NovelToon NovelToon
Belenggu Terindah

Belenggu Terindah

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Cintamanis
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: wasabitjcc

Ilya Perry-Ivanova menikahi Nicholas Duncan hanya untuk satu tujuan: melarikan diri dari sangkar emas neneknya yang posesif.

Tapi Nicholas Duncan, sang pecinta kebebasan sejati, membenci setiap detik dari pernikahan itu.
Tujuannya Nick hanya satu: melepaskan diri dari belenggu pernikahannya, yang mana berarti Ilya. Istrinya yang paling indah dan jelita.

Ketika satu pihak berlari ke dalam ikatan itu, dan pihak lain mati-matian berlari keluar, mampukah mereka selamat dari perang rumah tangga yang mereka ciptakan sendiri?

×wasabitjcc

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wasabitjcc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. Eddy

Sejatinya, Eduard Perry-Ivanov tidak begitu menyukai keputusan Ilya yang tiba-tiba ingin menikah, dan di antara seluruh penghuni bumi, Ilya malah mau menikah dengan sahabat dekatnya—Nick Duncan.

Eddy sempat terheran-heran ketika Baba memanggilnya pulang, tapi ketika mendengar cerita Baba tentang Ilya, Eddy tidak hanya heran, tapi nyaris jantungan. Eddy sama seperti Seryozha, menyuarakan keberatan dan kritikan di sana-sini, bahwa Ilya terlalu muda untuk menikah. Dia tidak berpikir panjang, dan blablabla.

Namun, kritikan Eddy diredam oleh Baba Ingrid yang kalau sudah menyangkut cucu perempuannya, selalu overprotektif.

"Ilya mungkin masih muda, tapi itu tidak membuatnya kurang bijaksana dan bodoh. Dia anak yang terdidik dan Baba sudah memastikan dia tumbuh dengan baik, sangat baik dan pantas pula untuk dijadikan istri."

"Tapi Baba, Ilya ingin menikahi Nick karena pria itu tampan. Alasannya tidak menunjukkan kedewasaan sama sekali."

"Cinta bisa turun dari mata ke hati."

Mendengar tanggapan Ingrid yang jelas sekali timpang dan berpihak, Eddy bisa menyimpulkan kalau Ingrid sudah membuat keputusan untuk menikahkan Ilya dengan Nick, tidak peduli bantahan yang Eddy suarakan. Ingrid sudah memihak Ilya, dan di antara mereka semua, keputusan Ingrid adalah mutlak.

"Baba sudah tua, Ed. Baba tidak bisa mengawasi Ilya selamanya. Ayah dan Ibumu menjalani hidup mereka seperti pasangan kasmaran yang tidak punya anak untuk dipikirkan, kakakmu asik dengan buku-buku dan perpustakaannya, kamu asik dengan Amerika, jadi siapa yang bisa menjaga Ilya kalau Baba tidak ada. Ilya butuh suami untuk melindunginya, Eddy."

"Bagaimana kalau Ilya menjaga dirinya sendiri?"

"Wow, Eddy. Mudah bagimu berkata seperti itu sampai kamu tidak memiliki apa-apa selain penyesalan. Kamu mau membuat Baba gentayangan?!"

"Tidak Baba, maafkan aku, aku tidak berpikir panjang." Eddy menarik kembali bantahannya dan menghela napas lesu. Eddy harus menahan diri untuk tidak berucap sembarangan--atau paling parah, keterlaluan kepada Baba Ingrid. Ia tidak boleh melukai hati wanita itu.

"Baiklah, aku mengerti Ilya mau menikah, tapi Baba, kenapa Nick?"

"Apa menurutmu dia buruk?"

Eddy merenungi jawabannya sejenak dan memikirkan Nick sebagai kawan, sebagai rekan, dan sebagai pria.

Apakah Nick layak untuk Ilya, adalah pertanyaan yang mengisi benak Eddy, tapi pertanyaan itu menurutnya tidak tepat. Karena seharusnya, yang ia pikirkan adalah, apakah Ilya pantas untuk Nick?

"Eddy?"

