NovelToon NovelToon
Dear Akara

Dear Akara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Balas Dendam / Anak Genius / Konflik etika / Dokter Genius / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: Amari Antares

"Ahh indah sekali ciptaan mu tuhan, bahkan selain senja, suara deburan ombak saja membuat hatiku tenang."-

"Hmm mulai sekarang aku juga suka ombak."-

"Benarkah? apa karena ombak juga menenangkan mu? "-

"Tidak juga, karena aku suka apa yang kamu suka saja."-

"Kalau begitu, Aku akan suka semua yang kamu suka deh, kamu suka apa?"-

"Aku suka kamu."-

"Ohh kalau begitu aku akan menyukai diriku sendiri."-

"Dasar nih cowo gak peka-peka."-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amari Antares, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Balas Dendam.

Sepulangnya dari rumah sakit, Meina langsung menuju markas Sophia untuk balas dendam, di temani oleh kawan-kawan nya Givan dan juga Sheyna.

"Apa kau sudah mengintainya Van?" tanya Meina dari Earpiece (alat komunikasi jarak jauh dari penyuara telinga.)

"Sudah, sepertinya keadaan baik-baik saja, para pengawal di depan pun hanya berjaga 4 orang." balas Givan sambil melihat-lihat dari atas pohon menggunakan teropong.

"Orang yang berjaga di belakang hanya 2 orang saja." sambung Sheyna.

"Baiklah, kau siap Shey."

"Tentu Ema, bom akan meledak di mulai dari 3 2 1."

DUAARRR 💥💥

Suasana di markas tersebut kacau balau, kesempatan Meina, Givan dan Sheyna untuk menyergap.

Dengan sigap, Meina mengeluarkan pistol dari balik celana bawahnya dan menembaki beberapa anak buah Sophia satu persatu. Begitu pun Givan dan Sheyna.

DOR

DOR

DOR

"Saatnya bermain." Meina langsung memukuli, menendang para penjahat itu dengan membabi buta tanpa ampun.

BRAKK

BUGHHH

DUG

DUG

"DI MANA BOS MU HAH." Meina mengangkat kerah baju salah satu dari mereka.

"Jika aku memberi tahu kalian, apa aku akan di bebaskan." jawab lelaki itu dengan badan yang bergetar.

"Tentu." ucap Meina.

"Dia ada Di Villa di kota N yang tak jauh dari sini." -

"Terimakasih." -

DOR!!

Meina langsung menembak lelaki tersebut hingga mengenai kepalanya.

"Aku akan membebaskan mu, tapi dari dunia." bisik Meina dengan senyuman mematikan.

"Ayo gays... kita sepertinya buang-buang waktu saja." Meina langsung menaiki motornya. "Apa kau sudah memasangnya?"

"Sudah dong, bentar lagi markasnya akan meledak tak bersisa." jawab Givan.

dan benar saja, markas itu pun meledak dengan sangat dahsyat seperti adanya gempa.

Tiga sekawan itu pun melajukan motor mereka dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Saat sudah sampai di Villa yang dimaksud, Meina langsung saja menembaki para penjaga sambil berjalan masuk.

"SIAPA KALIAN HAH!! MAU APA KALIAN DATANG KE SINI!!!?" teriak Sophia saat ia sedang memasak di dapur

Udara dipenuhi aroma rempah-rempah yang gosong. Pecahan pecah beling berserakan di lantai.

Sophia, wajahnya lebam dan berdarah, mundur dari Meina, Givan, dan Sheyna yang mendekatinya dengan tenang dan dingin. Suara-suara pecahan gelas dan benturan logam memecah kesunyian mencekam.

"Waktunya membayar perbuatanmu, Sophia. Darah kakakku menuntut balas dendam." Ucap Meina dengan tatapan yang mengerikan.

Sophia merintih kesakitan. "Tolong... aku tidak bermaksud...mencelakainya."

"Tidak bermaksud ya..." Meina menarik rambut Sophia dengan erat membuat Sophia meronta kesakitan "Keadilan akan ditegakkan."

Meina meraih sebilah pisau, bilahnya berkilauan di bawah lampu dapur. Sophia menjerit saat Meina menerjang, pisau itu berdesing di udara. Givan dan Sheyna ikut bergabung, gerakan mereka cepat dan brutal. Dapur berubah menjadi pusaran kekerasan, tarian penuh rasa sakit. Sophia melawan balik dengan lemah, tetapi dia benar-benar tidak berdaya.

Tiba-tiba, suara menggelegar menghentikan kekacauan.

"Berhenti Ema!!" teriak Kinaan.

Perkelahian terhenti. Meina, Givan, dan Sheyna menoleh untuk melihat dady mereka, tegap dan berwibawa, berdiri di ambang pintu, tangan terlipat. Semua orang memperhatikan, ekspresi mereka berkisar dari terkejut hingga geli.

