NovelToon NovelToon
Ujug-ujug Punya Tiga Suami

Ujug-ujug Punya Tiga Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Satu wanita banyak pria / Harem / Mengubah Takdir
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mega Biru

Duit tinggal ceban, aku ditawarin kerja di Guangzhou, China. Dengan tololnya, aku menyetujuinya.

Kupikir kerjaan itu bisa bikin aku keluar dari keruwetan, bahkan bisa bikin aku glow up cuma kena anginnya doang. Tapi ternyata aku gak dibawa ke Guangzhou. Aku malah dibawa ke Tibet untuk dinikahkan dengan 3 laki-laki sekaligus sesuai tradisi di sana.

Iya.
3 cowok itu satu keluarga. Mereka kakak-adik. Dan yang paling ngeselin, mereka ganteng semua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mega Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Hendak membuka pintu mobil, niatku untuk kabur langsung urung saat melihat beberapa orang keluar dari rumah besar di depan sana.

Rumah di depanku itu bangunannya lumayan besar. Terdiri dari dua lantai, dinding luar tampak dibuat dari batu gunung berwarna cokelat kemerahan yang dipadukan dengan kayu gelap. Bagian jendela dan pintunya pun dihias dengan cat warna merah, emas, dan biru tua.

Sedangkan atapnya tampak lebar dan datar, seperti bangunan biara. Di beberapa sudut atap pun terdapat bendera yang berkibar ditiup angin, lalu terdapat ornamen ukiran yang terbuat dari kayu berbentuk awan, naga, dan bunga teratai.

Halamannya tampak luas seperti lapangan kecil dengan batu halus. Ada pagar kayu dan bendera warna-warni, mobil-mobil besar 4WD pun terparkir rapi, tanda keluarga ini bukan keluarga biasa. Namun ada bikin salfok, di sekitar sini banyak hewan mirip kerbau berwarna putih dan hitam yang ukurannya sangat jumbo.

“Jangan kabur ya, Ca. Kamu gak bisa ke mana-mana. Surat-suratmu sama aku semua. Kamu juga gak punya uang buat balik ke Indonesia.” Deti menahan lenganku.

“Det-”

Belum sempat aku menjawab, aku melihat orang-orang di depan rumah itu melangkah ke arah mobil kami. Entah siapa mereka. Ada yang pakai pakaian tradisional, ada juga yang berpakaian biasa. Mereka semua menatap mobil kami seperti melihat paket dari luar negeri.

“Mereka siapa?” Aku pun melihat seorang wanita tua duduk di kursi roda, dengan syal wol berwarna merah yang melilit lehernya.

“Yang di kursi roda itu calon ibu mertua kamu. Yang lainnya hanya kerabat.”

“Ibu mertua?!” Aku terkejut.

“Iya, mereka keluarga Dorjen. Keluarga yang paling terpandang di sini. Ke tiga calon suami kamu tinggal punya ibu aja. Ayah-ayah mereka sudah meninggal lama. Dan ibu yang di kursi roda itulah yang minta aku carikan istri untuk ketiga putranya.”

Jantungku berdebar kuat, sangat sakit mendengar Deti yang berbohong sejauh itu.

“Kamu bilang ayah-ayah mereka? Apa ibu itu punya suami banyak juga?” tanyaku.

”Tentu, itu kan sudah budaya di sini. Calon ibu mertuamu juga dulunya menikah dengan 4 bersaudara.”

”Empat?” Aku lebih terkejut lagi.

“Ya, tapi itu gak penting sekarang.” Mimik Deti lebih serius. “Kamu harus tau siapa calon suamimu. Salah satu dari mereka namanya Sonam, dia anak pertama. Yang ke dua namanya Tenzin, dia anak ke dua. Dan yang terakhir namanya Norbu, dia anak bungsu. Mereka itu tiga bersaudara keluarga Dorjen, keluarga yak baron terkaya di Tibet.”

“Yak baron?”

Deti mengangguk. “Yak baron itu Raja yak. Atau bisa disebut konglomerat peternakan yak.“

“Peternakan Yak? Yak itu hewan?”

“Benar. Yak itu hewan besar khas Tibet. Seperti itu.“ Deti menunjuk hewan berbentuk kerbau, berwarna putih, bulunya tebal, tanduknya besar, badannya pun sangat jumbo dan macho, yang kulihat tadi.

“Hewan yak itu hewan yang mirip sapi penghasil daging, susu, bulu, kulit, dan pokoknya, yak itu hewan kebanggaan orang Tibet,” sambung Deti.

“Gitu doang?” Aku mendengus.

“Jangan salah, Ca. Gitu-gitu hasil duitnya banyak. Belum lagi mereka punya ladang ratusan hektar. Peternakan mereka pun bukan peternakan kecil. Mereka punya ribuan yak, punya pabrik pengelola susu yak, mentega yak, dan keju yak, ditambah bisnis wol yak. Uang mereka gak akan habis tujuh turunan. Orang-orang sini hormat banget sama mereka,” tambahnya lagi.

