Juminten dan Bambang dari namanya sudah sangat khas dengan orang desa.
Kisah percintaan orang desa tidak ada bedanya dengan orang kota dari kalangan atas hingga bawah.
Juminten, gadis yang ceria dan supel menaruh hati kepada Bambang kakak kelasnya di sekolah.
Gayung bersambut, Juminten dan Bambang dijodohkan oleh kedua orangtua mereka.
Pernikahan yang Juminten impikan seperti di negeri dongeng karena dapat bersanding dengan pria yang dia cintai hancur berkeping-keping. Disaat Juminten berbadan dua, Bambang lebih memilih menemui cinta pertamanya dibandingkan menemaninya.
Apakah Juminten akan mempertahankan rumah tangganya atau pergi jauh meninggalkan Bambang dan segala lukanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa Mulachela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
Juminten terbangun saat merasakan tepukan pelan di pipinya.
"Yank,bangun! Udah jam 3 sore loh!"
Juminten berusaha mendudukkan tubuhnya. Namun, semakin dia berusaha bangun, rasanya sakit asam urat alias linu-linu di seluruh tubuh.
Suaminya yang baik hati, dengan manisnya menertawakan mimik wajah Juminten yang seperti orang sakit keras. Wajah pucat, bibir bengkak disertai warna cat biru hampir di seluruh badannya.
Juminten melirik sinis tersangka utama, kalau bukan karena kewajibannya yang berbunyi untuk menjadi seorang 'ISTRI SOLEHAH'. Tubuhnya tak akan se-tragis ini. Apalah daya, Juminten adalah manusia yang punya kelemahan. Dan suaminya sudah hapal dimana titik lemah istrinya.
"Yok, mandi dulu! Tadi udah Mas beliin nasi padang lauk paru kering. Mas tunggu di depan, ya!" Bambang melangkahkan kakinya keluar dari kamar.
"Enak ya, jadi cowok! Habis sarinya, buang ampasnya! Nggak tahu apa, Jumi kesakitan ini an*nya juga gegara siapa! Dia malah udah cakep, wangi, mala—" tiba-tiba Juminten di gendong suaminya yang hanya memakai boxernya.
"Kenapa, kok langsung diem?" senyum nyinyir terbit dari suami sablengnya.
"Hmmm...! "
"Huh...!"
Suara tarik nafas, pemirsa🤣
Juminten juga berusahan menelan salivanya dengan sensasi rasa 'kulit durian' , "Ju - Ju - Mi kaget!" masih memasang wajah kagetnya.
Bambang membuka pintu kamar mandi dengan kakinya, "Jangan ngajak main lagi, masih sakit, Mas!" Rengek manja Juminten. Otak Juminten masih di kegiatan mereka beberapa jam yang lalu. "Mas mau Jumi hancur lebur jadi debu, ya!"
Bambang masih dengan mode senyumnya. Mendudukkan istrinya di atas penutup closet."Nanti kalau udah selesai panggil ya, nanti di gendong mas lagi ke kamar!" Bambang meninggalkan istrinya di kamar mandi.
Juminten pun melanjutkan aktivitas mandinya dengan duduk. Setiap tak sengaja menggerakkan bagian bawahnya, rasa cenut-cenut datang lagi.
"Kalo kayak gini mah, alamat Jumi jadi Ratu kraton seharian! Jalan serba pelan, gerak pelan, ambil apa-apa juga harus pelan! Masa ya tega, Mas Bambang nyeruduk Jumi lagi. Ini aja masih ngilu, Mas!" gerutu Juminten.
"Suamiku! Suamiku! Suamiku! Tolong istrimu sayang, sedang mode lemas kebanyakan belaian!" teriak Juminten dengan manjanya.
Bambang menghampiri istrinya yang sudah memakai handuk di rambut juga badannya.
"Hmm.. Bau nya wangi banget! Minta di transfer dong bau wanginya!" goda Bambang.
Juminten mencurigai ada bau-bau ke dunia peranjangan lagi, menekuk jari tengah dan telunjuk lalu diarahkan ke pinggul suaminya. Suaminya menggeliat meminta Jumi melepaskan japitannya. "Au.. Au..sakit yank!"
"Mbok ya, Jumi ini dikasih jeda, Mas! Dari pagi Jumi belum sarapan, loh! Bangun-bangun udah sore. Masa tega minta lagi!"
Bambang pun segera mengangkat tubuh istrinya, agar tidak melanjutkan japitan jarinya. Juminten pun auto mengalungkan tangannya di leher Bambang.
Bambang meletakkan istrinya diatas kasur mereka yang menjadi saksi empuk atas tragedi tadi siang."Makasih, Mas. Ju.." Juminten tak dapat meneruskan ucapan nya karena bibirnya di sumpal oleh suaminya. Aroma mint menyerbak, saat saliva mereka tertukar.
Bambang pun mengakhirinya ciumannya, karena dia merasa tubuhnya mulai di buat perkasa kembali dan ini tak baik untuk kesehatan tubuh istrinya juga kesehatan telinganya.
Karena, dipastikan setelah kejadian itu, Juminten siap mengeluarkan segala ucapan sindiran manisnya. Dengan di bumbui kata pedas manis, di campur jagung bakar yang membuat telinga nya berdengung.
"Yaudah, sayang makan dulu. Ini nasinya!" Bambang menyerahkan 2 bungkus nasi.
"Kok banyak, Mas! Apa Mas, belum makan?"
"Udah tadi aku yank, makan sama Abang disana langsung!"
