NovelToon NovelToon
Ini Cinta 365 Hari Atau Cinta 669 Masehi?

Ini Cinta 365 Hari Atau Cinta 669 Masehi?

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Peramal / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Naniksay Nay

Kerajaan Galuh, sebuah nama yang terukir dalam sejarah tanah Sunda. Namun, pernahkah kita menyangka bahwa di balik catatan sejarah yang rapi, ada sebuah kisah cinta yang terputus? Sebuah takdir yang menyatukan seorang pangeran dengan gadis desa, sebuah janji yang terikat oleh waktu dan takdir.

Kisah tragis itu membayangi kehidupan masa kini Nayla, seorang wanita yang baru saja mengalami pengkhianatan pahit. Di tengah luka hati, ia menemukan sebuah kalung zamrud kuno peninggalan neneknya, yang membawanya masuk ke dalam mimpi aneh, menjadi Puspa, sang gadis desa yang dicintai oleh Pangeran Wirabuana Jantaka. Seiring kepingan ingatan masa lalu yang terungkap, Nayla mulai mencari jawaban.

Akankah di masa depan cinta itu menemukan jalannya kembali? Atau akankah kisah tragis yang terukir di tahun 669 Masehi itu terulang, memisahkan mereka sekali lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naniksay Nay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 - Permata ku...

Aroma dupa, suara gamelan, dan napas Wira yang hangat perlahan memudar, digantikan oleh suara-suara panik dan kecemasan yang membingungkan.

"Nayla… bangun Nay…."

“Coba diminumin teh hangat pakai sendok Mas temannya,” suara seorang bapak-bapak memecah keheningan yang menyesakkan.

“Biarkan siuman dulu, Pak, takutnya tersedak,” Rendi berbisik cemas.

“Belum sarapan mungkin, Mas. Saya carikan sarapan dulu,”

“Nayla, bangun….” Tangan Rendi mengguncang bahunya

Nayla mencoba membuka matanya, kelopak matanya terasa sangat berat. Ia memaksa, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah Rendi yang penuh kelegaan, seolah baru saja menemukan kembali seseorang yang hilang.

“Syukurlah udah sadar… kamu tahu namaku?” tanya Rendi, suaranya bergetar.

“Apa sih, Ren?” Nayla menjawab lemah. Kepalanya berdenyut, seolah baru saja kembali dari perjalanan yang sangat jauh.

“Aman Mas, Mbaknya bukan kesurupan…” jawab bapak-bapak yang berdiri di samping Rendi.

Nayla berusaha duduk, merasakan setiap ototnya kaku dan lemas. Ia menatap Rendi, mencoba mencerna semua yang baru saja terjadi.

“Kamu kenapa sih tiba-tiba pingsan? Bikin panik… Nggak enak badan? Apa gimana?” Rendi memberondongnya dengan pertanyaan, suaranya dipenuhi kekhawatiran yang tulus.

"Nggak kok, aku nggak apa-apa…” Nayla meyakinkan Rendi. Ia merasa badannya sehat, tetapi ia tak mungkin menceritakan mimpi yang terasa lebih nyata dari kehidupannya sendiri.

Sebuah mimpi yang dari hari ke hari terasa seperti kepingan puzzle yang mulai menyatu sempurna di kepalanya.

“Ya sudah, makan dulu yuk, atau balik ke mobil?” Rendi mencoba membantu Nayla bangkit

“Nggak mau, Ren. Aku mau lihat-lihat dulu. Serius, aku udah nggak apa-apa,” Nayla menjawab mantap, suaranya kini dipenuhi tekad. Ia harus melihat tempat ini lagi, memastikan bahwa mimpinya adalah bagian dari kenyataan yang tersembunyi.

Ia berjalan dan menghampiri bapak penjaga. “Pak, dulu di sini pernah ada taman?” tanyanya, suaranya penuh harap. Ia teringat taman indah, tempat ia dan Wira menghabiskan waktu bersama.

