jas formal nya. Lalu, aku berjalan mendekat ke arah ranjang mengambil ponsel ku yang tergeletak.
"Ayo, barengan saja." Ujar nya sembari memasang jam tangan di pergelangan tangan kirinya.
Aku mengangguk. Kami berjalan beriringan menuju lift.
"Maaf, soal tadi. Aku gak bermaksud membentak kamu. Aku cuma kaget. Kamu tiba tiba masuk padahal aku sedang...." Om Arif menarik nafas dalam dalam, lalu dia memalingkan wajahnya yang terlihat memerah.
"Astaga,cuma ganti pakaian saja...."
"Cuma????" Om Arif terkejut, menatap ku tajam penuh intimidasi. Matanya memicing curiga.
"Kamu sering lihat laki laki ganti pakaian???"
Mata ku langsung membulat sempurna mendengar pertanyaan yang dia lontarkan.
"Maksud Om apa bertanya seperti itu???" ketus ku.
"Maksud kamu bilang seperti itu apa???" Bukannya menjawab pertanyaan ku, Om Arif malah ikut bertanya.
Aku mendelik. Begitu pula Om Arif dia menatap ku tajam.
"Om, menjengkelkan."
"Kamu keterlaluan!!!"
"Brengsek!!!!"
"Mesum!!!!!"
Aku dan Om Arif kompak saling membuang muka penuh permusuhan. Dasar tua Bangka sialan., bisa bisanya menuduh ku gadis mesum!!!!
Sepanjang acara sarapan di restoran, aku dan Om Arif saling diam. Aku kesal karena seakan menyudut kan ku sebagai gadis mesum. Sering melihat laki laki ganti pakaian??? Dih, pertanyakan macam apa itu??? Dia kan hanya melepas kaos nya saat aku tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Ya sempat aku melihat dada dan perut nya yang kotak kotak.
Tapi masa iya sih cuma lihat sekilas saja dia sudah senewen seperti itu??? Seakan tatapan mataku membuat dia ternoda.
Haish!!!! Bukankah itu sangat keterlaluan????
"Jaga mata kamu, Aurel!!!" sentak Om Arif ketika menyadari aku menatap nya penuh curiga.
Sekali lagi aku mendelik melihat kelakuan konyol Om Arif yang menghalangi pandangan mata ku dengan brosur hotel. Seakan menegaskan bahwa dia tidak suka dengan tatapan ku.
Seketika otak ku mulai berkonspirasi lagi. Seperti dugaan ku sebelum benar. Om Arif memang belok. Fix ini!!!!!
Astaga!!!! Aku bergidik ngeri. Menyeramkan sekali.
"Kenapa kamu???" sentak Om Arif yang melihat ku bergidik ngeri.
Aku meringis, menggeleng cepat. Ya kali aku menuduh nya terang terangan. Tanduk nya nanti langsung keluar jika itu aku lakukan.
Kami masih saling dia bahkan ketika Om Arif mengantar kan aku ke tempat kos lama ku. Dia juga membantu ku berkemas.
Lucu juga ekspresi nya sangat kesal, tapi dia masih suka rela membantu ku berkemas dengan sangat cekatan.
Setelah selesai aku segera masuk mobil Om Arif setelah berpamitan dan mengembalikan kunci kamar ke ibu kos.
Untung saja kos lagi sepi jadi aku tidak perlu menghadapi ke kepoan teman yang menjadi tetangga kos ku.
Ternyata benar, Om Arif tau aku pindah kos. Tanpa menanyakan alamat kos baru ku mobil nya sudah nangkring di depan pagar kos milik Bu Rani.
"Turunkan disini saja Om!!! disini tidak boleh ada cowok masuk." Ujar ku sembari menunjuk kan plakat peringatan di teras Bu Rani.
Om Arif mengangguk. Dia menurunkan barang barang ku di depan pagar.
" E, Neng Aurel sudah datang." seru Bu Rani ramah sembari membuka kan pintu pagar untuk ku.
Aku tersenyum mengangguk. Ku raih tangan nya dan ku cium punggung tangan nya takzim.
"Siapa itu, Neng?? Papa nya???" Tanya Bu Rani mesam mesem seraya menyelipkan rambut sebahu nya di belakang telinga.
Lah, malah genit dia!!!
"Oh, ini Om Arif, Bu!!!" Sahut ku cepat.
Wajah Bu Rani semakin cerah.
"Owalah, Om nya tho, Kenapa gak di suruh masuk saja??? Ayo, masuk saja, Pak.!!!" Ujarnya tersenyum sumringah.
Dia terlihat senang mendengar jawaban ku, Bu Rani seperti nya mengira kalau Om Arif adalah Om ku yang sebenarnya.
"E, Bu, Tapi kan dia laki laki dan laki laki kan di larang masuk ke sini." Ujar Ki seraya melirik plakat di belakang Bu Rani.
Bu Rani ikut menoleh. "Owalah itu, gak apa-apa. Kan lagi ada saya. Jadi gak apa-apa kalau Om kamu ikutan masuk, Neng. Lagian kan kamu pasti butuh bantuan Om kamu bawa barang barang kamu Kan??? Mari Pak Arif silahkan masuk. Kasian keponakan nya kalau bawa barang barang sendiri an. Berat itu." Ujar Bu Rani seraya mengulangi tangan nya ke arah Om Arif.
"Saya Rani, pak. Saya pemilik kos ini. Janda satu anak, masih SMP anak saya. Pokoknya Pak Arif tenang saja, keponakan saya jamin aman di kos kosan saya."
ak nantika eps berikutnya
kasian om Arif 😔
Aurel Aurel kamu menyebalkan
Brravo Om Jo. semangat Aurel untuk mendapatkan hati Om Arif.