Arumi Bahira, seorang single mom dengan segala kesederhanaannya, semenjak berpisah dengan suaminya, dia harus bekerja banting tulang untuk membiayai hidup putrinya. Arumi memiliki butik, dan sering mendapatkan pesanan dari para pelanggannya.
Kedatangannya ke rumah keluarga Danendra, membuat dirinya di pertemukan dengan sosok anak kecil, yang meminta dirinya untuk menjadi ibunya.
"Aunty cangat cantik, mau nda jadi mama Lion? Papa Lion duda lho" ujar Rion menggemaskan.
"Eh"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Di ruang makan keluarga Danendra, suasana terasa menegangkan dengan hening yang hanya dipenuhi oleh suara dentingan sendok dan garpu. Jason, kepala keluarga yang ketat, selalu memastikan tidak ada percakapan yang mengganggu saat makan. Bella, yang sudah terbisa, tampak tenang dan terampil menyesuaikan diri dengan aturan tersebut.
Julia, yang selalu ingin tahu tentang kehidupan anak-anaknya, tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Setelah menghabiskan makanannya, dia berbicara dengan suara yang cukup rendah, "Kalian berdua langsung berangkat kerja? Tidak rencana pergi honeymoon terlebih dahulu?"
Alvaro, yang baru saja menikah dengan Arumi, menoleh dengan ekspresi serius.
"Tidak mom, aku masih banyak pekerjaan di kantor. Aku rasa Arumi juga sama," jawabnya beralasan.
Arumi, yang duduk di sampingnya, hanya mengangguk pelan, matanya tetap tertuju pada piringnya, mencerminkan ketegangan yang dia rasakan karena tidak bisa meluangkan waktu untuk bulan madu mereka.
"Mas Al, benar mom, kebetulan masih banyak pesanan baju yang harus aku selesaikan" timpal Arumi.
Jason yang memperhatikan percakapan itu dari ujung meja, hanya memberikan anggukan kecil tanpa mengeluarkan suara, menyetujui keputusan Alvaro untuk mengutamakan pekerjaan.
Atmosfer di ruang makan itu kembali sunyi, semua kembali fokus pada piring masing-masing, menyisakan suasana yang kaku dan formal.
"Baiklah jika seperti itu, tapi kalian harus meluangkan waktu untuk liburan berdua. Karena mommy sudah ingin menimang cucu lagi" ucap Julia.
Alvaro dan Arumi hanya menganggukkan kepalanya saja, agar percakapan itu tidak semakin panjang. Sebab, mereka sendiri juga masih bingung dengan perasaannya masing-masing.
Kini pandangan Julia beralih pada sosok gadis kecil yang terlihat lesu, sambil mengaduk aduk makanannya yang belum habis. Bella terlihat tidak berselera makan.
"Bella, kenapa sayang? Makananya tidak enak? Katakan saja biar nanti bibi buatkan lagi sesuai yang Bella mau" tanya Julia khawatir.
Bella menatap sendoknya dengan rasa lelah yang mendalam. Dia menghela napas panjang, menahan rasa sakit yang berdenyut di tubuhnya. Saat Julia menyapanya dengan suara penuh kekhawatiran, Bella berhenti sejenak dari aktivitasnya.
Ia meletakkan sendoknya dan mendongak, menatap Julia yang telah menyaynginya. "Makanannya enak kok oma, pelacaan Bella aja yang nda enak. Balu mau libul cudah di culuh kelja cama mama," ucapnya drama.
Sementara itu, Arumi yang sedang berada di sampingnya mendengar jawaban itu dan hanya bisa merotasi bola matanya dengan rasa malas yang mendalam.
Tak seorang pun yang memaksanya untuk bekerja, namun dia merasa tidak enak hati menitipkan Bella pada ibu mertuanya yang sudah sepuh. Wajah Arumi menunjukkan konflik batin yang dialaminya, antara tanggung jawab sebagai ibu dan sebagai menantu yang tidak ingin merepotkan.
"Bel Bel pintu, nda ucah dlama kamu ya, nda mungkin mama tantik nyuluh kamu kelja, kamu macih kecil memangna bica apa" seru Naka tidak percaya.
"Mama memang nda nyuluh, tapi Bella cendili yang cuka bantu mama. Tapi hali ini Bella mau cuti dulu cehali, coalna Mola mau lacain jadi olang kaya" sahut Bella.
Arumi menutup wajahnya dengan menggunakan kedua tangannya, jujur saja saat ini dia ingin menghilang. Dia takut kedua mertuanya itu berpikir yang tidak-tidak mendengar ucapan putrinya itu.
"Cekalang kamu aja yang gantiin tugas Bella, bial cekalian lemak mu itu belkulang" ucap Bella.
"Nda macalah, bial Naka yang ikut mama bekelja" kata Naka santai.