"Nggak ada literasi yang bilang ini taman, Neng," jawab Bapak penjaga, mengernyitkan dahi. "Malah adanya di sini legenda Ciung Wanara."

Nayla tertegun. Taman indah yang ia lihat dalam mimpinya, tempat ia dan Wira berbagi tawa, tempat Wira berlutut dan menciumnya, ternyata tidak pernah ada. Ruang-ruang di kepalanya terasa hampa.

Rendi, yang sejak tadi mengawasi dari kejauhan, menghampirinya. "Ada apa, Nay? Kok kelihatan bingung."

"Aku... Aku hanya berpikir," Nayla berusaha menyembunyikan getaran di suaranya. "Aku pikir di sini dulu taman kerajaan, Ren. Sekarang saja sudah sejuk begini."

Rendi menatap sekeliling. Deretan batu-batu besar tersebar tak beraturan, beberapa di antaranya ditumbuhi lumut tebal.

"Mungkin saja, tapi ya itu... tinggal batu-batu aja," Rendi menghela napas, suaranya terdengar prihatin. "Kita bahkan tidak tahu ini sisa bangunan apa." Ia menunjuk ke arah tumpukan batu yang sepertinya bekas fondasi.

"Situs Karangkamulyan memang begini ya?" Nayla bertanya, suaranya terasa lirih.

"Iya, Nay. Tanya aja sama Bapaknya. Situs ini isinya cuma tinggal bebatuan bersejarah. Tidak ada satu pun bangunan utuh yang tersisa. Iya kan, Pak?" Rendi beralih menatap Bapak penjaga.

Bapak penjaga mengangguk membenarkan. "Iya, Mas. Hanya ada petilasan-petilasan, sisa-sisa peninggalan Raja Galuh pertama." Ia lalu menunjuk ke beberapa area.

"Di sini ada makam Adipati Panaekan, ada Panyandaan, tempat legenda Ciung Wanara lahir. Di sana juga ada Lemah Pamidangan, yang dipercaya sebagai arena adu ayam legendaris. Dan itu, yang mirip senjata, dinamakan Sanghyang Bedil. Di tengah sana, ada juga mata air yang dikenal sebagai Cikahuripan, atau Mata Air Kehidupan." Bapak itu menjelaskan dengan lancar

Nayla menelan ludah. Setiap nama yang diucapkan Bapak itu seolah menambah kepingan puzzle yang hilang, karena sangat berbeda dari mimpinya. Hal ini semakin membuatnya bingung. Ia lalu memandang Batu Pangcalikan yang tadi ia sentuh.

"Nah kalau ini batu tempat raja duduk saat upacara, Neng. Dipercaya sebagai takhta pertama Raja Galuh," lanjut Bapak itu.

"Bukan, Pak... ini tempat kita duduk ketika mengucap janji…" Nayla bergumam tanpa sadar, sebuah bisikan yang lebih ditujukan pada dirinya sendiri.

Rendi menoleh. "Apa Nay?"

“Hah?” Nayla terkejut, seperti terbangun dari tidur. “Kenapa Ren?”

“Kamu tadi ngomong apa? Aku nggak denger.”

“Ah… nggak kok.” Nayla tertawa canggung, berusaha menyembunyikan keterkejutannya sendiri. Namun, hatinya dipenuhi perasaan aneh, sebuah kehangatan yang merayap dari dadanya. Ia kembali menatap Rendi, seolah ingin berkata bahwa ada lebih dari sekadar batu dan mitos yang ia rasakan.

Bahwa ia telah melihat lebih dari sekadar sisa-sisa sejarah. Ia telah melihat kehidupan, cinta, dan kenangan di bawah bebatuan itu.

Ia menghela napas, menatap bebatuan itu dengan mata berkaca-kaca. "Kenapa tak ada yang tersisa dari keindahan yang kumimpikan?"

...Kenangan itu Tidak di Sini...

“Mau lanjut ke Astana Gede, Nay? Sejaman lah dari sini,” ajak Rendi akhirnya, setelah cukup lama hanya ditemani bunyi angin dan langkah kaki. Tatapannya pada Nayla sulit ditebak, seolah menyimpan sesuatu yang tidak ia ucapkan.

