Larasati , seorang gadis desa yang lugu dan sederhana, harus menghadapi takdir pahit ketika sepupunya, Gea, kabur di hari pernikahannya dengan seorang pria kaya bernama Nathan karena hamil dengan lelaki lain.
Orang tua Gea, yang merasa posisi perusahaan mereka terancam bangkrut jika pernikahan ini sampai gagal dan membuat keluarga Pratama malu, memaksa Laras, keponakannya untuk menggantikan posisi Gea sebagai pengantin.
Nathan, yang merasa tertipu dan marah, terpaksa menerima pernikahan itu demi menjaga nama baik keluarganya, meskipun hatinya dipenuhi kebencian pada Laras yang dianggap sebagai biak kerok yang menyebabkan Gea kabur di hari pernikahan mereka.
Intrik dan persaingan dalam perebutan kekuasaan di keluarga Pratama menyeret Laras kedalam pusaran kekacauan yang tiada henti.
Akankah Laras bisa menanggung semua ini?
Menjalani pernikahan tanpa cinta dengan suami yang hatinya masih terpatri nama orang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETEGANGAN
Begitu Laras keluar dari ruangan Gerry, Nathan langsung membawa istrinya itu pulang. Didalam mobil, dia menatap tajam Laras. "Apapun yang papi katakan, hal itu sama sekali tak akan mengubah pendirianku untuk menjadikan pernikahan ini hanya sebagai formalitas dan kamu harus bersiap menyerahkan posisi itu ketika Gea kembali".
Laras yang sudah jengah mendengar perkataan kasar dan sikap penuh percaya diri Nathan, balik menatap suaminya itu tajam.
"Sesuai kesepakatan, kita tak mencampuri urusan pribadi masing-masing orang dan apa yang aku bicarakan dengan papimu, sama sekali tak ada hubungannya denganmu jadi jangan terlalu percaya diri. Lagi pula, ketika Gea dan anak haram yang dilahirkannya kembali, aku akan dengan senang hati pergi dari sini", ucap Laras tak kalah sinis.
Nathan mengertakkan giginya, "Jangan memfitnah Laras!", ucapnya penuh emosi.
Laras yang melihat kemarahan Nathan, berusaha untuk memprovokasinya. "Sebaiknya tuan muda Pratama melihat ini, baru menyimpulkan apa yang aku ucapkan salah atau tidak", ucap Laras yang langsung mengirimkan sebuah video mengenai percakapan Gea bersama kedua orang tuanya.
"Jika masih tak percaya sebaiknya kamu tanyakan kepada tuan Seno dan ibu Hartati karena merekalah aku harus menderita dan menjadi korban disini demi keegoisan anaknya!".
Setelah mengatakan hal itu, Laras segera menutup kedua matanya, enggan untuk meladeni Nathan yang memiliki mulut tajam dan pedas.
Melihat Laras tampak tak ingin lagi berbicara dengannya, Nathan hanya mendengus kesal dan segera memasang airphonde di telinganya dan membuka video yang Laras kirim ke emailnya.
Suasana di dalam mobil yang sunyi dan penuh ketegangan akhirnya berakhir ketika sedan hitam itu memasuki pekarangan sebuah hunian mewah dua lantai.
Laras yang menyadari jika sudah sampai rumah ketika mobil berhenti berjalan segera membuka mata dan keluar dari dalam mobil, masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan Nathan yang masih terdiam membeku ditemmpatnya setelah melihat dua video yang Laras kirim.
Satu video yang merupakan antara kekasihnya itu dengan kedua orang tuanya yang tampaknya tak sengaja terekam karena disana dapat dia lihat jika Seno tiba-tiba mengambil ponselnya dan memainkan aplikasi lain tanpa tahu jika perekamnya masih menyala hingga percakapan mereka pun semua terdengar oleh Nathan meksi wajah mereka tak bisa terlihat.
Sementara video satunya merupakan pergulatan panas antara kekasihnya itu dengan pria yang tak terlalu jelas wajahnya dimana selama pergumulan Gea tak berhenti mengatakan jika pria itu lebih hebat dan lebih segalanya dari dirinya yang merupakan kekasih hatinya, membuat Nathan sangat kecewa dan sakit hati karena tak menyangka jika Gea akan memiliki pemikiran seperti itu mengenai dirinya.
