Dilahirkan dari pasangan suami istri yang tak pernah menghendakinya, Rafael tumbuh bukan dalam pangkuan kasih orang tuanya, melainkan dalam asuhan Sang Nini yang menjadi satu-satunya pelita hidupnya.
Sementara itu, saudara kembarnya, Rafa, dibesarkan dalam limpahan cinta Bram dan Dina, ayah dan ibu yang menganggapnya sebagai satu-satunya putra sejati.
"Anak kita hanya satu. Walau mereka kembar, darah daging kita hanyalah Rafa," ucap Bram, nada suaranya dingin bagai angin gunung yang membekukan jiwa.
Tujuh belas tahun berlalu, Rafael tetap bernaung di bawah kasih sang nenek. Namun vidhi tak selalu menyulam benang luka di jalannya.
Sejak kanak, Rafael telah terbiasa mangalah dalam setiap perkara, Hingga suatu hari, kabar bak petir datang sang kakak, Rafa, akan menikahi wanita yang ia puja sepenuh hati namun kecelakaan besar terjadi yang mengharuskan Rafael mengantikan posisi sang kakak
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jatuh cinta pada kakak ipar
Rumah megah tempat acara penghargaan itu berdiri, dihiasi lampu-lampu kristal yang berkilau laksana bintang di langit malam. Para undangan duduk rapi, menatap panggung utama yang diselimuti tirai keemasan. Nama-nama besar dipanggil satu persatu, dan ketika nama Kapten Rafael disebut, tepuk tangan bergemuruh, menggetarkan ruangan.
Sebelum melangkah kan kaki nya dengan gagah, Rafael berfikir, apakah akan lebih indah saat nama nya disebut dengan marga di belakang nama nya? namun apakah yang kelam di sebut ayah dan ibu itu akan bangga pada nya? Hanya ada satu teman yang hadir disini, bahkan sang kakak saja tidak bisa ia beri tahu kabar gembira ini,
Setelah berfikir panjang akhir nya Rafael berjalan mantap dengan seragam pilot yang tersemat medali. Senyumnya tipis, tapi matanya menyimpan kebanggaan. namun yang di sayangkan adalah, hanya dirinya yang merasakan kebahagiaan ini, bahkan sang nenek yang membesarkan nya saja tidak sempat melihat moment bahagia ini,
Setelah ucapan terima kasih dan salam hormat pada para senior, acara ditutup dengan nyanyian himne penerbangan. Rafael menunduk dalam, seakan seluruh penghormatan itu bukan hanya untuk dirinya, melainkan untuk perjalanan panjang hidupnya yang penuh luka.
" Apakah kita langsung pulang? tidak ingin makan atau belanja dulu? " farel membujuk Rafael agar mau berjalan-jalan sebentar di kota ini, namun jawaban yang ia dapat sudah pasti,
" aku tidak tertarik, jika kau ingin makan, pergilah, aku akan makan di pesawat saja " jawab Rafael singkat jelas
Setelah pembicaraan mereka berakhir, ia bersama Farel segera menuju loket bandara untuk membeli tiket pulang. Walau masih mengenakan seragam pilot, hari itu ia bebas tugas. Ia hanyalah seorang penumpang biasa.
Bandara internasional,
“Rafael, itu… kakakmu?” bisik Farel, menunjuk seorang pria yang tengah membeli tiket.
Rafael menoleh. Napasnya tercekat. Sosok itu— elaki yang selama empat tahun hanya ada dalam bayangan, kini nyata di hadapannya. Rafa. Kakak kandungnya. Tak pernah sedekat ini ia melihatnya.
Langkah Rafael terasa berat, tapi juga dipenuhi kerinduan. Satu langkah. Dua langkah. Lalu makin cepat, hingga ia berdiri tepat di belakang kakaknya.
“Kakak…” suaranya lirih, nyaris pecah.
Rafa menoleh. Seketika matanya berembun. Seragam kebanggaan itu melekat di tubuh adiknya. Hatinya seolah disayat dan disembuhkan sekaligus, perjuangan sang adik hanya ia yang tahu, siapa yang paling bangga selain dirinya melihat adiknya menjadi orang yang sukses
“Rafael…?” suaranya bergetar.
Tanpa ragu, Rafael memeluk kakaknya erat, seakan takut jika bayangan itu akan kembali hilang. “Kak, aku tak menyangka… kita bisa bertemu di sini, seperti ini. Aku kira… takdir sudah menutup semua pintu untuk kita…”
Rafa menahan air mata yang jatuh. “Kau dari mana? Mau kemana?”
“Aku baru selesai acara penghargaan, kak. Dan kau? Mengapa di sini?”
