Hong Zhi Shi, seorang putri dari garis keturunan Klan Dewa Pengetahuan. Cantik sudah pasti, karena ia seorang Dewi yang tinggal dialam surgawi. Pintar, tak perlu ditanya lagi, secara Klannya adalah Dewa pengetahuan.
Hidup abadi, cantik, pintar, tinggal dialam surgawi yang semua serba indah dan ada, tentu menjadi anugerah diingini banyak manusia.
Tapi akibat ia menolak lamaran Dewa neraka untuk menjadikannya selir, Hong Zhi Shi dijatuhi hukuman. Ia akan menjalani hidup dialam dunia fana dalam tiga kali masa kehidupan.
Ada banyak misi yang harus ia emban, salah satunya mendapatkan cinta tulus dari seorang pria yang juga ia cintai. Karena hanya dengan itu, Hong Zhi Shi akan kembali bisa hidup dialam surgawi setelah kematiannya didunia fana.
Entah dikehidupan yang keberapa cinta itu akan ia dapatkan, pasalnya sudah enam kehidupan sudha ia jalani. Sekarang dimasa ini, adalah kehidupannya yang ketujuh.
Bagaimana kisah Hong Zhi Shi dikehidupan ketujuh ini..?
Mari ikuti kisahnya..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memutuskan hubungan
Ketegangan masih berlanjut, ayah dan anak berdiri saling menantang dihalaman. Tak ada yang mau mengalah, tak perduli jika apa yang mereka lakukan menjadi tontonan.
"Dari awal aku sudah tidak menyetujui pernikahanmu dengan wanita rendahan ini, tapi kau masih saja membantah. Kau bahkan menolak untuk mengambil selir, dan sekarang lihat apa gunanya istrimu itu..?" tuding nyalang sang kepala keluarga.
Hong Chong Min, usianya lima puluh dua tahun, memiliki tiga putra dan tiga putri dari satu istri dan satu selir.
Keluarga Hong selain memiliki penginapan dan restoran sederhana, mereka juga mempunyai tanah pertanian seluas lima empat hektar.
Putra pertama Hong Chong Lu, pejabat tingkat satu dibiro pertahanan dengan usia tiga puluh dua tahun. Dua putra dan satu putri ia dapat dari istrinya Zhen Nilu.
Putra kedua Hong Chong Xi, berusia tiga puluh tahun. Ia ikut membantu tuan dan nyonya Hong mengelola penginapan. Memiliki dua putra dari sang istri nyonya Xi yang terlahir dari keluarga petani.
Putri ketiga berusia dua puluh delapan tahun, panggil saja nona ketiga Hong. Memiliki satu putra dan dua putri, suaminya memiliki toko kain kecil.
Putri keempat berusia dua puluh tujuh tahun, memiliki tiga putra dan satu putri. Suaminya seorang prajurit diperbatasan utara.
Putra kelima Hong Bing, berusia dua puluh lima tahun. Ia seorang petani yang mengurus lahan keluarga dan baru saja mendapatkan seorang putri. Istrinya Su Zihan anak dari seorang budak juga turut membantu bertani.
Ibunya sendiri selir Mei berasal dari keluarga buruh tani miskin bermarga Jang.
Putri keenam juga dari selir Mei, berusia dua puluh dua tahun dengan dua putra. Suaminya seorang yatim piatu bernama Wang Chun.
Putri keenam Hong Yu Lan, namun semenjak menikah ia berganti marga mengikuti suaminya dan tinggal terpisah.
Hong Bing sebenarnya sangat cerdas dalam hal akademik, ia juga mahir ilmu beladiri. Tapi karena terlahir dari seorang selir, bakatnya selalu dijegal oleh tuan dan nyonya Hong.
Terlebih putra kedua Chong Xi yang terkenal bodoh juga pemalas. Namun berkat statusnya yang terlahir dari istri sah, semua kekurangannya itu selalu ditutupi bahkan dimaklumi.
Kembali kekonflik awal cerita.
Nyonya Hong menatap sinis dengan tangan terlipat didada. Ia berdiri congkak tersenyum miring merendahkan.
"Ibu, anak dan menantu sama saja. Sama-sama tidak berguna, cih..!" ucapnya menghina.
"Jaga bicaramu...! Jangan sampai aku merobek mulut besarmu itu." sambar Yu Lan yang sudah tidak lagi menahan diri.
"Kau yang seharusnya tutup mulut.!" tunjuk tuan Hong "jaga sikapmu."
Semakin angkuh saja lah nyonya Hong "apa ini ajaran ibumu..? tidak punya sopan santun."
"Kau...!" geram Yu Lan yang langsung ditenangkan oleh ibu dan sang suami.
Hong Bing selama ini selalu diam dan patuh ditengah penindasan yang ia dan istri serta ibunya terima. Bukan tak berani melawan, tapi lebih menjaga para wanita yang ia sayangi.