Lamunan Eddy buyar, dan ia menjawab pertanyaan Ingrid dengan serius. "Jika ada pria paling bisa kupercaya untuk menjaga hidupku di dunia ini, Baba, aku akan mempercayakannya pada Nick. Dia lebih baik dari Seryozha. Dia cerdas dan bijaksana. Paling bisa diandalkan."

"Seryozha mengatakan dia angkuh."

"Semua pria Amerika begitu, Baba. Mereka mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, ditambah lagi dia jenius. Dia pasti merasa superior dan lebih baik dari kebanyakan orang, dan memang, dia lebih baik."

"Apa dia bisa melindungi Ilya?"

"Seratus dua puluh persen. Dia sangat jago berkelahi."

"Melindungi bukan hanya dari kekerasan, Eddy." Ingrid membantah Eddy, tapi ia bernapas lega ketika mengetahui kalau Nick adalah pria yang tangguh. "Apa ada kekurangan lain yang mungkin perlu kita khawatirkan?"

"Itu..." Eddy meragu sebentar, tapi ketika mata sayu Ingrid menuntutnya untuk menjawab, Eddy pun mengatakan kebenaran tentang Nick yang jarang orang ketahui, terkecuali kalau mereka dekat dengan pria itu.

"Nick berhati batu, Baba. Aku tidak yakin apakah itu kekurangan atau kelebihan. Aku tidak yakin dia mampu mencintai Ilya. Pria itu tidak percaya pada cinta dan memandang pernikahan sebagai omong kosong."

"Oooh."

"Apa maksud Baba dengan 'Oooh' barusan?"

Ingrid mengendikkan bahu dan memamerkan senyuman. "Baba hanya merasa kalau situasi ini akan menyenangkan."

"Baba tidak berpikir Ilya mampu menakhlukkan Nick, bukan? Ada banyak perempuan yang mencobanya, Baba, tapi tidak ada yang berhasil. Pria itu anti-romantis. Kita mungkin bisa membuatnya menikahi Ilya, tapi aku tidak percaya kalau Ilya akan mampu berbahagia dengannya."

"Jangan mudah menyerah, Eddy. Aku percaya pada ratuku, dia akan mampu menakhlukkan gunung kalau ia mau."

"Jadi Baba akan benar-benar menikahkan mereka?"

Ingrid mengulum senyum, "Kita akan bertemu mereka terlebih dahulu, Jumat nanti, kita semua akan ke Amerika."

...----------------...

Ketika ponsel Eddy berdering dan menunjukkan nama Nick di layar, Eddy sudah siap dengan segala cercaan yang akan mendarat ke telinganya, datang dari Nick yang seratus persen akan menyuarakan protes keras padanya.

Mengambil tempat duduk di sofa tunggal yang terpajang di balkon kamarnya, Eddy pun menjawab panggilan Nick sambil menikmati pemandangan langit sore di Moskow yang menjingga.

"Selamat sore, Nick." Eddy menyapa dengan sopan.

"Sore, Eddy. Meskipun di sini masih pagi. Melihat perbedaan waktu kita, kamu sepertinya berada di Moskow."

"Ah, ya..., aku baru tiba kemarin."

"Sesuatu terjadi, bukan? Di rumahmu maksudku, apa sesuatu terjadi? Kamu tahu sesuatu sedang terjadi, kan?" Nick jelas sekali sangat gatal ingin mencecar Eddy dengan beragam pertanyaan, tapi karena topik itu sensitif dan Eddy adalah pria Rusia yang menghargai tinggi keluarganya, tidak mudah bagi Nick meneriaki Eddy dan memaki keputusan keluarga pria itu yang jujur saja, terlalu gila.

"Sesuatu memang terjadi, Nick. Makanya aku pulang." Sama seperti Nick yang memahami Eddy, Eddy juga memahami Nick yang berusaha sopan kendati sedang kesal bukan kepalang. "Kamu pasti sudah mendengar tentang lamaran Ilya," kata Eddy, tidak mau berbasa-basi lebih lama.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa adikmu serius? Maksudku..., aku? Kenapa aku?"