.
.
.
Keesokan paginya,
Meski tinggal dirumah sendiri, tapi Pratiwi hampir tiap hari datang ke rumah Nathan untuk merecoki kebahagiaan menantu yang tak diinginkannya.
Seperti hari ini, pagi-pagi sekali Pratiwi datang kerumah putra sulungnnya itu. Melihat jika Laras hendak pergi sementara dimeja makan Nathan sarapan sendiri, mulut Partiwi pun mulai usil.
“Mau kemana kamu? Bukannya pagi-pagi itu masak dan menyiapkan sarapan untuk suami, ini malah ingin pergi kelayapan!”, hardik Pratiwi ketus.
Laras yang tak ingin memainkan drama karena dia harus menyiapkan tenaga untuk menghadapi kliennya yang cukup cerewet tapi royal setelah ini, hanya mengeluarkan lembar perjanjian yang sudah di foto copy lumayan banyak sebagai persiapan jika hal ini terjadi.
“Silahkan tante baca point-point yang putra kesayangan tante buat. Disini saya hanya diperbolehkan untuk menumpang tidur tanpa diperbolehkan makan dirumah. Dan saya keluar ini bekerja, bukan kelayapan karena anak tante yang katanya kaya itu tak bisa menafkai saya sehingga saya harus mencari uang sendiri untuk menghidupi diri saya sendiri”, ucap Laras sambil memberikan lembaran perjanjian pernikahan ke tangan Pratiwi.
Melihat Pratiwi mendelik dan ingin kembali berkomentar, Laras pun segera mengangkat tangannya.
“Jika tante merasa tidak puas, tante bisa menghitung sewa kamar yang saya gunakan pebulan, juga listrik dan air yang saya pakai selama tinggal disini. Nanti setiap bulan biaya sewa saya tinggal akan saya transfer ke rekening tante. ok”, ucap Larasati menambahkan sambil memberikan kode dengan tangan sebelum berbalik dan segera keluar dari dalam rumah.
Pratiwi yang masih terkejut dan sedikit bingung segera membawa lembaran kertas fotocopi perjanjian yang diberikan Laras kepadanya, sambil duduk dan membacanya.
“Ini? kamu yang membuat perjanjian ini?”, tanya Pratiwi dengan ekpresi terkejut karena tak menyangka jika anaknya akan bertindak sejauh ini.
Dia memang tak suka dengan Laras karena dianggap telah merebut posisi menantu kesayangannya,Gea. Tapi dia juga tak berharap anaknya akan memperlakukan Laras seburuk ini.
Nathan yang merasa jika perjanjian yang dibuatnya memang sangat keterlaluan hanya mengangkat bahunya acuh, karena hari itu dia butuh pelampiasan dan kebetulan Laras menjadi sasarannya.
Semua sudah terjadi, dan Nathan juga tak ingin menarik perjanjian itu karena dia ingin membuat Laras tak betah tinggal bersama dengannya.
Apalagi setelah melihat video yang Laras kirimkan semalam, moodnya pun menjadi sangat burik hingga dia hanya merespon asal.
Pratiwi yang melihat anaknya tampak cuek seolah apa yang dia ucapkan tak penting pun kembali bersuara untuk mengingatkannya.“Meski mami juga tak suka dengan Laras, tapi juga tak begini caranya Nathan. Jika sampai ada yang tahu mengenai hal ini, bukankah ini akan sangat merugikanmu”.
Mendengar ucapan sang mami, hati Nathan pun juga merasa was-was. Jika sampai hal itu tersebar, terutama sampai dipegang oleh anggota keluarga Pratama yang lain, maka akan menjadi boomerang.
Seorang calon ahli waris utama keluarga Pratama, bukan hanya tak mampu menafkai istrinya tapi juga melarang istrinya menggunakan semau fasilitas yang ada di rumahnya serta melarangnya makan dirumah merupakan hal yang bisa mencoreng nama baiknya dan kemampuan finansialnya pasti akan dipertanyakan karena dianggap tak mampun menghidupi seorang gadis yang berstatus sebagai istrinya padahal para sepupunya bahkan sering menghambur-hamburkan uang diluar hanya demi gengsi dan harga diri.
