Arini gadis 25 tahun menjadi pewaris tunggal . Ayahnya meninggal 1 tahun yang lalu. Arini sejak kecil sudah diasuh oleh ibu tirinya dan juga kedua saudara tirinya. Selam ini keluarganya baik kepadanya dan penuh kasih sayang.
Siapa sangka ternyata di balik semua itu ada rencana, satu persatu kebusukan ibu tirinya dan kedua saudaranya terungkap, Arini mendapatkan pengkhianatan dari kekasihnya dengan adanya perselingkuhan.
Tabiat laki-laki yang dia pikir selama ini mencintainya, juga sudah mulai terungkap ketika Arini memberikan posisi Direktur di Perusahaan.
Arini mulai dicampakkan ketika aset keluarganya memiliki saudara tirinya dan calon suaminya. Arini bahkan dibuang dan mendapat caci maki dari orang-orang akibat jebakan yang dari keluarganya.
Sampai akhirnya Arini kembali bangkit dari keterpurukan untuk membalas semua dendamnya. Dari mengambil seluruh apa yang telah menjadi miliknya dan menjadikan orang-orang yang telah menghancurkannya saling menusuk satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30 Mendapatkan Kembali
Sudah dapat dipastikan Arini cukup kecewa mendengarnya dan memang pasti tidak mudah membuat orang-orang yang ada di meja rapat itu percaya kepadanya dan apalagi sebelumnya Mona sudah mempengaruhi mereka.
"Bagaimana ini? aku memang tidak bisa menjadi Direktur jika sahamku 50% dan 1 orang tidak ada yang ingin membantuku," batin Arini.
"Kau lihat sendiri Arini, jika semua usaha yang kau lakukan hanya sia-sia. Kau sebaiknya ambil saja sahammu dari perusahaan ini dan serahkan perusahaan ini kepada mereka. Jadi jangan pernah kembali bermimpi untuk tetap berada di sini," sahut Mona tersenyum miring.
"Aku sudah mengatakan tidak akan pernah meninggalkan perusahaan ini. Karena aku tidak ingin perusahaan ini hancur di tangan orang yang serakah!" tegas Arini.
"Tetapi percuma saja Anda berada di sini, karena Anda tidak memiliki kepentingan apapun. Anda hanya sekretaris Direktur dan Direktur sekarang juga sudah dilengserkan," sahut Bondan.
"Sementara para pemegang saham di sini tidak ada yang setuju dengan posisi Anda untuk kembali menjadi Direktur dan artinya Anda kalah dalam suara," sahut salah seorang memberi pernyataan.
"Saya Aditya Laksamana Wijaya setuju jika Nona Arini menjadi Direktur di Perusahaan Lexa," semua mata tertuju kepada Aditya saat pria yang sejak tadi hanya diam saja menyimak pembicaraan dan perdebatan itu dan sekarang tiba-tiba mengambil keputusan.
Mona sangat terkejut melihat ke arah calon kakak iparnya itu dan sementara Arini justru tersenyum penuh arti.
"Maksud tuan Aditya apa?" tahta Bondan.
"Saya pemilik saham nomor 2 terbanyak di perusahaan ini, bukankah dengan persetujuan saya, maka posisi Nona Arini akan kembali padanya," jawab Aditya berbicara begitu serius yang membuat para pemegang saham saling melihat satu sama lain.
"Kak Aditya jangan membuat lelucon seperti ini. Ini sangat tidak masuk akal dan bagaimana mungkin Kakak menjadi orang pertama yang setuju dia kembali pada tempatnya!" protes Mona.
"Saya memiliki hak untuk bersuara dan kamu sendiri mengetahui bahwa dia kembali pada tempatnya yang artinya memang posisi itu sejak awal sudah seharusnya menjadi posisinya dan tidak bisa digantikan oleh siapapun," jawab Aditya dengan tegas.
"Kak Aditya tidak bisa memberi kepercayaan begitu saja. Kakak jangan lupa jika Kakak adalah tunangan dari Kak Meisya dan sementara wanita ini...."
"Mona ini adalah perusahaan, saya tidak pernah mengaitkan masalah pribadi dengan pekerjaan. Urusan kalian adalah urusan kalian dan saya di sini sebagai pemegang saham yang berurusan dengan perusahaan, memiliki hak untuk setuju atau tidak," jawab Aditya dengan tegas yang tidak terpengaruh dengan kata-kata Mona dan bahkan tidak ingin mendengarkan Mona berbicara.
"Apa-apaan ini? kenapa semua berantakan seperti ini dan justru Kak Aditya yang menghancurkan semua rencanaku," batin Mona terlihat begitu sangat kesal saat calon kakak iparnya berpihak kepada Arini.
"Terimakasih tuan Aditya sudah memberi saya kesempatan yang penuh dengan kehormatan yang sangat besar," sahut Arini tersenyum lebar kepada Aditya yang ditanggapi Aditya dengan ekspresi datar.
