Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 – Ruang Rahasia dan Sejarah yang Terkubur
Akademi Aggrale, tempat berkumpulnya darah-darah kebanggaan umat manusia, telah lama berdiri sebagai benteng tertinggi dunia sihir. Namun, seperti semua tempat yang megah dan sombong, ia menyimpan kegelapan di balik dinding-dinding megahnya.
Dan malam ini, seorang "iblis dari langit" akan menyusup ke jantungnya.
Malam Hari – Atap Menara Timur
Angin malam menderu. Di atap Menara Timur, Elvira duduk bersila, memusatkan energi di telapak tangannya. Sementara itu, Serenia berdiri di dekat pintu, berjaga dengan mata penuh kecemasan.
Xiao Chen berdiri di tepi menara, jubah hitamnya bergetar ditiup angin. Matanya memandang jauh ke gedung utama akademi—lebih tepatnya, ke lantai bawah tanah tempat Ruang Arsip Rahasia berada.
> “Kau yakin ini bukan jebakan?” tanya Serenia.
“Aku yakin,” jawab Xiao Chen pelan. “Terlalu banyak kebohongan di dunia ini. Aku butuh melihat sendiri... sejarah seperti apa yang telah mereka padamkan.”
Ruang Arsip Rahasia – Tengah Malam
Xiao Chen bergerak cepat menggunakan Teknik Langkah Bayangan, berpindah di antara tiang dan dinding, menghindari sensor sihir dan golem penjaga. Setelah melewati koridor sempit di bawah tanah akademi, ia tiba di pintu besar dengan simbol lima bintang.
Tangannya menempel pada pintu. Aura kultivatornya meresap masuk dan...
Klik.
Pintu terbuka.
Ruang itu gelap. Rak-rak tinggi dari batu tua memenuhi seluruh ruangan. Debu menumpuk. Dokumen-dokumen kuno dengan segel sihir tersegel rapi.
Di tengah ruangan, ada satu altar. Di atasnya—sebuah buku kulit hitam berjudul:
“Warisan Keenam: Raja Penyatupaduan”
Xiao Chen membuka halaman pertama.
Kebenaran Tersembunyi
> “Dari enam manusia agung yang turun dari langit dan membangun peradaban, hanya satu yang menolak menaklukkan dunia: Arvin, Raja Penyatupaduan. Ia membangun Kastil Enam Rasa, tempat semua ras hidup damai. Namun lima manusia lainnya menganggapnya pengkhianat dan memusnahkannya dalam Perang Pembakaran.”
Mata Xiao Chen membelalak.
> “Catatan ini... tidak diajarkan di kelas.”
Ia membalik halaman demi halaman.
Arvin ternyata memiliki darah separuh dewa, warisan dari dimensi langit. Ia bukan manusia sepenuhnya. Ia adalah penjaga keseimbangan. Namun karena keberadaannya mengancam hegemoni manusia murni, ia dikutuk, diburu, dan dilenyapkan dari sejarah.
> “Ras campuran bukanlah kutukan. Mereka adalah jembatan dunia.”
Lima manusia lainnya membentuk Lima Keluarga Agung, dan dari sanalah garis keturunan para bangsawan saat ini berasal—termasuk Leonhart.
Jejak Pengkhianatan
Xiao Chen menutup buku itu perlahan. Saat ia membalik badan—sebuah suara terdengar.
“Apa yang kau lakukan di sini?”
Dari kegelapan, muncul sosok perempuan dengan jubah merah dan rambut perak mengalir. Wajahnya cantik, namun matanya dingin dan penuh amarah.
“Aku Sera Alvaron. Keturunan langsung dari Pahlawan Pertama.”
“Dan kau baru saja membaca sesuatu yang tidak seharusnya kau ketahui.”
Duel Tanpa Sihir
Xiao Chen hanya menatapnya.
Sera mengangkat tangannya. Sihir merah menyala, berubah menjadi tombak petir yang berderak di udara. Ia melemparnya.
Duarrr!
Tombak petir meledak saat menyentuh dinding energi Xiao Chen.
> “Terlalu lemah,” gumam Xiao Chen.
Ia melangkah. Sekali dorong telapak tangan—Sera terpental menabrak dinding dan muntah darah.
Namun saat hendak jatuh, seseorang menangkapnya.
Leonhart. Dengan tubuh penuh perban.
> “Aku tidak peduli siapa kau sebenarnya. Tapi jika kau menyentuh keluargaku, kau menyentuh sejarah umat manusia.”
Tiga vs Satu
Leonhart, Sera, dan seorang lelaki jangkung bermata hitam muncul. Mereka dikenal sebagai Tiga Pilar Darah, murid elit paling kuat di akademi.
Xiao Chen hanya berdiri diam.
Mereka menyerang bersamaan—serangan api, sihir waktu, dan ilusi. Namun…
> “Teknik Pemurnian Jiwa – Gelombang Naga Tertinggi.”
Suara naga menggema. Sekali hentak kaki, seluruh ruang berguncang.
Ketiganya tersapu bersamaan—tak sadarkan diri.
Kembali ke Asrama
Xiao Chen keluar dengan tenang, membawa buku itu di balik jubahnya.
Di kamar, Elvira dan Serenia menunggunya dengan cemas.
“Apa yang kau temukan?” tanya Elvira.
Xiao Chen melemparkan buku itu ke meja.
> “Kita selama ini dibohongi.”
Di menara tertinggi akademi, dua sosok berdiri dalam bayangan. Mereka mengenakan jubah emas, wajah tertutup topeng kristal.
Salah satunya berkata:
> “Langit sudah retak. Raja dari langit telah turun.”
“Saatnya menjalankan Protokol Pembersihan Dimensi.”