"Eh tidak usah sayang, ada aunty Rindu yang bantu mama" tolak Arumi, dia juga masih memiliki dua karyawan lagi yang membantunya di butik.
"Nda papa mama, Naka cayang cama mama tantik, Naka nda mau mama tantik capek" ucap Naka yang sangat menyayangi Arumi, ibu sambungnya.
Arumi tersenyum sambil mengusap kepala Naka penuh haru. dia mengalihkan pandangannya ke arah Alvaro seakan minta izin kepada suaminya.
"Bawa saja, biar dia banyak gerak. Tidak cuma makan tidur doang" ucap Alvaro yang seakan tahu maksud istrinya.
"Iya kamu bawa aja, biar nanti Bella sama mommy" timpal Julia. "Nanti biar Alvaro yang antar kalian ke toko" lanjutnya.
"Tidak usah mom, aku sama Naka naik taksi saja" tolak Arumi karena takut merepotkan suaminya.
"Biar aku antar saja, sekalian aku ke kantor. Searah juga" ucap Alvaro.
Usai melewati drama yang cukup panjang, akhirnya Alvaro dan Arumi berangkat. Sebelum pergi ke perusahaan Danendra, Alvaro lebih dulu mengantar istri dan anaknya ke toko kue.
"Naka jangan nakal, jangan nyusahin mama" peringatnya kepada putranya.
"Iya pa" balas Naka.
"Aku turun dulu mas, kamu hati-hati" pamit Arumi.
"Eum" ucap Alvaro masih merasa canggung dengan istrinya itu.
Arumi menggendong Naka turun dari mobil, Sebelum keluar dia menyempatkan diri mencium punggung tangan suaminya
Setelah memastikan istri serta anaknya masuk, barulah Alvaro melajukan mobilnya menuju ke perusahaan Danendra.
******
Di sebuah rumah yang tenang, Bella merebahkan tubuhnya di sofa, matanya kosong menatap langit-langit ruangan yang mungkin tak memberikan inspirasi sama sekali. Perasaan bingung merayap di dalam hatinya, membuatnya teringat akan keputusan yang diambilnya—tidak ikut mamanya, Arumi, ke butik.
"Bella ngapain ya? Bingung kali Bella di lumah" gumam Bella pada dirinya sendiri sambil menggulingkan tubuh kecilnya ke sana ke mari. Kesepian mulai menyelimuti suasana.
Tak lama kemudian, Julia, neneknya, datang menghampiri. Melihat tingkah cucunya yang gelisah, ia bertanya, "Kamu kenapa, Bella?"
"Bella gabut, Oma! Nggak tahu halus ngapain!" keluh Bella dengan wajah yang memelas, seolah pengharapan akan sesuatu yang menyenangkan bisa membuat harinya lebih baik.
Mendengar keluhan cucunya, Julia tidak bisa menahan tawanya. "Kita ke mall saja, mau tidak? Kita belanja! Katanya kamu mau mencoba jadi orang kaya," tawar Julia dengan semangat.
Wajah Bella seketika bersinar. "Ayo, Oma! Bella cudah lama nda pelgi ke mall. Coalnya Mama cibuk, nda bica ajak Bella jalan-jalan!" seru Bella, kegembiraannya tampak jelas.
Julia mengangguk setuju, lalu membawa Bella ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya dengan baju baru yang sudah disiapkan sebelumnya. Dengan pakaian yang lebih ceria, Bella tampak semakin bersemangat.
Setelah siap, Julia menemui suaminya, Jason. "Ayo, Dad, ikut kita jalan-jalan!" ajak Julia dengan penuh harapan.
Jason, yang lebih suka menikmati ketenangan di rumah, langsung menolak. "Kalian saja, aku tidak ikut," jawabnya sambil menggelengkan kepala.
"Ayolah, Dad. Masak aku cuma berduaan sama Bella! Mana seru," Julia membujuk.
Meski begitu, Jason tetap berkeras. Ia membuka dompetnya dan mengeluarkan salah satu kartu kreditnya, memberikannya kepada Julia. "Sudah, sana pergi. Beli apa saja yang kalian mau. Aku mau santai di rumah."
Mendapat kartu itu, Julia merasa luluh. "Baiklah, tapi kamu jangan menyesal kalau saldomu berkurang banyak," ucapnya setengah bercanda.
"Habiskan saja kalau kamu bisa," Jason menjawab santai, sementara Bella sudah tak sabar menunggu untuk berangkat. Dengan senyuman ceria, mereka siap menjalani hari yang menyenangkan, jauh dari rasa bosan yang sempat menyelimuti.
seharusnya ganti tanya Arumi
bagaimana servisku jg lbh enakan mana sm clara wkwkwk
Alvaro menyesal menghianati clara
kok minta jatah lagi sama arumi
itu mah suka al