“Wah kaya banget, ya?” Aku tertawa. “Kalo gitu kamu aja gih yang nikah sama mereka. Hutang 2 milyarmu gak ada apa-apanya buat mereka, kan?”

“Aku punya suami dan anak, Ca.”

Aku tertegun.

TOK! TOK! TOK!

Seseorang mengetuk kaca mobil.

Aku terkejut saat melihat 2 orang laki-laki yang menunggu di luar mobil. Mereka pun berbicara menggunakan bahasa yang sama sekali gak kumengerti.

“Apa katanya?” tanyaku pada Deti.

“Mereka suruh kita keluar,” jawab Deti tenang, seolah gak ada adegan penculikan yang sedang berlangsung.

Tubuhku langsung tegang. “Apa mereka calon suamiku?” Mataku kicep melihat 2 bapak-bapak berpakaian adat itu.

“Bukan.” Deti membuka pintu mobil. “Ayo kita turun.”

Sudah pasti aku ketakutan. Selintas mulai terbesit untuk kabur, tapi saat aku menggeser duduk sedikit, dua tangan bapak itu langsung mence ngkeram pergelangan tanganku.

“Ini calon menantu keluarga Dorjen?” kata bapak-bapak itu menggunakan bahasa aneh, aku sampai tak mengerti apa yang mereka katakan.

“Benar,” jawab Deti menggunakan bahasa yang tak kumengerti juga.

“Lepasin!” sentakku sambil memberontak.

Namun mereka gak menggubris apa yang kukatakan. Mereka hanya bertukar pandang, lalu menyeretku pelan, belike karung beras premium yang harus dipindah ke gudang.

“Detiii! Tolongin!” Suara panikku menggema di halaman rumah besar itu.

Deti menghela napas sambil mengikuti dari belakang. “Cica, jangan heboh. Mereka cuma mau bawa kamu masuk.”

“DETI BHANGSAT!!” teriakku emosi.

“Sssstttt ....”

Ibu tua di kursi roda menyuruhku diam. Dua bapak-bapak di sampingku pun tetap meny eretku, melewati pintu kayu besar rumah itu.

Begitu masuk rumah, suasananya langsung berubah. Entah lah, aku sulit mendeskripsikannya. Yang jelas rumahnya tu ngelasik banget.

“Duduk, Ca,” titah Deti. Dua bapak-bapak yang menarikku pun mendudukkanku di kursi panjang dengan kasar.

“Pelan-pelan anj!” protesku, tapi tentu saja mereka gak mengerti.

Tak lama, seorang kerabat mendorong kursi roda yang dihuni oleh wanita tua tadi. Wajah ibu-ibu itu keriput, tapi matanya tajam, kayak bisa menerawang seluruh masa depan.

“Santai aja, Ca.” Deti duduk di sampingku.

“Santai matamu!” ketusku.

“Nyonya, ini gadis yang saya carikan. Bagaimana? Suka?” Deti berbicara menggunakan bahasa Tibet yang gak kumengerti.

Ibu tua itu menatapku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tatapannya lama, dalam, kayak lagi milih bawang di pasar. Lalu, ia pun mengangguk, dan menjawab menggunakan bahasa Tibet.

“Dia suka kamu, Ca!” kata Deti.

“Suka?”

Aku tercengang, ibu tua itu pun kembali berbicara pada Deti menggunakan bahasa Tibet.

“Ya, dia bilang kamu cocok untuk ke tiga putranya,” translate Deti.

”DETI ANJ!” teriakku.

”Ca, jangan teriak-teriak.”

Aku gak peduli. Namun saat kuperhatian orang-orang di sekeliling, aku gak lihat pria lain selain bapak-bapak yang menyeretku tadi.

”Cowok-cowok gila itu mana?!” tanyaku emosi, setengah penasaran.

”Cowok gila siapa, Ca?” tanya Deti.

“Tiga cowok gila itu. Yang kata kamu mau jadi calon suamiku.”

Deti menerjemahkan cepat, bertanya pada ibu tua di kursi roda. Ibu tua yang katanya calon mertuaku itu pun menjawab dengan bahasa Tibet lagi.

“Katanya mereka masih di peternakan, Ca,” translate Deti.

Aku mendengus kesal. “Bisa-bisanya aku mau nikah sama orang peternakan? Mau sekaya apa pun pasti baunya bau kambing.”

”Ca--” Ucapan Deti terhenti saat melihat 3 unit mobil mewah yang berhenti di halaman rumah.

Entah mengapa jantungku semakin berdebar. Di sana, aku melihat 3 orang pria keluar dari mobil masing-masing, 3 pria itu pun sama-sama memiliki tubuh tinggi dan kekar. Setelah kuselidik, mereka juga memiliki wajah yang sangat tampan.

”Nah, akhirnya datang juga.” Deti tersenyum lega. ”Mereka calon suami kamu, Ca. Gimana? Ganteng-ganteng, kan?”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!