“Aku akan mencoba berbicara dengannya nanti agar masalah ini tak menjadi besar”, ucap Nathan dengan nada enggan.
Pratiwi hanya bisa menghela nafas berat melihat sikap acuh sang anak, “Sebaiknya kamu ubah isi perjanjian itu. sebanyak apa sih yang bisa gadis udik itu hambur-hamburkan. Apalagi soal makan dirumah, masa hanya makan yang tak menghabiskan beras satu kilo saja kamu larang”.
Nathan yang moodnya tengah memburuk dan sedang malas menanggapi ocehan Pratiwi pun segera bangkit dari tempat duduknya. “Aku pergi dulu mi ”, ucap Nathan sambil menciup punggung tangan sanga mami.
Pratiwi hanya bisa menghembuskan nafas dengan kasar melihat sikap anak pertamanya itu.
Ditatapnya lagi perjanjian pernikahan itu dengan perasaan rumit. Karena tak ada orang dirumah, Pratiwi pun melangkah pulang kembali kerumahnya dengan hati gelisah.
Niat awal ingin memperingatkan menantunya malah sekarang dia yang mendapatkan peringatan keras seperti ini.
“Aku harus membicarakan hal ini kepada papi sebelum semuanya menjadi besar”, ucap Pratiwi sambil melangkah masuk kedalam mobil dan melesat pergi menuju kantor untuk menemui suaminya.
.
.
.
Di kantor Pratama Group, Nathan yang sejak semalam moodnya sangat buruk membuat semua staf yang ada dibawahnya dibuat ketakutan dan kualahan menghadapi tuntutannya.
Tak ada satu hal pun yang lolos dari amukan Direktur Pratam Group tersebut, semua meeting yang dihadirinya penuh dengan ketegangan dan berkahir dengan banyaknya revisi yang harus anak buahnya kerjakan.
“Jangan-jangan, pak Nathan ini tak mendapat jatah dari istrinya, makanya dia marah dan melampiaskannya ke kita”, ucap salah satu karyawan dengan wajah geram karena laporan yang dibuatnya setelah bekerja lembur selama dua hari ini, dibuang begitu saja ke tempat sampah setelah dilirik sekilas.
Salah satu rekannya yang ada didalam lift bersamanya, berusaha mengingatkan, “Hust! Kamu jangan sekali-kali menyinggung pernikahan pak Nathan jika tidak ingin angkat kaki dari perusahaan ini”
Karyawan yang tadi tampak marah dan kecewa itu pun langsung terdiam ketika dia kembali mengingat rumor jika pernikahan bosnya itu gagal. Bukan gagal menikah tapi calon pengantin perempuannya kabur di hari pernikahan sehingga harus menikah dengan pengganti pengantin perempuan untuk menyelamatkan wajah keluarga Pratama.
Meski sudah diredam, tapi rumor panas ini masih saja berhembus dan dibicarakan banyak orang.
Apalagi kabar yang mengatakan jika calon istri Nathan yang kabur dengan selingkuhannya itu tengah hamil, tentu saja membuat banyak orang penasaran karena tak menyangka jika pria seperfeck Nathan, yang tampan dan kaya ternyata juga tak membuat seorang wanita puas hingga selingkuh sampai hamil, sehingga topic itu masih saja menjadi bahan pembicaraan semua orang meski dilakukan secara diam-diam.
Satria yang mendengar kasak-kusuk karyawan setelah selesai meeting, tersenyum puas dalam hati.
Taktiknya untuk menyebarkan aib Nathan ini, tampaknya berhasil setelah melihat jika sepupunya itu tampak tak fokus beberapa hari terakhir setelah berhasil menikah.
Nathan yang biasanya dikenal tegas dan sangat tenang, kini hanya masalah sepele sudah bisa menyulut emosinya.
Beberapa kali meeting yang diadakan penuh ketegangan, para karyawan yang tidak bersalah pun turut menjadi imbasnya akibat suasana hati Nathan yang buruk.
Hal itu membuat penilaian para karyawan terhadapnya pun mulai berubah. Dan efek inilah yang memang Satria harapkan.
“Jika aku tak bisa mendapatkan posisi pewaris utama itu maka jangan harap Nathan dan keluarganya bisa hidup dengan tenang”, guman Satria dalam hati.
thanks teh
😍💪
thanks mbak 🙏😍💪