“Boleh, Ren.” Nayla merogoh saku jaketnya, jemarinya otomatis menyentuh kalung zamrud yang kini terasa hangat, seolah menyala diam-diam.

“Tapi kita sarapan dulu ya.” Nada Rendi melembut, kali ini seperti seorang kakak yang khawatir. “Aku nggak mau kamu pingsan lagi.”

Nayla terkekeh ringan. “Tenang aja Ren, aku tuh nggak kenapa-kenapa. emmm...Nanti kita mampir di jalan aja.” Ia berjalan lebih dulu ke arah mobil.

Rendi hanya menarik napas panjang sebelum mengikuti. Ada sesuatu pada diri Nayla yang ia tahu tidak wajar, tapi ia sendiri belum bisa menjelaskan apa.

Perjalanan menuju Astana Gede Kawali terasa singkat. Jalan berkelok dikelilingi sawah hijau yang luas, lalu berubah jadi pepohonan tinggi yang meneduhkan. Mereka sempat berhenti di sebuah toserba kecil; Rendi membeli roti, air mineral, dan beberapa camilan sederhana.

Sesampainya di gerbang Astana Gede, udara sejuk hutan langsung menyambut. Pohon-pohon besar menjulang, seakan menjadi penjaga setia situs kuno itu. Di dekat pintu masuk, seorang bapak tua dengan senyum ramah menyapa.

“Selamat datang di Astana Gede Kawali,” ucapnya. Suaranya berat tapi hangat. “Mau sekadar berkunjung, atau juga ingin mendengar cerita leluhur?”

“Boleh ceritakan tentang tempat ini Pak, ini teman saya penasaran” jawab Rendi sopan

Bapak itu mengangguk, matanya berkilat seakan menyimpan ribuan kisah. “Di sinilah dahulu Prabu Niskala Wastu Kancana memimpin. Ada prasasti-prasasti yang ditinggalkan beliau, sebagai pesan untuk anak cucu.”

“Pesan seperti apa?” Nayla ikut bertanya. Suaranya lirih, tapi penuh rasa ingin tahu.

Bapak itu tersenyum samar. “Doa dan peringatan. Beliau menuliskan agar negeri ini selalu makmur, tenteram, dan rakyatnya menjaga tanah ini dengan baik. Siapa yang berbuat kebaikan akan menuai kebaikan, siapa yang merusak akan mendapat balasan"

Nayla terdiam, membeku di tempatnya. Nama dan kalimat yang diucapkan Bapak penjaga tidak ada dalam memorinya, tidak sesuai dengan fragmen mimpi yang terus menghantuinya. Seolah-olah ada bagian penting dari kisah itu yang dihapus, atau ia sendiri yang belum menemukannya.

"Di dalam kompleks ini juga ada makam para raja, batu kursi, batu lingga, dan mata air yang dianggap suci," lanjut sang bapak. "Banyak yang datang bukan hanya untuk wisata, tapi juga untuk mencari ketenangan."

Rendi mengangguk hormat. "Terima kasih, Pak. Kami ingin berkeliling sebentar."

"Silakan, Nak," ucap sang bapak dengan senyum penuh arti. "Kalau kalian ingin berkeliling, jangan lupa singgah di batu kursi dan sumber mata air. Konon, kalau hati kalian jernih, kalian akan mendengar suara leluhur di antara desir angin."

Nayla, yang tertarik dengan ucapan sang bapak, menarik Rendi ke arah sumber mata air. Airnya begitu jernih dan dingin. Nayla mencelupkan tangannya, membasuh wajahnya perlahan, berharap kejernihan air itu bisa menjernihkan pikirannya.

Namun, saat Nayla membasuh wajahnya, sebuah siluet samar, yang Nayla kenal sebagai Wira, tiba-tiba muncul di hadapannya. Nayla terkejut, air yang menetes dari wajahnya seolah mengaburkan pandangannya. Namun, siluet itu berbisik, suaranya terdengar jelas di benak Nayla, "Permataku, aku tak peduli ribuan tahun terpisah. Aku akan mencarimu."