Rafa menarik napas panjang, lalu tersenyum getir. “Hari ini… aku dan Viola menikah. Kau ingat Viola, bukan? Anastasyaviola Devanka, teman SMA kita, kemarin aku ingin mempertemukan kalian, tapi kau menolak ”
Deg
hati Rafael seakan berhenti berdetak. Nama itu menghantam batinnya.“A-aku… aku sudah lama mengubur masa lalu, kak…, kakak tahu itu dan,,,, semua itu tidak penting buat ku " lagi-lagi hanya kebohongan yang Rafael katakan,
Mata Rafa menatap teduh. Ia ingin sekali duduk bersama adiknya, menuturkan semua hal yang tertinggal. “Penerbanganku dua jam lagi. Apakah kau ada waktu luang untuk kita berbincang?”
Namun Rafael sudah memegang tiket dengan keberangkatan tercepat. “Kak, lima menit lagi aku harus berangkat. Kau menuju London, bukan? Sesampainya di sana, kabari aku. Aku akan menjemputmu, membawamu ke rumahku.”
Rafa tersenyum, bangga sekaligus pilu. “Baiklah. Aku akan mampir ke rumahmu.”
Senyum terakhir itu terukir, namun tak pernah mereka tahu itulah perjumpaan terakhir, percakapan terakhir dan rasa bangga terakhir yang Rafa berikan pada adik nya, tidak ada tahu apa yang akan terjadi kedepan nya, apakah takdir kali ini benar-benar berpihak pada Rafael?
...🌻🌻🌻...
Langit sore itu berwarna kelabu. Angin berhembus kencang di landasan. Pesawat 9008 dengan tujuan London bersiap lepas landas. Dalam kabin, Rafa duduk menatap cincin di jarinya. Senyum tipis menghiasi wajahnya, entah mengapa ada firasat aneh mengendap di dadanya.
Pesawat merayap di landasan, lalu melesat menembus langit. Awalnya mulus, namun tak lama guncangan hebat terjadi. Penumpang berteriak, benda-benda jatuh, lampu kabin padam. Suara kapten terdengar panik
" pesawat tidak bisa terbang dengan cepat, ada kerusakan pada bagian belakang, bisakah kami menghubungi pusat? " ucap sang kapten pada pramugari yang berada di belakang nya,
" cuaca terlalu buruk kapten, kita tidak bisa menghubungi pusat, sebaiknya kita mencari lautan saja, kerusakan susah parah " pramugari terdengar pasrah,
" aku akma berusaha, kita akan mendarat darurat " sang kapten yang masih memikirkan keselam penumpang
" tidak ada lagi yang bisa kita lakukan kapten, langit tidak ingin kita kembali " balas pramugari
Pesawat oleng, menembus awan gelap. Petir menyambar, angin merobek sayap. Seolah langit murka, menolak memberi jalan. Dalam detik-detik terakhir, Rafa menggenggam erat cincin di jarinya, membisikkan nama yang tersimpan di hatinya.
Lalu......
Ledakan terjadi di langit yang gelap, cahaya nya menembus hingga ke bawah, hujan turun tepat setelah ledakan besar terjadi di atas sana, Tubuh pesawat terbelah, meluncur cepat ke samudera.
Hening......
" 9008,,,,,, 9008,,,,, " ucap pemandu cuaca dari pusat bandara karena 9008 telah hilang dari radar,
" 9008,,,, sekali lagi kapten 9008 " tidak ada jawaban sama sekali, hingga bandara dan awak pesawat memutuskan 9008 telah terbang tinggi, dan tidak akan kembali bersama para penumpang nya,
...🌻🌻🌻...
Keesokan harinya, berita duka mengguncang dunia.
“Pesawat dengan tujuan London pukul 13.00, nomor penerbangan 9008, mengalami kerusakan fatal dan hilang kontak. Tim SAR masih berusaha mencari puing serta penumpang…”
Rafael yang baru mendarat, mendengar kabar itu dari telepon asing. Tangannya gemetar, matanya kabur oleh air mata. “Tidak… jangan… itu tidak benar…”
Beberapa jam kemudian, sebuah paket tiba di rumahnya. Farel yang menerimanya, lalu menyerahkannya pada Rafael. Dengan tangan bergetar, Rafael membuka kotak itu.
Deg.....
Di dalamnya ada dompet, cincin, buku nikah, dan ponsel kakaknya. Foto mereka berdua saat kelulusan. Foto Viola tersenyum di samping Rafa.
Rafael terjatuh, air matanya tak terbendung. “Tidak… tidak… kenapa harus begini? Kakak… kita baru saja bertemu…”
Farel menahan pundaknya, mencoba menjadi benteng terakhir bagi sahabatnya. Namun Rafael hanya bisa meratap, merasakan duka yang tak tertahankan.
Di sanalah ia sadar, takdir sudah menulis garisnya:
Mereka berdua tak pernah ditakdirkan bersatu.
Jika mereka bertemu, maka semesta akan mengambil salah satunya.
Jangan lupa beri bintang lima dan komen ya teman-teman
Bersambung...........
Hai teman-teman, yuk bantu like, komen dan masukkan cerita aku kedalam favorit kalian, ini karya pertama aku dalam menulis, mohon bantuan nya ya teman-teman terimakasih.......
btw aku mampir Thor /Smile/