Nayla Marissa berpikir jika pria yang dikenalnya tanpa sengaja adalah orang yang tulus. Pria itu memberikan perhatian dan kasih sayang yang luar biasa sehingga Nayla bersedia menerima ajakan menikah dari pria yang baru berkenalan dengannya beberapa hari.
Setelah mereka menikah, Nayla baru sadar jika dirinya telah dibohongi. Sikap lembut dan penuh kasih yang diberikan suaminya perlahan memudar. Nayla ternyata alat buat membalas dendam.
Mampukah Nayla bertahan dan menyadarkan suaminya jika ia tak harus dilibatkan dalam dendam pribadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 4
Andreas dan istrinya saling pandang, mereka begitu terkejut mendengar permintaan Dhana yang mau menikahi putrinya. Tentunya keinginan Dhana tak semudah itu diterima.
"Bukankah Tuan dan Nyonya bilang bahwa kebahagiaan Nona Nayla lebih utama?" singgung Dhana.
"Kamu jangan mempermainkan kami, ya!" Andreas berdiri dan menunjuk wajah pemuda dihadapannya dengan jari telunjuknya. Ia begitu murka dengan permintaan Dhana.
"Kami hanya mau kalian bertunangan saja!" tegas Yuna menolak keinginan pemuda dihadapannya.
"Dengan kalian bertunangan, kami bisa melihat bagaimana kamu memperlakukan putri kami sebelum menikah!" sahut Andreas menimpali ucapan istrinya.
"Kalau begitu, saya menolak bertunangan dengan putri kalian!" kata Dhana dengan santainya.
"Kami juga tidak setuju Nayla bertunangan dengan kamu!" ucap Yuna lantang.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi!" Dhana bangkit dari tempat duduknya.
"Tunggu!!"
Dhana dan kedua orang tuanya Nayla menoleh ke arah suara.
Nayla berjalan dipapah oleh Dita karena masih pusing efek alkohol. Meskipun, ia tak terlalu banyak minum tapi cukup membuatnya setengah sadar.
"Sayang, kenapa kamu tidak istirahat saja?" tanya Yuna menghampirinya.
"Aku sudah mendengar pembicaraan Papa dan Mama. Aku bersedia menikah dengan Dhana," jawab Nayla secara mantap.
"Nayla, kamu dalam pengaruh minuman keras. Berpikir lagi, pernikahan yang kalian jalani bukan hanya sehari atau sebulan melainkan seumur hidup. Mama tidak mau kamu salah memilih," nasihat Yuna agar putrinya tak gegabah.
"Aku mencintainya, Ma." Tatapan Nayla tertuju kepada Dhana yang tersenyum.
"Nayla, jangan bersikap kekanak-kanakan!" Andreas membentak putrinya.
"Jika kalian benar-benar menyayanginya, mengapa tidak dikabulkan saja permintaannya?" Dhana kembali bicara.
"Kamu lihat dia 'kan, sayang!" Yuna melirik Dhana. "Ada sesuatu yang direncanakan dia makanya bersikeras mau menikahimu," lanjutnya berbicara.
"Mama dan Papa memiliki uang yang banyak. Mengapa tidak diselidiki saja dia? Apa benar dia berbohong atau tidak?" kata Nayla.
Andreas dan Yuna pun berpikir.
"Silahkan saja selidiki saya. Informasi mengenai keluarga saya adalah benar!" tegas Dhana.
"Baiklah, kami akan menikahi kalian. Tapi, setelah kami sudah mendapatkan informasi yang jelas dan benar mengenai kamu!" ucap Andreas menatap Dhana.
"Silahkan saja!" kata Dhana dengan santai.
"Saya akan memberikan keputusan seminggu lagi, apakah kalian boleh menikah atau tidak!" Andreas berkata dengan tegas.
"Baiklah, kalau begitu. Saya pamit pulang, selamat malam!" Dhana kemudian melangkah pergi meninggalkan kediaman orang tuanya Nayla.
-
Dikamar tidur pasangan paruh baya itu, Andreas yakin jika Dhana bukan orang biasa. Sikap yang ditunjukkan Dhana seakan menantang keputusan dirinya.
"Kamu benar, aku juga yakin pasti ada yang disembunyikan pemuda itu!" kata Yuna.
"Saat kita sedang mencari tahu tentangnya, aku minta padamu untuk menyadarkan Nayla agar menjauhi Dhana!" Andreas memberikan perintah.
****
Andreas dan Yuna masih proses menyelidiki sosok Dhana dan keluarganya. Namun, Dhana tetap gencar memberikan perhatian kepada Nayla.
Hari ini saja, Dhana rela datang ke kampus lebih awal dari sopir pribadinya Nayla. Ia membawa seikat bunga mawar dan memberinya kepada Nayla di depan banyak orang.
Nayla pun menjadi tersipu malu dengan perhatian yang diberikan Dhana. "Terima kasih!"
"Aku tidak bisa mengantarkan kamu pulang ke rumah karena orang tuamu belum merestui kita tapi aku akan menunggu mobil yang datang menjemputmu!" kata Dhana dengan lembut.
"Aku tidak masalah ditinggal sendirian di sini. Banyak orang yang masih di tempat ini!" ujar Nayla agar Dhana tidak perlu khawatir.
"Aku tidak mau meninggalkan kamu, bagaimana jika terjadi sesuatu kepadamu?" Dhana menatap Nayla dengan penuh cinta.
"Aku sudah dewasa, aku juga bisa menjaga diri. Kamu tidak perlu takut," kata Nayla.
"Aku akan tetap menunggumu, jangan protes atau menolak!" ucap Dhana tersenyum sembari merapikan poni rambut gadis dihadapannya.
Selang 10 menit setelah pertemuan Dhana dna Nayla, mobil hitam milik keluarga Andreas pun datang.
"Kabari aku jika kamu sudah sampai rumah!" pinta Dhana kepada Nayla yang sudah membuka pintu mobil.
Nayla mengangguk mengiyakan.
Setelah mobil yang membawa Nayla berlalu, tak lama kemudian Dhana masuk ke mobil pribadinya. Ia pun berlalu.