Nayla terkejut, jantungnya berdegup kencang, perasaannya campur aduk antara takut, rindu, dan haru. Ia meraih lengan Rendi, mencengkeramnya kuat.

Rendi menoleh. "Nay, ada apa?" tanyanya, suaranya dipenuhi kekhawatiran.

"Aku... Aku... aku tidak tahu," Nayla bergumam, napasnya tersengal-sengal.

Rendi menatapnya. Ia merasa Nayla dalam keadaan tidak baik. Tanpa banyak bicara, ia menarik Nayla. "Sudah yuk balik. Lanjut perjalanan."

"Tapi, Ren... aku..." Nayla menatap Rendi, matanya berkaca-kaca.

"Sudah, Nay. Nanti kita bicarakan di mobil. Sekarang ayo kita pergi dari sini," Rendi berbisik, lalu menggandeng tangan Nayla, membawanya pergi.

1
SENJA🍒⃞⃟🦅
keris kak? bukan kujang?
Naniksay Nay: betul sekali kak... sbnrnya naskah awal saya kujang... krn literasi Galuh dan Padjajaran, ada Guru Teupa yang membuat Kujang tapi trs ada tmn yg baca, dng beberapa pertimbangan...ya trs begitu...nanti kak selesai bab 30 sy masukin beberapa plot, skalian balikin ke teks awal
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm ini adegan yang lalu kan? ini dari sudut wisnu yang jadi wira 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
laaah kesurupan dia eh mimpi juga dia 🤣
SENJA🍒⃞⃟🦅
kok bisa main pergi gitu aja , kasian kan rendi 😤
SENJA🍒⃞⃟🦅
waddduh ...apa dia turunan jagatpati? weeeh 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
jadi ketagihan mimpi🤭
Irmha febyollah
lanjut kk
SENJA🍒⃞⃟🦅
ya balon gas yang tetiba gas nya dibuang yah .... pupus harapmu
SENJA🍒⃞⃟🦅
wah yah bagus itu jalurnya nay ikutin rendi aja kamu kan tinggal molor doang 🤭
SENJA🍒⃞⃟🦅
berdebar karena rendi atau wira? 😂😂😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
modusmu diskusi padahal kencan 😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
ihhh jagatpati, itu isterimu lhooo astaga jahatnya. kamu kencana durhaka banget ke ibu sendiri😤
SENJA🍒⃞⃟🦅
waaah penghinaan ini ngatain rajanya bodoh! wah hukum mati aja udah 😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
hilih belangmu terlihat 😂 lagian wira ga mau sama anakmu lho 🤭
SENJA🍒⃞⃟🦅
bukannya dewi parwati dari kalingga yak? nanti mandiminyak sama parwati jadi penguasa kalingga utara atau bumi Mataram 🤭
Naniksay Nay: thx kak...

betul kak...
Pangeran Mandiminyak atau Prabu Suraghana atau Suradharmaputra emang berkuasa didua negara, yaitu Kerajaan Kalingga (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan Kerajaan Galuh (di Tatar Sunda).

hanya saja disini biar bisa menggambarkan aja bahwa Sempakwaja dan Mandiminyak itu saling terkait...

sama kaya Pangeran Jantaka, saya tambahkan nama Wirabuana krn dibuat cinta2an biar ga diprotes ahli sejarah, masa resi love2an ....
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
udah banyak buktinya itu jagatpati, serang aja daerahnya kan sempakwaja penguasa Galunggung , ehh belom kejadian yah 😂
Naniksay Nay: 😭nggak bs kak.... bs2 dia di killkill jg sm pamannya
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
naaah ini jejak yang di hilangkan 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
hilih jahatnya kamu 😤 wira mana mau sama kau
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm bener kan jahat dia ini si kencana 😳
Naniksay Nay: jangan ditemenin dia kak... bapaknya jahat🤭
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm kencana ini nampaknya jahat ini 🥺😳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!