Alana tidak pernah menyangka bahwa satu malam di kamar nomor delapan ratus delapan akan menukar seluruh masa depannya dengan penderitaan. Di bawah pengaruh obat yang dicekoki saudara tirinya, dia terjebak dalam pelukan Kenzo Alfarezel, sang penguasa bisnis yang dikenal dingin dan tidak punya hati.
Sebulan kemudian, dua garis merah pada alat tes kehamilan memaksa Alana melarikan diri, namun kekuasaan Kenzo melampaui batas cakrawala. Dia tertangkap di gerbang bandara dan dipaksa menandatangani kontrak pernikahan yang terasa seperti vonis penjara di dalam mansion mewah.
Kenzo hanya menginginkan sang bayi, bukan Alana, tetapi mengapa tatapan pria itu mulai berubah protektif saat musuh mulai berdatangan? Di tengah badai fitnah dan rahasia identitas yang mulai terkuak, Alana harus memilih antara bertahan demi sang buah hati atau pergi meninggalkan pria yang mulai menguasai hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Melarikan Diri Dalam Ketakutan
Keadaan menjadi semakin mencekam saat Kenzo mengeluarkan sebuah dokumen rahasia yang berisi perintah untuk membawa Alana pergi dari rumah itu selamanya. Alana menatap lembaran kertas di depan matanya dengan tubuh yang bergetar hebat karena merasa kebebasannya baru saja dirampas secara paksa.
Dokumen itu menyebutkan bahwa ayah Alana telah setuju untuk menyerahkan tanggung jawab pengawasan putrinya kepada keluarga Alfarezel sebagai ganti penghapusan utang bisnis. Alana merasa dunia di sekelilingnya seketika runtuh saat melihat tanda tangan ayahnya yang tertera sangat jelas di atas materai tersebut.
"Ayah, bagaimana bisa Ayah menjualku kepada pria ini hanya demi menyelamatkan perusahaan?" tanya Alana dengan suara yang sangat parau.
Ayahnya hanya mampu memalingkan wajah karena tidak sanggup menatap mata putrinya yang mulai banjir dengan tetesan air mata kepedihan yang sangat mendalam. Maya berdiri di sudut ruangan sambil tersenyum penuh kemenangan karena rencana jahatnya untuk menyingkirkan Alana dari rumah itu akhirnya berhasil sepenuhnya.
Kenzo melangkah mendekat dengan aura yang sangat dingin lalu mencengkeram pergelangan tangan Alana hingga wanita itu meringis kesakitan yang luar biasa. Dia tidak membiarkan Alana untuk mengambil barang-barang pribadinya dan langsung menyeret wanita itu menuju pintu depan yang terbuka lebar.
"Bawa dia masuk ke dalam mobil dan pastikan tidak ada satu pun orang yang bisa mendekatinya!" perintah Kenzo kepada para pengawal pribadinya.
Alana mencoba melepaskan diri dari cengkeraman tangan Kenzo yang sangat kuat namun tenaganya sama sekali tidak sebanding dengan kekuatan pria perkasa tersebut. Dia meronta-ronta sambil memanggil nama ayahnya namun pintu mobil mewah berwarna hitam itu segera ditutup dengan sangat rapat dan sangat kencang.
Di dalam mobil yang melaju sangat cepat, Alana hanya bisa meringkuk di sudut kursi sambil memeluk kedua lututnya dengan perasaan yang sangat hancur berkeping-keping. Aroma maskulin dari tubuh Kenzo yang duduk di sampingnya kembali memenuhi indra penciumannya dan memicu rasa trauma atas kejadian malam terkutuk itu.
"Kenapa kau melakukan semua ini padaku padahal kita baru pertama kali bertemu semalam?" tanya Alana di tengah isak tangisnya yang memilukan.
Kenzo tetap diam membisu sambil menatap lurus ke arah jalanan yang sangat panjang tanpa memberikan sedikit pun belas kasihan kepada wanita di sampingnya. Rahangnya tampak mengeras dan tatapan matanya tetap setajam elang seolah sedang memikirkan rencana besar yang akan segera dia laksanakan.
Alana menatap jendela mobil yang terkunci otomatis lalu menyadari bahwa dia benar-benar telah masuk ke dalam lubang harimau yang sangat mengerikan. Dia merasa perutnya kembali bergejolak hebat namun dia berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa mual yang terus-menerus menyerang pusat kesadarannya.
Mobil mewah itu akhirnya memasuki sebuah kawasan hutan yang sangat sunyi dan berhenti tepat di depan gerbang besi raksasa yang dijaga sangat ketat. Alana menyadari bahwa tempat ini bukan sekadar rumah biasa melainkan sebuah penjara mewah yang sengaja disiapkan Kenzo untuk mengurung dirinya.
"Turun sekarang atau aku akan memerintahkan anak buahku untuk menggendongmu secara paksa masuk ke dalam mansion!" ancam Kenzo dengan suara bariton yang sangat menakutkan.
Alana melangkah keluar dengan kaki yang terasa sangat lemas dan pandangan mata yang mulai berkunang-kunang karena rasa lelah yang luar biasa hebat. Dia tidak menyadari bahwa di balik kemegahan mansion tersebut ada sebuah rahasia besar tentang kehamilannya yang sebentar lagi akan terungkap ke permukaan.