Jika Hong Bing melawan, bukan hanya dia yang dihukum, tapi ibu, adik dan istrinya. Pukulan tongkat bambu serta tak diberi makan, pasti akan mereka dapatkan jika Hong Bing membantah.
"Ceraikan wanita rendahan itu, atau kau pergi dari rumah ini..?" titah tuan Hong.
Hong Bing semakin naik pitam, menatap marah pada sang ayah.
"Baik..! aku akan pergi dari rumah ini." sahut tegas Hong Bing dengan dagu terangkat tinggi.
Tidak apa meninggalkan neraka berkedok rumah itu, mau jadi apa diluaran sana biarlah takdir yang menuntun mereka. Yang penting keluarnya terlepas dari jerat siksaan.
Tuan Hong pun semakin murka, begitu juga nyonya Hong. Mereka tidak menyangka jika Hong Bing akan menjawab seperti itu.
"Jadi kau lebih memilih wanita rendahan tidak berguna ini..?"
"Aku bilang jangan hina istriku." teriak Hong Bing dengan mata merah padam, terhunus nyalang pada tuan Hong.
Semua terjingkat kaget.
"Kurang ajar..!" geram tuan dan nyonya Hong.
"Kau memintaku mengambil selir, tapi kau sendiri tidak bisa berlaku adil kepada selirmu dan anak-anaknya. Lagi pula aku seorang petani yang kau beri lima koin perak setiap bulan, bagaimana aku mau mengambil selir..?"
Bibir tuan Hong terkatup rapat, tak bisa menjawab pertanyaan snag putra.
Sedangkan para tetangga mereka yang menonton peristiwa itu, sudah berbisik-bisik, mengorek tindakan kejam tuan dan nyonya Hong.
Nyonya Hong bersama dua putra dan putri serta para menantu, sudah berwajah pias bercampur kesal. Beraninya Hong Bing mengatakan soal itu.
"Kalau kau pergi dari sini, kau tidak akan medapatkan sepeser pun dan kau juga tidak boleh membawa apapun dari rumah ini." ancam tuan Hong.
Hong Bing tersenyum miring, menatap sang ayah dengan banyaknya rasa kecewa dan luka hati.
Selir Mei mendekati sang putra dan menantunya. "ayo kalau mau pergi..! ibu akan ikut bersama kalian." ucapnya lembut dengan airmata membanjiri pipinya.
Hong Bing dan Yu Zihan menatap sendu selir Mei, tersenyum lalu mengangguk. Begitu juga dengan Yu Lan dan Wang Chun.
"Jika kau berani pergi meninggalkan rumah ini, aku akan menghapusmu dari silsilah keluarga." ancam tuan Hong.
Hong Bing acuh, berkata pada selir Mei "ibu, tolong ambilkan busur dan panahku."
Selir Mei mengangguk, masuk kepaviliun sang putra meraih benda kesayangan Hong Bing pemberian dari gurunya.
Hong Bing berdiri tegak menantang tuan Hong dengan mata berkilat berani.
"Dengan disaksikan langit dan bumi serta semua orang yang ada disini. Aku Hong Bing, mulai hari ini bukanlah bagian dari keluarga Hong."
"Kau...!" netra tuan dan nyonya Hong serta putra putri dan menantu mendelik tak menyangka.
"Kau bukan ayahku lagi dan kalian semua bukan saudaraku. Dimasa depan, apa pun yang terjadi kita tidak akan terikat atau berhak untuk saling mencampuri. Dan mulai hari ini margaku bukan lagi Hong tetapi Jang."
JEDAR
Guntur menggelegar dilangit, pertanda jika para Dewa menyaksikan dan mengesahkan sumpah ikrar yang diucapkan Hong Bing.
Ralat Jang Bing.
Selir Mei pun melakukan ikrar pemutusan hubungan, lalu diikuti oleh Yu Lan dan kedua anaknya.
Tanpa membawa apa pun, hanya baju yang melekat dibadan dan busur serta anak panah. Jang Bing meninggalkan rumah keluarga Hong bersama istri, ibu adik dan adik ipar serta kedua keponakannya.
Untuk sementara mereka akan tinggal dirumah Wang Chun didesa Sing-ji yang berjarak satu kilo meter dari kota Guizhou.
KOIN PERAK
Jangan lupa untuk selalu 👇
👍 Like setelah membaca disetiap bab.
❤️ Subscribe.
⭐️ Berikan penilaian bintang 5.
👑 Vote disetiap hari senin.
🌹 Jika ada poin, boleh setangkai mawarnya.
🔔 Tinggalkan komen penyemangat.
Terimakasih...!!! 🙏🫰🙏
trusss semangat ya thorrr💪💪💪