Pradivta Anugra putra seorang pria yang belum menikah tiba-tiba mempunyai seorang putri yang sedang mengalami sakit.
Di pertemukan dengan seorang wanita bernama Ersya putri, seorang janda yang baru saja di ceraikan oleh suaminya satu bulan yang lalu dan di tinggal bertunangan.
Karena pertemuan mereka yang tidak terduga itu, membuat mereka terjebak ke dalam hubungan yang rumit
NB :
Maaf karya ini mungkin nanti up-nya tidak bisa setiap hari ya, harap maklum dan jangan di tagih up nya ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus mau
Mereka sudah sampai di sebuah kafe yang tidak jauh dari tempat kerja Rangga. Rangga
dan Ersya memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela kaca.
Setelah memesan beberapa makanan dan minuman, mereka mendahulukan menyantap makanannya sebelum bicara.
Rangga melihat cara makan Ersya ternyata persis seperti Felic, “Banyak juga makanan
kamu ternyata!” dua wanita itu memang punya tipe tubuh yang sama, makan banyak
tapi nggak gendut.
Ha ha ha
Ersya tertawa mendengar ucapan Rangga, “Mas Rizal ceraiin gue pasti salah satunya
gara-gara nggak sanggup ngasih makan gue!” dia benar-benar seperti tanpa masalah, menertawakan masalahnya sendiri adalah hobinya.
Itulah Ersya,tidak suka menunjukkan kesedihannya pada pada orang lain kalau bukan
orang yang benar-benar dekat dengannya.
Rangga cukup terkejut dengan sikap Ersya yang nggak ada sedih-sedihnya, “ kamu yakin
nggak lagi sedih, Sya?” tapi jika teringat beberapa waktu lalu saat Ersya hampir tertabrak, bukankah ia menjadi wanita yang terlihat begitu lemah.
“Gila kali Ga, kalau gue nggak sedih! Tapi buat apa pamerin kesedihan ke orang lain,
karena orang lain juga belum tentu bahagia!” ia tidak mungkin memaksa orang
lain untuk ikut sedih sedangkan orang lain punya masalahnya sendiri.
Rangga bisa mengerti sekarang alasan Ersya yang memang tidak mau menyusahkan orang
lain, “Ok aku terima alasan kamu, sekarang jelaskan padaku, ada apa ngajak gue
jalan?”
“Lo lusa temenin gue ke acara itu ya!”
“Acara apa?” Rangga tidak Faham dengan yang di maksud acara itu. Banyak banget acara
akhir-akhir ini, ia tidak mungkin mengabsen satu per satu.
“Ya_ ya_, pertunangan mas Rizal!”
Rangga begitu terkejut, “Ya aku memang bakal hadir, tapi nggak sama kamu!”
“Ayolah Ga …, lo malu ya jalan sama janda, makanya nggak mau datang sama gue?” wajah
Ersya semakin kecewa.
“Bukan segitu Sya, aku nggak mau aja nanti timbul masalah baru di sana, ada alasan
yang aku nggak bisa jelasin sama kamu!” Rangga adalah sepupu Rizal, itu yang
Ersya tidak tahu. Ia terlalu malu mengakui kalau mereka sepupuan.
“Ayo lah Ga _, gue maksa beneran ini! Lo tega apa biarin gue datang sendiri ke
pertunangan mantan suami gue, gue bakal tambah di remehin kalau nggak datang Ga
…! Gue Cuma mau nunjukin ke mereka kalau gue udah move on!”
“Ayo lah Ga …, Cuma pura-pura doing …!”
“Jangan maksa Sya, aku nggak mau nanti ada masalah baru!”
“Kenapa? Masalah apa?”
“Sudah ku bilang, nggak perlu aku jelasin dan kamu juga nggak perlu tahu alasannya!”
“Pliissss Ga …, Pliisssss plissss plissss!”
“Nggak mau …! Nggak mau!”
Karena Rangga terus saja menolak tidak ada pilihan lain buat Ersya selain mengeluarkan
jurus jitunya. Sebenarnya jurus ini biasa Ersya berikan suaminya.
Hiks hiks hiks
“Lo tega banget sama gue!”
Melihat Ersya menangis Rangga menjadi sangat panic, ia tidak tahu harus melakukan apa
untuk menenangkan Ersya. Ia segera bangun dari duduknya dan menghampiri Ersya.
