⚠️ Mature Content (Harap bijak memilih bacaan)
Cinta itu buta, tidak memandang status. Sehingga yang terlarang pun akan terlupakan.
Luna adalah anak angkat dari Richard Owen, pengusaha sekaligus CEO perusahaan ternama di Hongkong. Sejak usia 1 tahun Luna sudah hidup bersama Richard. Luna sangat mengagumi, pria yang lebih sering dipanggilnya Daddy, itu.
Namun rasa kagum yang dimiliki Luna, bukanlah layaknya seorang anak yang mengagumi ayahnya.
Kenyataanya Luna mencintai Richard lebih sekedar ikatan takdir yang digariskan pada mereka.
“Dad, aku mencintaimu”
Begitulah kalimat yang sering Luna ucapkan untuk Richard.
“Dad juga mencintaimu sayang... ” Jawab Richard, dengan tatapan lembut seorang ayah kepada putrinya.
Akankah cinta Luna terbalaskan atau hanya akan bertepuk sebelah tangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Priska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Passionate Daddy Eps. 31
Beri jempol 👍 disetiap akhir episode yang kalian baca, sudah sangat cukup membahagiakan buat Author untuk selalu semangat berkarya.
Flashback ON
“Daddy... Panggil aku Daddy..” Titah Richard, meskipun dia masih sedikit kaku mengatakan hal itu. Namun gadis kecil itu, menuruti perintahnya dengan baik.
“Daddy...” Ucapnya.
Richard tersenyum saat pertama kalinya seorang anak kecil memanggilnya dengan sebutan Daddy. Rasanya sangat aneh, tapi itu cukup baik untuk didengar.
“Anak pintar... kau adalah putriku, Richard Owen. Itu namaku. Siapa namamu nak..” Tanya Richard. Ia sangat berusaha membuat gadis kecil itu nyaman bersamanya.
“Lu...na... Daddy...”
“Iya namamu Luna. Zhara Aluna Matthew.” Richard menjelaskan kembali pada Luna.
Hal yang tidak akan pernah dilupakan oleh Luna, saat pertama kalinya ia mengenal seorang pria yang begitu lembut seperti Richard. Tatapan mata itu, sudah berhasil menggetarkan hati Luna sejak pertama kali melihatnya.
Flashback OFF
Setelah melewati malam panjang yang menyedihkan. Luna akhirnya memutuskan keluar bersama Bryan, ia ingat bahwa mungkin hanya Bryan sajalah yang mengerti bagaimana perasaanya sekarang.
Tidak heran, Bryan memang sudah mengetahui kisah seperti apa yang dimiliki Luna dan Richard.
“Apa kau baik-baik saja...”
“Kau selalu bertanya hal yang sama. Apa kau benar-benar mengkhawatirkan ku...” Ujar Luna
“Jawab saja. Aku hanya ingin tahu.”
“Belum...”
“Mau melakukan sesuatu?.” Ajak Bryan.
“Melakukan apa.” Tanya Luna.
“Ikuti saja...” Bryan tersenyum dengan mimik misteriusnya.
Sementara itu ditempat lain Richard sedang memimpin rapat dan seperti biasa Maria selalu ikut mendampinginya. Namun semua tidak berjalan baik hari ini.
“Ini buruk sekali. Sepertinya kalian sudah bosan bekerja di sini...” Geram Richard. Semua orang hanya terdiam, tidak ada yang berani menyanggah satupun kalimat Richard.
Namun Maria berusaha menunjukan bahwa hanya dirinya lah yang bisa mereda amarah pria itu.
“Tuan Richard. Sepertinya itu bukan kesalahan yang besar. Ini masih bisa di perbaiki.” Sanggah Maria. Bersikap tetap profesional di depan semua orang.
“Ini tim mu Maria, seharusnya kau lebih paham, apakah ini presentasi yang baik atau buruk..” Balas Richard.
“Tapi...”
“Tidak ada tapi-tapian. Yang bersalah tetap bersalah. Dan kau sebagai pemimpin mereka, harus bertanggung jawab atas hal itu.”
Semua orang tampak tidak percaya, akhirnya Richard bisa bersikap keras pada Maria. Karena selama ini yang mereka lihat hanya Richard yang selalu melindungi wanita itu. Beberapa tersenyum sinis kearah Maria, karena akhirnya bos mereka bisa bersikap adil.
“Bryan...Kenapa kita kesini?.” Tanya Luna heran, saat langkah Bryan berhenti ke salah satu Departemen store terbesar ditengah kota Hongkong.
“Wanita jika bersedih, hanya mampu diredakan dengan ini... Pilihlah apapun yang kau sukai, shopping adalah hal yang disukai semua wanita...” Ujar Bryan.
“Aku tidak mau !.” Tolak Luna.
“Tidak boleh. Kau harus mau...”
“Bryan... Aku tidak ingin hal seperti ini. Aku tidak suka.”
“Baiklah, jadi hal seperti apa yang kau inginkan.” Bryan meminta pendapat Luna.
Dia seharusnya memang tidak melakukan ini, karena Luna memang wanita yang berbeda dari wanita lainnya.
“Aku hanya ingin menenangkan diriku.” Ungkap Luna.
“Baiklah, apa itu artinya pulang.” Bryan menyimpulkan ucapan Luna barusan.
“Aku tidak ingin pulang. Bagaimana jika kita keliling kota ini seharian penuh.” Ajak Luna memberi idenya.
“Itu bukan hal baik... Kita akan lelah jika seperti itu. Tapi aku tahu satu tempat jika kau ingin menenangkan dirimu.”
“Benarkah...” Luna menatap mata Bryan.
“Mhh..Iya, ayo kita pergi sekarang.” Bryan akhirnya membawa Luna pergi lagi, ketempat yang menurutnya bisa menenangkan wanita menyedihkan itu.
Bersambung ...