"Lah, kebanyakan aku yank! Satu bungkus cukup." Juminten menyerahkan kembali nasi bungkusnya.
"Udah buat ayang aja, biar ayang kuat buat di enggak - enggak Mas nanti malam. Kamu mau kan sayang?" Bambang mengedipkan sebelah matanya.
Dih, penjilat! Giliran udah di kasi enak kedip-kedip, dulu aja pas Juminten kedip-kedip sama Mas di cuekin. Ih, Juminten makin gemes sama suami!
Juminten pun memakan nasi nya, 1 bungkus sudah masuk dalam perut.
Haik!
"Alhamdulillah!"
Namun, mata genitnya salah fokus dengan sisa nasi 1 bungkus yang ada di sebelahnya. Membuat batinnya terguncang. Di satu sisi dirinya merasa kenyang, tapi sisi lain jiwa emak-emak super hemat dari diri Juminten meronta 'nanti mubadzir'. Akhirnya dengan segala perdebatan yang berkecamuk Juminten memilih memakan.
"Alhamdulillah!" Juminten segera bangun dari duduknya sambil menahan rasa cenut-cenut di bawahnya.
Juminten pun keluar dari kamar, dengan membawa sprei kotor bekas mereka melakukan tadi. Karena, Bambang lupa membawa nya keluar kamar. Dilihatnya Bambang yang sedang melakukan video call, hingga tertawa keras.
"Haha.. Kamu lucu banget! Om, kapan-kapan kesana nya ya sayang!"
"Iya Mil, gue cuti dulu ya! Pengen libur dulu!"
Plak!
Plak!
Sambil mengode istrinya agar duduk di pangkuannya.
"Haha! Bye Radit!" Bambang mematikan videocallnya. Lalu, menarik tangan istrinya yang sudah dekat posisinya dengannya untuk duduk di pangkuannya.
"Video call sama siapa, Mas?"
"Sama Mila juga anaknya. Gimana masih perih?"
"Masihlah, rasanya kayak ganjel di bawah! Mas lupa cabut kayaknya, coba lihat deh!"
"Eh, masa bisa cabut yank! Aku nanti jadi nya nggak pede dong nanti kemana-mana nggak bawa!" Bambang menertawakan polosnya istrinya.
"Ih, Mas! Jangan banyak gerak pahanya! Perih, tau!" mengerucutkan bibirnya.
"Maafin Mas ya, sayang! Banyak gerak-gerakin biar bisa sembuh, yank!" mengelus rambut hitam panjang milik istrinya.
"Bang Eka kemana? Kok Jumi lihat dari tadi nggak ada?" sambil menoleh kanan kiri mencari Eka.
"Ke kontrakannya, kata Abang kalo bisa lusa udah pindah, yank!"
"Kenapa? Kok kayaknya nggak mau jauh dari Bang Eka?"
"Jumi tuh kayak melihat sosok Abang yang Jumi idam-idamkan. Apalagi sifat perhatiannya Bang Eka. Mas juga tau sendiri, Jumi anak semata wayang."
"Iya, pas bang Eka kontrak nanti, sayang boleh kesana. Tapi, nggak boleh ninggalin rumah lama! Kan Mas kerja sayang! " Juminten menganggukkan kepalanya.
Bambang dibuat gemas dengan sifat penurut istrinya. Menduselkan wajahnya di ceruk leher Juminten.
"Kok feelingku nggak enak, ya! Was-was Mas mau ngajak lagi!"
"Haha.. Kenapa sekarang kamu mes** banget yank!"
"Gara-gara kamu kontaminasi, Mas! Otak sama jari suci Juminten sudah nggak bisa suci lagi. Walau udah di rendem sama sabun cucian plus citrun tetap nggak bisa balik lagi! "
"Haha..! Kenapa nyamain kamu jadi baju yank! Aneh-aneh aja!"
Tiba-tiba Eka datang membawa tumpukan kardus baru yang di tali. Juminten pun refleks turun dari pangkuan suaminya.
"Loh, Bang! Mau di bawa semuanya?"
"Iya, dek! Sekalian mau nyimpen baju Mama. Baju nya sumbangin ke keluarga yang terkena longsor!"
"Iya, Bang! Sini aku bantu!" Bambang dan Juminten mendekatinya.
"Udah, nggak usah! Sana!"
"Sini, Bang! Aku bantuin nata yang—" Bambang menarik 1 kerdus dari tangan Abangnya.
"Abang bilang nggak usah ya nggak usah!"
"Loh, Abang kenapa kok marah?"
Eka mendimakan adeknya, namun mimik mukanya menahan emosi tercetak sangat jelas. Bahkan beberapa barang menjadi korban sasaran emosi Eka.
Bambang yang melihat muka saudara kandungnya seperti memiliki masalah memilih untuk keluar dari kamar Abangnya.
Kamu masih tanya Abang kenapa? Kalian tega! Bisa-bisanya melakukan hubungan b*dan disaat Abang masih disini! Bahkan dengan suara-suara des**an Juminten yang terkadang berbunyi keras!
Asal kalian tahu, karena kalian Abang di buat kepanasan! Kalau boleh jujur, Abang sakit hati mendengar suara lucknut itu! Kenapa bukan Abang yang menjadi suami Juminten! Kenapa bukan Abang! Abang merasa menyesal untuk semua ini*!
Bambang jgn galau gitu,noh Rena sdh siap jd masa depanmu. tinggal kedipkan matamu buat othor. biar bisa dpt daun muda😁✌️🏃🏃🏃💨💨💨💨