"Kau hanya perlu duduk dan menghabiskan uangku, tapi satu hal yang harus kau penuhi, yakni kepuasan!" Sagara Algyn Maheswara.
"Asal kau bisa membuatku keluar dari rumah sialan itu, aku bisa memberikan apapun termasuk yang satu itu, Tuan." Laura Alynt Prameswari.
Laura menderita karena hidup dengan keluarga tirinya, ayahnya menikah lagi dan selama itu dia selalu ditindas dan diperlakukan seenaknya oleh keluarga barunya itu, membuat Laura ingin bebas.
Akhirnya, dia bertemu dengan Sagara. berawal dari sebuah ketidaksengajaan, namun siapa sangka berakhir di atas ranj*ng bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Bagaimana hasilnya, baby?" Tanya Sagara, dia menyambut gadisnya di ambang pintu kamar mandi. Gadis itu keluar dengan wajah murungnya lalu memberikan testpack yang baru saja digunakannya pada Sagara.
Pria itu menerimanya dan ternyata, garis dua. Benar-benar garis dua, tidak ada garis yang samar, keduanya benar-benar tercetak jelas disana. She's pregnant.
"Hey, kenapa murung, sayang?"
"Gak tahu.."
"Gak seneng ya? Mau di gugur1n aja?" Tanya Sagara. Baginya, kenyamanan Laura adalah yang utama. Dia memang menginginkan seorang anak, tapi dia sadar diri bahwa bukan dirinya yang akan mengandung dan melahirkan, jadi dia menyerahkan semuanya pada Laura. Tapi, jujur saja tidak ada yang menyangka akan secepat ini kebobolannya.
Ini semua gara-gara kond*m yang habis, tapi Sagara sudah tidak tahan dan akhirnya gas aja, mana keluar di dalem. Sudahlah, pasti jadi itu. Apalagi, Laura sedang masa subur kala itu. Entah kecebong mana yang berhasil menjadi janin di perut Laura, Sagara tidak tahu. Tidak ada yang tahu juga.
"Kenapa ngomong kayak gitu, Dad? Gak baik, anak kita denger nanti."
"Daddy cuma mau make sure, you okay, baby?"
"Ya, aku baik-baik saja, Daddy. Tidak apa-apa, usiaku sudah legal. Tapi aku ingin bertanya, apa Daddy menginginkan anak ini?" Tanya Laura yang membuat ekspresi wajah Sagara berubah.
"Tentu saja, baby. Daddy sangat bahagia.."
"Lalu, kenapa malah mengatakan hal itu?"
"Bagi Daddy, kenyamananmu adalah nomor satu, jika kamu belum siap untuk mengandung, Daddy tidak masalah. Tapi Daddy sangat berharap kamu mau menerima kehamilan kamu ini."
"Menggugurk4n kandungan itu satu hal yang sangat merugikan, Daddy. Bagaimana jika aku tidak bisa hamil lagi nanti? Aku tidak ingin hal itu terjadi, aku sangat bahagia dengan kehamilanku, percayalah."
"Tapi status kita.."
"Jika Daddy belum ingin menikah, aku tidak apa-apa, Daddy. Tapi, akan sedikit memalukan jika kelak anak kita diolok-olok karena dia lahir sebelum kita menikah." Lirih Laura sambil mengusap perutnya yang masih rata, sangat-sangat rata. Perkiraannya sendiri, mungkin janin ini masih berusia dua atau tiga mingguan.
"Daddy akan memikirkan dan mempertimbangkannya, beri Daddy waktu satu minggu. Boleh?"
"Tentu, Daddy." Jawab Laura sambil tersenyum. Tiba-tiba, Sagara berlutut di depan Laura dan mengusap perut ratanya dengan lembut, merapatkan wajahnya di perut itu hingga beberapa saat lalu mengecupnya dengan sayang.
"Hello, baby. This is your Daddy.." ucapnya dengan senyuman kecil, namun Laura melihat mata sang pria yang berkaca-kaca, hingga akhirnya tangisnya pecah.
"Hey, kenapa Dad? Ada yang salah?"
"Aku bahagia sekali rasanya, baby. Terima kasih.."
"Sama-sama, Daddy. Kita besarkan anak ini bersama ya? Sebisa mungkin, anak kita tidak pernah kekurangan apapun, materi atau kasih sayang." Laura tersenyum, begitu juga dengan Sagara. Dia berdiri dan memeluk Laura dengan erat, mencurahkan rasa bahagia dan sayangnya terhadap gadis yang kini berada di dalam dekapannya.
"Kita periksa sekarang, baby." Putus Sagara dan Laura hanya bisa menganggukan kepalanya mengiyakan, dia pun segera bersiap dan Sagara mengantarkan Laura untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang pertama kali.
Kehamilan Laura benar-benar tidak bisa ditebak, semuanya terjadi secara tiba-tiba. Laura hamil dan Sagara menerimanya, dari awal dia menginginkan anak tapi tak menginginkan pernikahan. Tapi setelah mendengar ucapan Laura tentang masa depan anaknya, dia mulai memikirkan untuk hal itu.
Laura dan Sagara pun pergi ke rumah sakit untuk periksa. Benar saja, sesuai dugaan Laura sebelumnya, janin yang tengah dikandungnya saat ini masih berusia tiga minggu.
Gadis itu tidak merasakan perubahan fisik yang signifikan, nyaris tidak merasakan apapun, tak ada gejala awal kehamilan, hanya saja dia menghindari makanan karena aromanya yang berbeda. Laura pikir, itu karena dia sedang pilek.
Tapi ternyata bukan, dia bahkan tidak menyadari kalau bau pada makanan juga merupakan salah satu gejala awal kehamilan. Jangankan Sagara, dirinya sendiri saja tidak menyadari hal itu karena dianggap wajar.
"Kecil sekali, baby."
"Nanti dia akan bertumbuh disini, Mas. Wajar saja kelihatan kecil, orang hamilnya baru tiga mingguan, satu bulan aja belum meskipun vonisnya udah sebulan."
"Kenapa bisa beda gitu, ya?"
"Apanya, Dad?"
"Ya vonisnya, katanya baru tiga minggu tapi disini ditulis sebulan."
"Karena dihitung dari hari pertama menstruasi bulan lalu, Mas. Hitungannya sudah sebulan lebih."
"Gitu yaa, menurut Mas ini aneh."
"Iya, gapapa. Semua orang berhak berpendapat kok." Laura tersenyum sambil menatap kertas kecil berwarna abu-abu di tangannya. Ada kebahagiaan tersendiri meskipun awalnya dia sangat terkejut dengan kenyataan ini, tapi lambat laun dia menerima semuanya, itulah alasan dia lama di kamar mandi.
Jujur saja, beberapa detik sebelum dia melakukan tes itu, Laura masih berharap bahwa hasilnya negatif. Tapi setelah dia menunggu beberapa saat hingga hasilnya akurat, dia terkejut bukan main. Dia belum siap untuk hamil, tapi anak ini tidak bersalah apapun. Maka dari itu dia menerimanya, tak ada niatan untuk membu4ng bayinya, bahkan sekelebat pun tidak ada.
Jadi, mulai hari ini Laura resmi menyandang status bumil alias ibu hamil.
selamat menjadi gembel lagi ..