"Kalian ini tidak mengikuti intruksi yah." Revan langsung menjewer telinga sangat putra begitu pun Kinaan, dan Rangga.

"MANA DIA, INGIN KU CINCANG HIDUP-HIDUP BADANYA, DAN GUE LEMPAR KE KANDANG RAMBO." Suara cempreng itu membuat yang lainnya menghela nafas.

Meina menurunkan pisaunya, wajahnya tak percaya. Givan dan Sheyna mengikutinya, sama-sama terkejut.

Ketegangan di ruangan berubah secara dramatis. Sophia, terengah-engah, melihat sekeliling, matanya melebar dengan campuran rasa takut dan kebingungan.

"Momy, kok datang sih." Meina benar-benar tak percaya ini.

"Kenapa gak ngajak-ngajak momy sih." Amari menggoyang-goyangkan badan putrinya itu.

"Terus kalau yang lain pada ke sini, Bang Delvin sama Dhilan siapa yang jaga." tanya Givan.

"Mamah mu kan ada." jawab Amari, tiba-tiba ia langsung menghampiri Sophia dan langsung mencekik lehernya dengan erat.

"Eh-eh Amri, jangan gitu sudah-sudah." Rangga pun menarik tangan sahabatnya itu.

"Sudah, oke baiklah." -

Para orang tua saling bertukar pandang. Wajah Sophia menjadi pucat saat dia menyadari sejauh

mana kesulitan yang dihadapinya.

Balas dendam "sadis" yang direncanakan ternyata tipuan, jebakan yang dirancang dengan cermat untuk memancingnya ke dalam situasi di mana bentuk pembalasan yang jauh lebih berbahaya menunggunya penghinaan publik, pengucilan sosial, dan pengikisan reputasinya yang lambat dan menyiksa.

Para orang tua mengungkapkan kampanye yang direncanakan dengan cermat untuk menghancurkan kehidupan Sophia, menggunakan cara hukum dan sosial untuk merampas semua yang dia hargai.

Perkelahian fisik hanyalah pengalih perhatian, pertunjukan teater yang dirancang untuk menutupi ruang lingkup rencana balas dendam mereka yang sebenarnya.

"Tidak..." gumam Sophia.

"Ayo anak-anak kita pergi." Kinaan pun menggiring Meina, Givan, dan Sheyna keluar.

"Ini pistolnya masih ada apa gak ya." gumam Amari." Dengan sengaja Amari mengarahkan pistol itu kepada Sophia.

DOR.

"UPPSS masih ada ternyata, sorry ya untung aja gak kena kepalamu tadi, walaupun kena tanganmu." Kinaan dan yang lain melihat gak itu pun hanya geleng-geleng kepala.

"Lebih baik kau bersyukur masih bisa hidup walau kaki dan tanganmu diamputasi." bisik Amari dengan senyuman yang benar-benar mematikan.

Sophia tidak bisa berkata-kata, raut wajah dan tatapannya kosong, sampai tiba-tiba ada segerombolan orang yang datang. Bukan polisi, maupun keluarganya, melainkan para perawat RSJ.

Sophia berteriak dengan kencang meminta di lepaskan.

"GUE GAK GILA!!!!! GUE WARAS!! LEPAS, LEPASKAN GUE!!! JANGAN SENTUH GUE LEPAS!!!!" Sophia meronta-ronta saat ingin di masukkan ke dalam mobil.

Karena merasa ke walahan, para anggota rumah sakit pun langsung membius Sophia.

-

-

-

-

Jangan lupa like dan kritikannya Guyyss💙💙 🤟

1
Cantika Putri
Ceritanya bagus, tapi kok sepi ya. /Grievance/
Cantika Putri
Semangat Thor/Curse/
Shivam Racseqar.: Ya, Terimakasih atas dukungannya ya.
total 1 replies
Mile
/Hey/
Viona Regina
/Facepalm/
saysen
Apa ini Sam/Facepalm/
saysen
Kok aku ngerasa, ini perbuatan nya si Dhilan ya/Curse/
saysen
Bisa aja si Rangga cari perkara
saysen
Bisa ke pemikiran gitu namainnya/Facepalm/
saysen
Keren
saysen
Kocak si Janari
Mile
Si Arman bikin kaget/Facepalm/
Mile
Bisa-bisanya ya Allah/Facepalm/
Mile
Gak bisa kalau gak kompor ya Janari/Bye-Bye/
Mile
Sama kaya aku waktu di urut. Pasti di geplak bapakku. /Facepalm/
Mile
Kurang ngajar si Zale.
Mile
Paling nanti lo minta balikan lagi. /Sweat/
Mile
Sudah kuduga.
Mile
Ngakak
Mile
Cara cepat melunasi hutang/Sweat/
saysen: Sangat cepat
total 1 replies
saysen
Wah kritikannya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!