[Lanjutan dari novel "Aku hanya Figuran"]
Awalnya kupikir Kamu hanyalah gadis biasa-biasa saja. Namun mata polosmu mengalihkan semuanya. Aku tak bisa berpaling. Timbul ketertarikan untuk mengenalmu lebih dalam lagi. Hingga akhirnya Aku sadar, Aku telah jatuh sejatuh-jatuhnya pada pesonamu.
Hei Khansa Aulia, Yohan Alexander menyukaimu. Sadarkah Kau dengan hal itu? (Yohan Alexander)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[POV Alex] Ch 23 - Aku Bangga Padamu
Moodku benar-benar tidak bagus. Pergi kerja tanpa diantar Khansa rasanya cukup menyesakkan. Kami berpisah dengan kondisi hati yang tidak tenang. Khansa masih menyimpan kemarahan. Aku bingung menghadapi sikapnya.
Aku melakukan beberapa kunjungan. Semua perusahaan masih berpusat di Jakarta, namun jarak antar perusahaan cukup jauh. Aku membawa Winda bersamaku. Dia sudah menjadi sekretarisku, jadi aku bisa membebaninya dengan urusan pribadiku.
"Winda, jangan lupa hubungi istriku setiap satu jam sekali. Laporkan setiap kegiatannya padaku. Mengerti?"
"Mengerti Pak." Selesai berkata seperti itu, aku kembali meninjau perusahaanku. Bertemu dengan Bayu dan menguji coba hasil temuan kami. Hasilnya cukup luar biasa. Masih ada beberapa prosedur pengecekan sebelum kami mendaftarkannya menjadi hak paten kami.
"Kerja bagus Bayu. Lakukan pengujian secara berkala. Begitu mendapat lisensi, daftarkan menjadi hak paten kita."
"Baik Pak."
Selesai mengunjungi perusahaan yang bergerak di bidang IT, Aku mulai pergi ke perusahaan lain.
"Bagaimana Winda? Apa yang dilakukan istriku?" Kami sedang berada di dalam mobil.
"Ibu Khansa tidak menjawab telepon saya Pak. Saya akan mencoba untuk terus menghubungi beliau..."
"Mana ponselku."
"Ini Pak." Winda menyerahkan ponsel.
"Apa ada yang menghubungiku?"
"Ada Pak. Saya sudah mencatat semua panggilan." Winda menyerahkan tablet. Aku membaca semuanya. Tidak ada telepon dari rumah. Setidaknya kondisi Aaron bisa dikatakan masih stabil. Ada beberapa panggilan dari direksi dan para GH. Ada satu panggilan yang menarik perhatianku, itu adalah panggilan dari Dino, sahabat yang kulupakan akhir-akhir ini. Aku akan menelepon Dino setelah menelepon Khansa.
"Tadi kamu bilang Khansa tidak mau mengangkat panggilan?"
"Benar Pak."
"Sepertinya dia masih merajuk. Coba aku hubungi sendiri." Aku mengesampingkan kebiasaan dan menghubungi Khansa sendiri. Beberapa kali aku mencoba, namun panggilan itu tak kunjung dijawab. Aku mulai khawatir.
"Coba kamu hubungi lagi Winda."
"Baik Pak." Winda kembali mencoba, namun tetap tidak ada jawaban. Secara bergantian Kami menelepon nomor Khansa. Entah percobaan yang ke berapa, akhirnya Khansa menjawabnya.
"Halo, assalamu'alaikum..."
"Kenapa Winda telepon tidak diangkat?! Sedang apa Kamu Khansa?! Kirim fotomu segera!!" belum mendengar jawaban, panggilanku sudah diakhiri. Sepertinya Khansa benar-benar merajuk kali ini. Aku bermaksud untuk kembali menghubunginya lagi, namun sejurus kemudian ada pesan masuk. Aku membukanya.
Aku sedang bersama Diana. Bukankah Kamu menyuruhku untuk berteman dengannya? Puas?!
Di bawah pesan itu terkirim beberapa foto Khansa dan Diana. Aku lega melihatnya. Setidaknya Khansa maupun Diana baik-baik saja.
"Kemana kita Pak?"
"Perusahaan selanjutnya."
"Baik Pak." Mobil melaju ke perusahaanku yang lain. Aku membuka galeri ponsel. Kumpulan foto Khansa tampak bertebaran. Memory ponsel ratusan giga dipenuhi dengan puluhan ribu foto Khansa, hasil menguntitku selama ini. Bila Khansa mengetahui hal ini, dia pasti syok. Khansa akan tahu bahwa aku menguntitnya selama ini. Wanita itu pasti akan lebih membenciku.
Aku menscroll foto-foto itu. Setiap melihat foto-fotonya membuat hatiku menghangat. Tiba-tiba Aku ingat, Aku belum menghubungi Dino. Pria itu belum tahu mengenai pernikahanku. Karena terlalu sibuk dengan Khansa, aku melupakan sahabatku sendiri. Aku mulai menghubungi Dino. Pada deringan pertama, pria itu mengangkat panggilanku.
"Akhirnya Big Boss meneleponku juga. Gimana kabarmu Nguk? Sudah lama aku nggak denger kabarmu. Gimana kabar Kak Aaron?"
"Aku baik-baik saja. Kondisi Aaron masih belum ada perubahan. Dia masih di Singapura. Kamu telepon cuma mau nanyain hal itu?"