Ia menepuk-nepuk pelan punggung Ersya.
“Ehhh erhhhh jangan nangis di sini, ntar aku di kira ngapa-ngapain kamu!”
“Gue bakal jadi bahan ketawaan di sana, lo mau liat gue kayak pecundang dan mereka
bermesraan di depan gue, sakit banget pasti Ga!” Rancau Ersya dengan pipi yang
basah karena air mata.
Rangga segera menghapus air mata Ersya. Ia juga tidak tega membayangkan bagaimana
jadinya Ersya nanti di sana.
‘Ok ok deh …, aku temenin!”
Mendengar jawaban dari Rangga, Ersya pun begitu senang dan memeluk Rangga, “makasih …,
kamu baik banget sih!”
“Jangan meluk-melu …, ntar di liat orang!”
“Abis gimana kamu baik banget!” Ersya tersenyum begitu manis membuat Rangga
menggelengkan kepalanya.
“Ya udah …, aku harus segera kembali ke kantor, kamu mau tetep di sini atau mau
pulang?” Rangga sudah beranjak dari duduknya.
“Tunggu dong …, nggak sabaran banget!” keluh Ersya, ia pun segera menyambar tasnya dan
mengikuti langkah Rangga.
“Gue ikut sama lo!”
Rangga menghentikan langkahnya mendadak membuat Ersya hampir menabrak punggung Rangga,
“Kalau berhenti kira-kira dong, untuk rem gue masih oke, kalau enggak bisa ilang nih
hidung mancung gue!” gerutu Ersya. Rangga pun membalik badannya dan mengerutkan keningnya.
“Kamu mau ke kantor ku lagi?” Rangga tampak begitu penasaran.
“Iya …!” Ersya meringis meminta Rangga agar setuju.
“Mau ngapain?”
“Ketemu Iyya …, Iyya anaknya bos kamu kan …, boleh dong gue ketemu sama Iyya! Kangen
nih!”
“Jangan nglunjak ya, Iyya nggak datang hari ini, di ke rumah sakit!”
“Seneng banget ke rumah sakit!” gumam Ersya.
“Ya udah gue duluan, lo pulang sendiri aja ya …!”
Rangga pun meninggalkan Ersya begitu saja dengan mobilnya.
“Enak banget main tinggal-tinggal aja …!” keluh Ersya, ia pun akhirnya memilih
memesan taksi on line dan kembali ke kantornya.
***
Untuk menunggu hari itu, Ersya merasa hari-harinya begitu berat, ia bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia harus memikirkan bagaimana caranya nanti bersikap di
tempat itu.
Ia terus memandangi undangan yang ada di balik meja kerjanya, rasanya malas untuk
pulang. kenangan tentang kebahagiaan mereka dulu di rumah itu seakan sekarang
menjadi momok yang menakutkan. Ingin rasanya segera pindah saja dan mencari
kontrakan, lagi pula Rizal juga sudah membicarakan perihal harta gono gini ke
marin di telpon.
Siang itu, Ersya sengaja pulang ke rumah karena Rizal mengatakan kalau akan ada tamu yang datang. Dan ternyata benar, seorang pengacara sedang membawa berkas tentang pembagian harta gono gini. Rizal berencana untuk menjualnya dan membaginya rata.
“Nggak pulang Sya?” pertanyaan seseorang itu berhasil membuyarkan lamunan Ersya. Ia segera mendongakkan kepalanya, ternyata itu atasan Ersya. Ia sudah bersiap untuk
pulang.
“Pulang dong pak, nih mau beres-beres!”
“Ya sudah aku duluan ya!”
“Iya pak, hati-hati …!”
Pria kerempeng itu hanya melambaikan tangannya tanpa menolah kembali pada Ersya.
Setelah pria kerempeng itu keluar dari pintu yang berbahan kaca itu, Ersya pun segera
merapikan barang-barangnya. Ia juga tidak lupa memasukkan undangan itu ke dalam
tasnya. Undangan itu terus di bawa kemana pun ia pergi.
Setelah memastikan mejanya rapi, Ersya pun segera meninggalkan mejanya itu, berpamitan pada beberapa rekannya yang masih tersisa. Sudah pukul sepuluh malam tapi
beberapa dari mereka masih sibuk dengan pekerjaannya.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentar nya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰🥰🥰🥰