"Saya akan mendatangani persetujuan saya," ucap Aditya ternyata tidak basa-basi mengambil pulpen dan langsung menandatangani berkas-berkas yang memang sudah disiapkan Arini sebelumnya dan harus mendapatkan tanda tangan dari para petinggi di perusahaan itu agar posisinya kembali dan dengan satu tanda tangan Aditya maka semuanya akan selesai.
Mona benar-benar kaget yang tidak menyangka dan bahkan tidak bisa mencegah calon Kakak iparnya itu untuk tidak berpihak kepada Arini.
"Bagaimana untuk para petinggi yang lainnya dan bukankah kalian sudah mendengar sendiri. Jadi kesimpulannya saya kembali menjadi direktur di Perusahaan Lexa dan saya juga tidak butuh suara kalian lagi,"
"Saya sekarang sudah menjadi Direktur kembali dan untuk kalian yang bekerja di perusahaan ini harus kembali mengikuti peraturan saya. Jika tidak suka maka hengkang dari perusahaan ini dan jangan lupa bawa saham kalian yang tidak seberapa itu," ucap Arini tidak segan-segan langsung memberikan pernyataan yang menohok.
Tidak ada kata manis yang dia ucapkan, karena selama ini dia sudah cukup menjadi orang yang sangat baik dan mengalah kepada orang-orang yang tidak tahu diri. Arini akan memperlihatkan ketegasan dan kesombongannya.
Penghuni rapat sudah tidak bisa berkutik lagi, Arini sudah membuat pilihan jika tidak suka hengkang saja. Arini juga sepertinya tidak masalah jika para megang saham harus mengambil saham mereka.
Arini tersenyum penuh kemenangan melihat kepanikan di wajah Mona.
"Bagaimana Mona? Apa kau masih berpikiran bahwa aku adalah Arini yang dulu yang tidak bisa melawan dan lihatlah di depanmu aku berhasil menghancurkan segalanya dan membuatmu tidak berguna seperti ini," batin Arini.
"Sial! aku tidak percaya jika dengan mudah dia kembali mendapatkan posisi itu," umpat Mona dengan tangan terkepal saling menatap tajam dengan Arini.
****
"Kak Aditya!" panggil Arini harus berlari di tengah-tengah heelsnya yang sangat tinggi mengejar Aditya yang ingin memasuki mobil.
Untung saja Aditya menghentikan langkahnya, melihat wanita di depannya itu tampak ngos-ngosan seperti dikejar-kejar.
"Ada apa?" tanya Aditya.
"Terima kasih sudah memberi saya kesempatan untuk berada dalam posisi saya. Jika Kak Aditya tadi tidak bersuara dan maka saya yakin, posisi itu tidak akan saya dapatkan sampai saat ini," ucap Arini dengan tersenyum.
"Kamu tidak perlu berterima kasih seperti itu, Saya hanya menggunakan hak saya untuk bersuara dan saya rasa tidak ada salahnya. Jadi kamu gunakan semua kesempatan itu dengan baik agar untuk ke depannya lebih berhati-hati dan bisa mengembangkan Perusahaan dengan baik," ucap Aditya.
"Pasti Kak Aditya, karena sudah mendapatkan posisi seperti ini. Jadi saya benar-benar akan memanfaatkannya dengan baik," Arini.
Aditya tidak menanggapi lagi.
"Kak Aditya, bagaimana kalau Arini mentraktir Kakak makan, sebagai ucapan terima kasih karena sudah membantu Arini mendapatkan posisi seperti ini," ucap Arini.
"Maaf Arini, saya bukannya menolak permintaan kamu, tetapi saya harus bertemu dengan klien hari ini dan saya tidak bisa," ucap Aditya merasa sedikit tidak enak.
"Tidak apa-apa. Tidak hari ini, maka lain kali berarti bisa. Arini juga tidak ingin memaksa seseorang makan bersama Arini jika dia tidak bisa atau harus terpaksa," jawab Arini.
"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Aditya dan bahkan dirinya berpamitan sembari memegang bahu Arini, membuat mata Arini melihat ke arah tangan tersebut.
Aditya tersenyum kepadanya dan kemudian memasuki mobil. Arini mendadak menjadi patung benar-benar tidak menyangka jika Aditya melakukan itu kepadanya.
"Kenapa jantungku berdebar seperti ini. Arini kamu jangan berpikiran terlalu jauh dan syukur-syukur semua rencana kamu berjalan dengan lancar dan begitu juga dengan tujuan kamu," batin Arini berusaha untuk tenang yang masih saja memegang dadanya.
Ternyata Mona melihat kedekatan Arini dan Aditya dari kejauhan.
"Apa-apaan mereka berdua dan mengapa aku merasa obrolan mereka dan tatapan mata mereka seperti bukan orang biasa. Atau jangan-jangan Arini memang sengaja mendekati Kak Aditya agar mendapatkan posisi ini kembali,"
"Aku sangat yakin. Kak Aditya sudah dapat dipastikan terpengaruh oleh kata-kata wanita itu. Aku tidak bisa membiarkan Arini terus saja menang dan lama-lama aku bisa lengah," umpat Mona dengan tangan terkepal penuh dengan kebencian pada Arini.
Bersambung....