"Nggak. Aku cuma mau mastiin, temenku masih hidup apa udah mati. Lama dia nggak ada kabar. Syukur deh ternyata masih hidup."
"Kampr*t. Gimana kabarmu C*k? Ada kabar apa?"
"Kabar nggak penting Nguk. Kalau Big Boss nggak sibuk, mohon kiranya bisa hadir di pernikahanku..."
"Hah?! Apa aku nggak salah denger? Coba ulangi, kamu mau apa?!"
"Aku mau nikah. Puas?!"
"Emang ada yang mau sama kamu?! Jangan bercanda deh C*k."
"Aku nggak lagi bercanda Nguk. Aku kirim undangannya deh. Acaranya dimulai besok. Datang ya."
"Hah?"
"Bentar, aku kirim." Aku menunggu beberapa saat. Benar saja, semenit kemudian ada notif pesan masuk dari Dino. Pesan itu berisi undangan pernikahannya yang akan diadakan besok.
"Gila!! Kamu bener-bener mau nikah C*k?! Wanita gila mana yang mau sama kamu C*k?!"
"A*u. Mulut dijaga. Gini-gini masih banyak yang minat sama aku Nguk. Udah nggak kehitung berapa anak orang yang udah aku perawanin. Emang kamu? Ganteng sih ganteng, tapi percuma dong kalo masih jaka, hahaha!!" Dino tertawa puas. Aku tersenyum simpul. Andaikan dia ada didekatku, aku pasti sudah mengeplak kepalanya.
"Kamu salah C*k. Aku juga udah merawanin anak orang. Alex junior ini udah ngerasain hangatnya..."
"Hahaha... Kalo mau bohong tuh yang realistis dikit dong Nguk. Aku tau kamu tuh masih suci. Otak dan tubuhmu kan sudah dipenuhi sama Khansa, mana mungkin Kamu mau nyentuh wanita lain, hahaha..." Dino tertawa puas. Aku semakin ingin mengeplaknya. Tapi aku punya balasan lain untuk membungkam mulut penuh hinaan itu.
"Aku akan mengirim buktinya C*k. Tunggu." Aku mematikan panggilan dan mulai mencari-cari di galery. Selama beberapa hari menikah dengan Khansa, selain memiliki kebiasaan menatap Khansa ketika tidur, kebiasaanku yang lain adalah memfotonya. Terkadang Aku memfoto Kami berdua ketika posisi dia sedang berada di pelukanku.
Aku memilih salah satu foto yang menunjukkan Khansa berada di pelukanku, sementara aku mencium keningnya. Kemudian aku juga memilih foto lain, yang menunjukkan tubuh Khansa full body, sehingga perutnya yang membesar terlihat dengan jelas. Aku melingkari bagian perut Khansa yang membuncit. Aku mengirim kedua foto itu dengan caption yang berbeda.
Caption pertama berisi, "Dia tidur di pelukanku. Kami habis melakukan olahraga malam." Caption kedua berisi, "Ini hasil karyaku. Setidaknya aku maju satu langkah darimu, C*k."
Tidak sampai semenit, teleponku kembali berdering. Dino kembali meneleponku. Aku mengangkat panggilan itu.
"Gila!! Gila Nguk!! Kamu beneran sama Khansa?! Bagaimana ceritanya? Sejak kapan kalian bersama? Kenapa Khansa sudah hamil besar? Bukannya baru beberapa minggu yang lalu kamu bingung mencarinya?! Ceritakan semuanya Nguk!! Edan!! Edan!!" Suara Dino terdengar berapi-api. Ada nada keterkejutan dan ketidakpercayaan. Aku menanggapinya dengan tertawa terbahak-bahak. Entah mengapa aku merasa senang karena telah selangkah lebih maju darinya.
"Aku tidak sepengecut yang kamu pikirkan C*k. Gerakanku pelan namun pasti. Terbukti kan, dengan sekali gerakan aku sudah bisa menjadikannya milikku. Kamu bangga kan C*k? Temanmu ini berhasil..."
"Iy Nguk!! Aku bangga!! Aku bener-bener bangga!! Aku pikir selamanya akan melihat temenku jadi bujang lapuk. Bener-bener nggak nyangka Nguk!! Kamu berhasil dapatin Khansa. Sumpah, Aku bener-bener bangga!! Dasar sampah mesum ini!! Ceritakan semuanya padaku!!" Aku pun menceritakan semua kejadian di malam reuni itu. Khansa yang menghilang setelahnya dan rencanaku untuk mencarinya, serta pertemuan tak sengaja kami di kota Malang.
"Beruntung kamu Nguk. Bener-bener beruntung!! Aku bangga Nguk. Bawa dia ke pernikahanku besok ya. Aku nggak sabar melihat kalian bersama. Aku bener-bener bahagia untukmu, sahabatku..." Suara Dino terdengar serak dan gemetar. Karena terlalu terharu dan bahagia untukku, Dino sampai menangis. Perasaanku benar-benar tersentuh. Dino adalah orang yang paling mengetahui perjuanganku untuk mendapatakan Khansa. Hanya Dino yang tahu betapa besarnya perasaanku untuk wanita itu. Dino, sahabat seperjuanganku.
"Iya Din, besok aku akan membawanya."
***
Happy Reading 🙏
anw, aku dari 2025 yah. kangen Alkha.
tapi ada yg lucu..
pov nya tukang telur gulungg/Facepalm//Facepalm/..
ada² aja yg nulis novel ini..
ampe nasib telor gulung pun di tulis.