"Aku ingin menyenangkanmu dengan mengatakan adikku hanya bercanda, tapi sayangnya dia tidak. Lamaran itu serius, Nick. Ilya ngotot ingin dinikahkan denganmu dan Baba setuju padanya."

"Ini konyol. Kamu tahu aku tidak mau menikah, kan. Aku benci pernikahan. Pernikahan bukan untukku. Kamu seharusnya menjelaskan ini pada keluargamu. Buat mereka mengerti kalau pernikahan ini tidak bisa terjadi."

"Aku mengerti kamu tidak menyukai keputusan Ilya, tapi Nick, keluargaku setuju, dan jujur saja..., setelah kupikirkan lagi, kamu cocok untuk Ilya."

"Apa kamu gila?" Nick spontan melupakan kesopanannya. Mana bisa ia mempertahankan kesopanannya ketika lawan bicaranya mengoceh omong kosong. "Eddy, adikmu masih anak-anak. Berapa umurnya? 20 atau 21? Dia terlalu muda untuk menjadi istriku atau istri siapa pun. Apa kamu waras? Kamu menyerahkan adikmu kepada pria yang lebih pantas menjadi ayahnya daripada suaminya."

"Jangan berlebihan Nicholas. Ilya sudah 23 tahun April lalu, kamu..., kamu berapa? 32? Kamu sudah 32 tahun. Kalian hanya selisih sembilan tahun."

"Hanya?"

"Dengarkan aku," tukas Eddy, suaranya melunak teduh. "Tidak ada yang bisa aku katakan, dan tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk menolak pernikahan ini terjadi. Ilya sudah memilihmu dan Baba—, dia menyetujui pilihan Ilya. Ayah dan Ibuku tidak akan begitu memikirkan keputusan Ilya jadi yah..., kamu paham, kan?"

"Apa kamu ingin aku menerima pernikahan ini begitu saja, Eddy?"

"Ini untuk yang terbaik," ujar Eddy, dan entah bagaimana, ia seperti menyelipkan peringatan di suaranya. Peringatan yang berarti, kalau Nick menolak Ilya, lawan kata 'yang terbaik' akan terjadi menimpa pria itu.

"Tidak ada yang baik di sini, Eddy. Kamu menghancurkan hidupku."

"Ilya tidak akan menghancurkan hidupmu. Dia hanya gadis biasa, apa yang bisa ia lakukan memangnya? Kamu akan mencintainya nanti."

"Aku tidak..." Nick tidak melanjutkan ucapannya, atau mungkin, ia menjauhkan telepon agar Eddy tidak mendengarkan umpatannya. Setelah hening beberapa menit, Nick kembali bersuara. "Apakah kamu sudah berbicara dengan adikmu? Maksudku..., kamu tahu mengapa dia tiba-tiba mau menikahiku?"

"Dia bilang kalian pernah berbicara dulu, dan sejak saat itu dia sudah menyukaimu."

"Bicara? Kami? Kapan?"

"Di pohon, apa kamu lupa? Saat pernikahan Anya."

Hening kembali mengambil alih perbincangan mereka.

"Kalau kamu begitu penasaran pada Ilya, kamu bisa menemuinya hari Jumat nanti. Kami akan ke sana. Juga, sebagai teman, aku akan memberimu sedikit solusi kalau-kalau kamu masih ingin membatalkan pernikahan ini."

"Apa?" pertanyaan Nick begitu spontan, sangat tidak sabaran.

Tidak heran, kebebasannya sedang terancam.

"Ilya," kata Eddy. "Kalau kamu bisa mengubah pendapatnya tentangmu, kalau kamu bisa mengubah keputusannya, pernikahan kalian tidak akan pernah terjadi. So, apa pendapatmu?"

"Baiklah, sampai bertemu hari Jumat nanti."

...----------------...

1
carlos cupu
Jangan berhenti menulis, kami butuh cerita seru seperti ini 😍
Cute/Mm
Cerita yang mencairkan hati, romantis abis!
kozumei
Meresap dalam hati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!